11.

842 165 22
                                    

⫷รคภ๏รђเภเςђเг๏⫸
「Sτสrτ」
▶ ●────────亗






Shinichiro mendekap erat (name), gadis itu menangis tersendu-sendu di dalam dekapannya. Mengelus punggung kecil yang bergetar itu, sesekali mengecup pelan pucuk kepala (name).

"Udah, ini bukan salahmu. Jangan menangis ya" Shinichiro menangkup wajah gadis itu. Matanya bengkak karena menangis, pipi dan hidungnya juga. Bahkan bibir serta badannya bergetar hebat.

"Ini..hiks menyeramkan" (name) menggenggam erat kaos Shinichiro. Ia tak bisa melupakan kejadian beberapa saat lalu. Dimana dirinya menikmati saat di mana sebuah vibrator bergetar di dalam dirinya.

"Shinichiro-kun jujur saja hiks..kau pasti merasa hiks..merasa jijik padaku kan?" (name) bahkan tak berani mengangkat wajahnya. Ia terlalu malu untuk bersitatap dengan lelaki itu.

"Nggak kok, (name) hei lihat aku" Shinichiro kembali menangkup wajah (name), ia tersenyum kecil. "Ini bukan salahmu, jadi berhenti menangis ya hmm" Shinichiro menghapus sisa air mata (name). Ia kembali mendekap gadis itu.

"Udah, udah. Bukan salah mu, ini bukan salah mu" Shinichiro mengecup pucuk kepala (name). Ia mencoba meyakinkan gadisnya bahwa itu bukan kesalahannya.

Lagi pula siapapun tahu bahwa semua ini salah Mito. Jika bukan karena wanita itu (name) tak akan jadi begini.

"Udah dong jangan nangis lagi ehh kok makin deras nangisnya" Shinichiro jadi panik, ia lalu memangku (name). Shinichiro kali ini membiarkan (name) menangis sepuasnya di bahunya, tak berniat untuk menyuruh gadis itu berhenti menangis lagi.

"maaf"

Gumaman lirih itu hanya di balas senyuman oleh Shinichiro. "Berapa kali harus kukatakan padamu bahwa ini bukan salahmu, lagipula aku yang menyuruh adikku untuk memberikan benda itu padamu untuk membantumu lepas dari rasa panas yang menyiksamu"

Shinichiro membuat jarak, ia kembali menghapus air mata di wajah (name). Mendekatkan wajahnya, Shinichiro mengecup lama kening (name). Setelahnya ia memasang senyum lembutnya menghadapi mata bergetar gadis itu.

"Kau pasti lelah kan setelah semua yang terjadi hari ini dan terus menangis seharian? Ayo, ku antar pulang" Shinichiro menggendong (name) ala koala, ia membiarkan gadis itu menenggelamkan wajahnya pada bahunya. Lantas mendudukkan (name) di atas motor nya.

"Biar aku juga yang menjelaskan keadaan mu pada keluarga mu, nanti saat sampai di rumah kau langsung tidur saja ya?" (name) mengangguk, Shinichiro lalu naik ke motornya.

"Peluk aku" (name) menurut, ia lalu memeluk erat Shinichiro. Sementara Shinichiro tersenyum kecil, (name) memeluk nya terlalu erat hingga rasanya agak sesak tapi tak masalah bagi Shinichiro tangannya yang tak memegang gas motor di gunakannya untuk mengelus tangan (name) yang melingkar di perutnya.

⋆┈┈. ゚ ❃ ུ ❀ ུ ❁ ུ ❃ ུ ❀ ུ

Ran memasuki markas Tenjiku, begitu netranya dan netra Izana bertemu ia lantas menggeleng kecil.

"Mereka nggak ada yang dapat nemuin si Mito" Ran memberi laporan, Izana menghela nafas pelan. Ia membaringkan tubuhnya, memejamkan matanya guna memendam emosinya yang ia rasa akan pecah kapan saja.

"Kerahkan lagi anak buah kalian, cari jalang itu keseluruh penjuru kota. Di sudut terkecil kota ini juga cari dia, Wanita sialan itu tak boleh lepas" para petinggi Tenjiku mengangguk patuh. Mereka mulai berpencar dan menghubungi anak buahnya untuk terus mencari Mito.

"Kakuchou, tolong ambilkan aku air. Aku perlu mengguyur kepalaku" Kakuchou mengangguk patuh, kacung setia Izana itu berlalu guna mengambil apa yang di perintahkan oleh sang Raja.

Epoch [SANO SHINICHIRO] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang