🎶🌼
Saint menggeram kesal, tangannya sudah pegal untuk urut alat vital namun cairan kentalnya tak kunjung keluar. Malam ini seperti malam yang lain saat ia tak mampu menyalurkan hasratnya. Bukan ia tak mencoba bermain dengan wanita jalang, ataupun pria dominan yang bisa ia bayar, sudah Saint lakukan tapi pria Suppapong ini selalu berhenti di tengah permainan. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, yang ia ingat hanya ini sudah ia rasakan sejak kepulangannya dari pulau jeju delapan bulan silam. Mungkin jika Saint mau menelaah lebih jauh, ia akan paham bahwa sentuhan pria asing yang dulu ia temui satu malam adalah alasannya.
Berpeluh bersama hingga dini hari kala itu memberi dampak besar yang Saint sendiri tidak memahaminya. Dia menjadi tidak pernah bisa memuaskan dirinya, entah dengan para jalang murahan atau bermain solo seperti yang dia lakukan malam ini. Bodohnya Saint tidak ingat nama pria yang sempat ia desahkan dalam nikmatnya kala itu, mungkin mabuk menjadi alasan dia tidak mengingat banyak hal. Yang ia ingat hanya sekilas wajah dengan rahang tegas dan suara berat pria itu. Saint ingin marah sebab saat tengah hari ia sadarkan diri dari tidur kala itu, ia seorang diri terbaring di atas ranjang dengan tubuh tanpa helai kain, hanya berbalut selimut hotel. Setelahnya Saint tidak temukan pria asing yang sempat saling adu desah dengannya itu dimanapun.
Saint menggeram frustasi, sudah dua puluh tujuh menit tangannya urut kejantanan namun tak kunjung dapat pelepasan. Ia putuskan membenahi celana tidurnya, beranjak ke kamar mandi untuk mengguyur diri dengan air dingin, berharap itu mampu meredakan gejolak dalam diri.
Sudah hampir pukul satu dini hari saat ia selesai mandi beku nya, ia kenakan pakaian seadanya, kembali ke atas ranjang empuk dan memasukkan diri ke dalam selimut tebal. Saint raih ponsel di atas rak samping ranjang, memutar lagu dandelions yang entah kenapa mampu menenangkannya beberapa bulan terakhir. Atau mungkin hanya ini cara yang ia punya untuk sekedar menggali memori yang sedikit banyak ia lupa tentang malam hangat yang ia sempat alami dengan pria asing pulau jejunya. Entahlah.
🎶🌼
Surya di atas langit biru bersinar terik pagi ini, membangunkan setiap insan dari mimpi indah untuk menghadapi kehidupan nyata yang memuakkan. Pun begitu dengan Saint, pria Suppapong menggeliat malas di atas ranjang dengan sprei merah tua.
"Tsk, sudah pagi lagi? Membosankan."
Meski bergumam kesal pria ini tetap beranjak dari ranjangnya. Bangun di pagi hari setelah tidur tidak nyenyak adalah hal yang menyebalkan, tapi tanggung jawab sebagai CEO perusahaan mengharuskannya tetap bangun dan menjalani kewajiban. Ia bergegas bersiap setelah sang sekretaris mengingatkan jadwal meeting melalui pesan singkat.
🎶🌼
Bunyi langkah kaki dengan pantofel mengkilap menjadi suara nyaring dari lorong sunyi. Lantai teratas gedung pencakar langit, sebuah perusahaan raksasa bidang perhotelan, lantai teratas sunyi senyap karena memang hanya dihuni oleh satu orang, CEO muda yang berusia hampir 25.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZaintSee Universe ✓
FanfictionZaintSee itu sebuah universe. Semesta dimana Zee dan Saint menjadi pusatnya. Kisahnya beragam, suka dan duka mewarnai. Entah kapan dan bagaimana dimulainya, tapi keduanya selalu menjadi tokoh utama pemegang tahta tertinggi dalam semesta ZaintSee, de...