5. Saingan

937 182 30
                                    

⫷รคภ๏รђเภเςђเг๏⫸
「Sτสrτ」
▶ ●────────亗








Hari minggu, anggap saja hari pembebasan. Hari ini jadwal (name) benar-benar free, dari pagi hingga malam. Tugas rumahnya juga sudah ia kerjakan.

Jadi, karena (name) juga bosan di rumah nggak ngapa-ngapain dia putusin buat ke bengkelnya Shinichiro.

"Mau kemana kak?" (name) melihat ke arah Ibunya yang kini duduk di depan televisi sambil makan jeruk. Di sebelah Ibunya ada Kanato yang sedang mengupas jeruk. Adiknya itu hanya meliriknya saja, tak berani menyapa sang kakak.

"Mau keluar sebentar Ma" Yuri--ibu dari si kembar mengangguk singkat, ia lalu menyenggol anak laki-lakinya. Tersenyum menggoda ke arah si bungsu.

"Nggak mau ngekor kakak mu dek? Biasanya nggak mau lepas" Yuri mencoba menggoda Kanato. Namun bungkamnya si kembar membuat nya bingung. Anak-anaknya itu biasanya ribut jika ia goda.

"Kenapa? Berantem lagi?" Yuri mengetuk meja, ia lalu menatap tajam (name) dan Kanato bergantian. Menganggap diamnya si kembar adalah jawaban 'iya' dari pertanyaannya.

"Mau Mama ambilkan pisau nggak? Kayak nya seru ya kalau liat kalian tusuk-tusukkan. Heran deh nggak ada akur-akurnya" sinisnya. Kedua anaknya tetap terdiam, membuat Yuri agak meringis kecil.

"Jangan gitu lah nak, kalian itu saudaraan masa saling musuhan. Kalau bukan saudara mu yang bantu kamu waktu susah siapa lagi? Orang lain? Nggak mungkin nak" Yuri memberi wejangan kepada kedua anaknya. Ia menghela nafas kala melihat anak-anaknya tetap bungkam tak bersuara.

"(name) pergi duluan Ma" (name) mengambil satu jeruk dan berlalu cepat keluar rumah. Berjalan cepat menuju bengkel nya Shinichiro.

Pikirannya berkecamuk, ia juga sebenarnya tak enak hati mendiamkan sang adik. Namun egonya juga tinggi, (name) jelas tak mau minta maaf duluan.

Langkahnya terlalu cepat hingga tak terasa ia sudah sampai di komplek gang bengkel Shinichiro. Namun sesuatu mengambil atensinya. Shinichiro dan seorang wanita berbicara di depan bengkel. Terlihat tangan wanita itu memegang tangan Shinichiro-nya.

Berjalan cepat ke arah keduanya, (name) bisa mendengar apa yang wanita itu katakan.

"Maafkan aku Shin, aku tak tahu jika dia seperti itu. Jika aku tahu dia hanya bajingan busuk seharusnya aku memilih mu saja sedari dulu"

(name) mau muntah rasanya, masih ia perhatikan. Menunggu Shinichiro untuk menghempas tangan wanita itu namun Shinichiro hanya diam. (name) yang geram melihatnya. Ia lantas berjalan mendekat dan memutuskan genggaman tangan wanita itu.

"Maaf, Shinichiro-kun itu pacar ku! Ngapain kau nyentuh-nyentuh Shinichiro-kun? Gatel?!" (name) mendorong wanita itu menjauh. Matanya melirik tajam wanita dengan lipstik merah menyala itu.

"(name), jangan kasar begitu pada Mito. Dia lebih tua, seharusnya kau lebih hormat padanya" Shinichiro menatap (name) kesal. Sementara gadis itu yang di marahi oleh Shinichiro tertawa sinis.

"Kenapa kau membelanya?" Shinichiro tertegun sesaat, suara (name) saat ini sangat berat. Rasanya mendominasi, Shinichiro tau ia ketakutan saat mendengar nada dingin juga wajah datar gadis di depannya ini.

"Aku calon istri Shin, seharusnya aku di sini yang marah karena kau dekat-dekat dengannya!" Mito mendorong bahu (name) dengan kasar. Wanita itu terlihat angkuh, memeluk Shinichiro dan menempelkan tubuh bagian depannya ke arah lengan Shinichiro.

"Kau tak pernah bilang kalau kau punya calon istri?!" (name) mengabaikan Mito. Mata rubahnya semakin menajam menatap Shinichiro yang hanya terdiam.

Epoch [SANO SHINICHIRO] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang