⫷รคภ๏รђเภเςђเг๏⫸
「Sτสrτ」
▶ ●────────亗Punya pacar yang lebih tua dari kita itu enak. Bisa (name) buktikan kata-kata itu nyata adanya setelah ia menjalin hubungan dengan Shinichiro.
Pertama, tak di ragukan lagi si sulung Sano ini sangat dewasa. Saat (name) merasa ia memiliki beban dan itu semua tergambar jelas di wajahnya tanpa banyak bertanya Shinichiro akan memeluknya. Pria itu akan mengajaknya berbicara dan mencari jalan tengah untuk masalahnya.
Seperti sekarang ini. Shinichiro mengajaknya berbicara tentang apa yang ingin (name) lakukan setelah lulus sekolah. Gadis itu tentunya ingin melanjutkan studi nya, tetapi (name) juga tak mau meninggalkan Shinichiro.
"Ya, aku sih nggak masalah kalau kau mau lanjut kuliah. Asal bisa jaga hati aja, kalau kau pintar kan aku bisa tenang. Anak-anak kita nanti udah terjamin otaknya soalnya mereka punya ibu yang pintar" Shinichiro beralih duduk di samping sang gadis. Peluh membanjiri keningnya kala udara di bengkel semakin panas rasanya.
"Kalau aku nggak lanjut kuliah gimana?" Shinichiro tersenyum kecil, ia lalu melepaskan sarung tangan yang di pakainya. Mendekatkan wajahnya dan mencium singkat pipi sang gadis.
"Ya nggak gimana-gimana lagi, kita nikah aja setelah kamu lulus. Kok susah"
Nah ini, (name) nggak mau men-judge sifat Shinichiro yang ini. Terlalu realistis dan nggak mau memikirkan sesuatu lebih jauh. Semuanya di bikin gampang. Biarpun tomboi (name) tetaplah perempuan rempong yang jika memikirkan sesuatu nggak 'sah' kalau nggak secara berlebihan.
"Tapi kalau aku nggak kuliah berarti anak-anakmu bodoh dong, gimana tuh?" Shinichiro tertawa kecil. Ia kini menarik gadis itu kedalam pelukannya.
"Ya kamu pikir aku kuliah gitu? Cuman karena kita nggak punya pendidikan yang tinggi bukan berarti kita mau anak kita bodoh kan sayang? Zaman juga semakin maju, kita bisa buat mereka pintar dengan daftarin mereka les atau bimbel" Shinichiro menunduk memperhatikan wajah gadis itu yang kini cemberut.
"Apa lagi? Hmm... Masih ada masalah lain? Oh atau kamu mau kuliah biar bisa meraih cita-cita mu gitu? Aku juga belum pernah dengar (name) cerita tentang cita-cita mu loh sayang" Shinichiro mengelus lembut pipi (name). Mumpung hari ini tak terlalu banyak juga pelanggan yang datang jadi ia mau memakai waktu luangnya untuk berbicara dengan (name).
"Aku nggak tahu cita-cita ku apa sebenarnya, di kertas minat karir juga aku asal ngisi. Tapi ya, aku suka roti dan mungkin buka toko roti nggak ada salahnya kan? Aku juga pandai loh buat yang begituan" Shinichiro mengangguki kata-kata antusias gadis itu. Sejujurnya ia baru tahu (name) bisa membuat roti, jika di pikir pikir juga banyak hal yang ia tak ketahui tentang si gadis.
"Ya itu kan karena Shin nggak nanya" Shinichiro menoleh ke arah (name). Oh ternyata tadi dia nggak bicara di dalam hati.
"Iya juga sih, yudah deh, kita main tanya jawab ya, aku nanya terus kau jawab dengan cepat oke..." (name) mengangguki.
"Warna kesukaan?"
"Biru"
"Hmm.. Makanan kesukaan?"
"pancake"
"Musim favorit?"
"Nggak ada aku suka semua musim"
Shinichiro memiringkan kepalanya, apalagi ya? Sejujurnya dia punya banyak pertanyaan hanya saja entah kenapa tidak tahu ingin bertanya tentang apa.
"Alasan mau bersamaku?" (name) mendongak, agak kaget saja di tanya seperti itu. Netra rubahnya bersitatap dengan kelereng hitam Shinichiro. Gadis itu lantas mengumbar senyum kecil ke arah sang pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epoch [SANO SHINICHIRO]
Short StoryShinichiro, pria yang selalu di tolak oleh wanita. Berkali-kali Shinichiro menyatakan perasaan kepada wanita yang disukainya tetapi ia selalu di tolak. Tetapi, saat kebalikan menghampirinya Shinichiro tak tahu harus berbuat apa. Sebuah periode dala...