Masih sangat pagi sekali namun aula besar dari hotel ternama Bangkok telah disulap sedemikian rupa untuk sebuah acara besar. Nuansanya serba putih dan emas. Semerbak wangi dari white rose yang berada di berbagai tempat memenuhi segala sudut, kursi dengan balutan warna putih dan pita keemasan berjejer apik mengelilingi meja bundar, memenuhi hampir separuh aula besar. Juntaian kain yang di tata sedemikian rupa membentuk gelombang pita di tepi bagian atas setiap dinding. Panggung cukup besar namun tidak terlalu tinggi juga sudah terbangun apik di bagian depan aula.
Para staf dan juga penata ruang sibuk sana sini memastikan segalanya berjalan dengan baik. Tegang menyelimuti mereka yang ditugaskan dalam segala aspek pada acara ini. Bagaimana tidak? Pesta pernikahan sekaligus pemberkatan penerus dari dua pengusaha sukses akan dilangsungkan dalam waktu kurang dari satu jam lagi. Semua harus berjalan dengan lancar jika tidak ingin mendapatkan amukan.
Sementara di salah satu kamar hotel terbaik, VVIP rooms. Sang pengantin pria tengah di make up dengan look hampir setara pangeran kerajaan. Kemeja putih terbalut Tuksedo hitam dan dasi berwarna senada, sepatu pantofel mengkilap indah menghiasi kedua kaki yang siap melangkah, piercing ditelinga sebelah kiri menambah pelengkap tersendiri bagi paras rupawan. Wajahnya nampak datar, tidak gelisah pun tidak bahagia. Aura nya setenang permukaan danau musim semi, datar eksepsinya tak terbaca.
Di sudut lain ruang ada sang mempelai wanita, baru saja selesai dirias dan berganti dengan gaun pengantin putih berhias Swarovski berwarna senada, pun mahkota bertengger di atas kepala memberi kesan anggun nan elegan. Senyumnya manis meski tampak sedikit terpaksa. Hatinya gelisah tidak ia pungkiri, telapak tangannya basah oleh keringat.
"Zee.." ujaran nama itu terdengar halus dari labiun tipisnya yang terpoles lipstik merah muda, namun jika di dengar lebih teliti suaranya menahan getar sakit yang menjalar dari hati.
"Ya?" Jawabnya mungkin singkat tapi atensinya ia alihkan penuh pada sang calon istri.
"Bisa kita bicara?" Kalimat tanya itu terdengar ragu, gugup getar suaranya terdengar jelas di telinga calon mempelai pria.
"Tidak. Kita tidak bisa mundur lagi. Maafkan aku... Leo." Zee menolak tegas, ia tahu betul arah pembicaraan jika dilanjutkan. Bukan ia tidak ingin mundur dari pernikahan ini. Jika boleh jujur, ia juga rasakan hal yang sama, keinginan yang sama. Tapi sekali lagi, ada kehidupan gadis malang yang bergantung padanya.
Leo. Gadis itu hanya mampu menunduk sedih, matanya hampir saja loloskan satu tetes bening jika saja tidak ia tahan. Pikirannya berkelana pada sosok tampan jauh di sana yang telah berhasil curi hati di bulan-bulan terakhir sebelum statusnya resmi jadi tunangan Panich muda. Itu sudah satu tahun yang lalu saat ia masih seorang mahasiswi di salah satu kampus terbaik di Bangkok.
Seorang mahasiswa pindahan dari Korea dengan pesona luar biasa, wajahnya tampan namun penuh senyuman, sikapnya ceria dan mampu menghangatkan hati seorang gadis yang selama usia hanya jadi 'tahanan' orangtuanya. Jung Hoseok, atau panggil saja dia Jhope.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZaintSee Universe ✓
FanfictionZaintSee itu sebuah universe. Semesta dimana Zee dan Saint menjadi pusatnya. Kisahnya beragam, suka dan duka mewarnai. Entah kapan dan bagaimana dimulainya, tapi keduanya selalu menjadi tokoh utama pemegang tahta tertinggi dalam semesta ZaintSee, de...