Bagian 7

381 70 8
                                    

Aenlee sempat bingung harus bereaksi bagaimana, sampai akhirnya dia salah tingkah dengan pipi memerah dan langsung memalingkan pandang, "L— lampunya sudah hijau."

Jake tersenyum kecil lalu menjalankan kembali mobilnya. Tapi kesadarannya kembali tertampar saat mereka sudah jalan. Barusan dia bilang apa? kenapa dia jadi menatap Aenlee sebagai wanita lagi dan bukan adiknya?

Laki-laki itu jadi bingung sendiri dan tidak berani membuka topik pembicaraan karena sudah kelewat batas, "Bisa-bisanya kamu nggak mengontrol dirimu, Jake Lee," batinnya.

Setelah perjalanan, mereka sampai di apart Aenlee. Jake ikut turun untuk membantu Aenlee membawa hadiah yang hari ini dia dapat. Banyak bingkisan, bunga dan surat-surat dari pnggemarnya. Mereka naik ke lantai dimana kamar Aenlee berada.

Setelah sampai di kamarnya, tidak disangka rupanya juga ada yang bertamu. Dan kelihatannya dia juga baru akan pulang, tapi terhenti karena melihat Aenlee datang.

"Heeseung, sudah ku bilang jangan datang larut begini," omel Aenlee sambil mendekatinya.

Jake membeku ditempatnya kaget melihat Heeseung. Begitu sebaliknya, Heeseung juga menatapnya terkejut.

Aenlee menatap kedua laki-laki yang sedang bertatapan itu secara bergantian, "Kalian kenapa?"

"Kakak kenapa disini?" tanya Jake tidak menjawab pertanyaan Aenlee.

Heeseung yang baru sadar itu benar adalah adiknya langsung berbicara, "Harusnya aku yang tanya kenapa kamu disini, dan bersama Aenlee juga."

Mata Aenlee membulat, "Kalian kenal satu sama lain?"

"Dia adik tiri ku," balas Heeseung cepat, lalu dia menatap Jake sambil mendengus lucu, "Rupanya kamu jarang pulang karena berkeliaran dengan perempuan begini, ya?"

Aenlee mengerutkan keningnya, apa yang barusan Heeseung ucapkan itu belum pernah dia dengar sebelumnya, terdengar kasar sekali. Di tambah, Jake langsung menunduk seperti tidak ingin menatap Heeseung sama sekali.

Heeseung mendekati adiknya itu lalu mendorong pundaknya sedikit-sedikit, "Kamu bilang katanya sibuk di perusahaan, tapi malah pergi dengan wanita. Berapa banyak yang sudah kamu bawa?"


Dugh!!


"Heeseung!"

Jake di dorong sampai bunga dan bingkisan-bingkisan di tangannya terjatuh.

"Heeseung kamu apa-apaan, sih?!" ujar Aenlee menjauhkan kedua laki-laki itu. Tapi Heeseung menatap Aenlee seakan-akan dia adalah mangsa. Gadis itu sempat menciut sebentar karena ini pertama kalinya dia melihat Heeseung lebih dominan.

Jake berdiri sambil memunguti barang-barang milik Aenlee. Setelah terkumpul semua, dia langsung berjalan ke depan kamar Aenlee sambil menarik gadis itu, "Buka."

Aenlee agak khawatir, tapi mau bagaimana, situasinya tidak pas. Di tambah, ini lorong apartemen yang seharusnya tidak boleh ribut karena sudah jam diatas 10 malam. Aenlee membuka pintunya dam membiarkan Jake masuk.

Laki-laki itu menaruh barang-barang Aenlee dan akan segera pergi. Tapi belum saja melewati pintu, Heeseung menghalangnya, "Kamu nggak tau ibu khawatir sama kamu?"

Jake tidak membalas ucapan sang kakak dan malah menatap matanya tajam.

"Ibu selalu minta kamu untuk pulang tapi kamu menolak terus," ucapnya dan melirik Aenlee sebentar yang ada di belakang Jake. Gadis itu tidak menatapnya, tapi menatap Jake. Heeseung mendengus lucu, "Kamu juga sebenarnya mau bikin perusahaan ayah bangkrut, kan?"

Keep it DISGUISE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang