⫷รคภ๏รђเภเςђเг๏⫸
「Sτสrτ」
▶ ●────────亗
Yuri berjalan cepat ke arah pintu saat seseorang memencet bel. Mungkin saja itu (name) mengingat anak gadisnya itu tak membawa kunci cadangan saat keluar rumah.
Cklek!
Yuri tersenyum kecil kala didapati nya Shinichiro yang berdiri di balik pintu. Pacar anaknya itu menunduk singkat kepadanya.
"Malam, Ma. (name) nya mana ya Ma? Udah sembuh kah?" Shinichiro sedikit mengintip ke dalam rumah. Sementara Yuri tersenyum saja menanggapinya. Ia berfikir bahwa anaknya sangat beruntung memiliki pacar pengertian seperti Shinichiro.
"Gimana ya bilangnya, ya nak. (name) nya keluar, ke minimarket sih tadi mau beli pembalut katanya" Yuri menghela nafas kecil. Shinichiro memperhatikan Yuri yang kini tampak gelisah.
"Kenapa, Ma?"
"Udah hampir sepuluh menit ini (name) pergi, belum balik-balik. Dia itu jalannya cepat, biasanya cepat pergi cepat juga baliknya. Ini lama banget, Mama jadi khawatir. Shinichiro mau nggak jemput (name)? Tinggal lurus aja sebenarnya minimarket nya nggak jauh dari persimpangan" Shinichiro mengangguk. Ia lantas memberikan kantung plastik yang ia bawa tadi kepada Yuri.
"Ini Ma, isinya buah-buahan buat Mama. Aku jemput (name) nya dulu" Yuri menerima kantung plastik itu dan ikut mengantar Shinichiro sampai ke depan pagar rumah.
"Hati-hati ya, Shinichiro!" Shinichiro mengangguk. Ia lantas sedikit berlari menyusuri jalan yang di tunjuk oleh Yuri.
"Aduh, (name). Udah tau sakit masih aja keluyuran" Shinichiro mengusap wajahnya kasar. "Kenapa nggak telpon aja terus suruh aku yang beli kan bisa"
⋆┈┈. ゚ ❃ ུ ❀ ུ ❁ ུ ❃ ུ ❀ ུ
Mito mundur selangkah, wanita itu menatap Izana dengan panik. Ia yakin Izana tak akan mengampuninya atas apa yang terjadi di masa lalu dan beberapa hari yang lalu. Karena tak bisa memikirkan apapun Mito lantas menarik (name) dan berniat menjadikan wanita itu sandera. Tongkat baseball nya ia tempelkan ke pelipis (name).
"Mundur Izana!" Mito menekan kuat tongkat baseball yang terbuat dari besi itu ke pelipis (name). Izana yang melihat Mito melakukan hal itu lalu melirik ke arah (name) yang wajahnya terlalu lempeng--untuk ukuran orang yang sedang dijadikan sandera.
Lagipula jujur saja, (name) tahu ia bisa bebas dari situasi ini dengan mudah. Ia bisa saja menyikut perut Mito hanya saja jika wanita itu memang benar sedang hamil maka (name) tak mau menyakiti anaknya. Sejahat-jahatnya (name) ia tak mungkin menyakiti anak yang tak bersalah.
"Menjauh Izana, akan kulepaskan gadis ini asal kau menjauh dariku" Mito mundur perlahan kebelakang, hal itu juga membuat (name) ikut mundur. Gadis itu bisa melihat Izana yang menyeringai ke arahnya."Ayolah, (name). Aku tahu kau tak selemah itu jadi ayo hajar Mito habis-habisan. Dia hanya akan menjadi benalu dalam hubungan mu dan kakak ku" (name) tetap diam, tak membalas provokasi Izana. Bisa (name) rasakan juga Mito yang tubuhnya kini mulai bergetar di belakangnya.
Menghajar Mito ya? (name) sih mau-mau saja cuman wanita di belakangnya ini hamil. (name) tak bisa memukul wanita hamil. Tapi apa karena alasan seperti itu ia bisa membiarkan Mito melenggang bebas? Memaafkan wanita itu dan membiarkan nya berlindung di balik kata-kata ia sedang hamil.
"Aku tak bisa memukul Mito, Izana. Dia sedang hamil" Izana terdiam di tempatnya mendengar kata-kata (name). Mito yang menyandera gadis itu juga ikut tercekat.
![](https://img.wattpad.com/cover/290152535-288-k732231.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Epoch [SANO SHINICHIRO]
Historia CortaShinichiro, pria yang selalu di tolak oleh wanita. Berkali-kali Shinichiro menyatakan perasaan kepada wanita yang disukainya tetapi ia selalu di tolak. Tetapi, saat kebalikan menghampirinya Shinichiro tak tahu harus berbuat apa. Sebuah periode dala...