🥀💔🥀💔🥀💔🥀💔🥀
Suara dari ujung runcing sepatu hak tinggi keluaran terbaru dari Gucci beradu dengan lantai marmer mahal dari istana mewah keluarga Panich. Davikah berjalan dengan anggun dan angkuh di dalam rumah besar mantan suaminya setelah sesaat lalu diijinkan masuk oleh penjaga rumah. Langkah kakinya pasti ia bawa memasuki kediaman besar, ia panggil kepala maid yang kebetulan berada di dekatnya. Tanpa senyum, wanita muda itu bertanya keberadaan putra tunggalnya.
"Dimana putraku?" Wanita dengan setelan blazer peach dan rok mini berwarna senada itu bertanya kepada kepala pelayan yang berdiri gugup di depannya.
"Saint berada di kamarnya Nyonya." Sang pelayan menjawab tanpa memandang lawan bicara, menjaga sopan santunnya kepada wanita yang pernah menjadi Nyonya besarnya.
"Panggil dia 'Tuan muda Saint'. Dia adalah pewaris keluarga ini jika kau lupa."
"B-baik Nyonya." Sang pelayan hanya menunduk dalam dan takut, kemudian bernafas lega saat mantan majikannya itu berjalan menjauh dan menaiki tangga menuju lantai dua dimana kamar sang putra berada.
Sepuluh bulan lima belas hari, Davi kembali ke Thailand lebih cepat dari yang dijadwalkan. Pekerjaannya berjalan dengan baik dan selesai lebih cepat dari dugaannya. Davi rindu putranya tentu saja, wanita yang terlihat tidak pernah menunjukkan kasih sayangnya itu tetap mencintai putra yang dia lahirkan belasan tahun silam. Kelucuan dan keluguan Saint, juga tingkat manja remaja itu menjadi salah satu alasan Lisa menyayangi putra satu-satunya itu.
Kamar paling ujung dengan pintu kayu ukir berwarna putih. Davi ingat Saint pernah menceritakan seperti apa kamarnya, nyaman dan hangat katanya kala itu. Davi berjalan lebih cepat, bergegas ingin segera melihat sang putra untuk melepaskan rasa rindu.
Mengetuk pintu menjadi pilihan, Davi mengetuk beberapa kali pintu kamar yang dia yakini adalah kamar Saint. Beberapa menit berselang namun tidak kunjung mendapat sahutan.
"Saint, kamu didalam?"
"Sayang, nak ini mama."
Wanita yang merupakan model papan atas itu melihat Jam yang melingkar pada pergelangan tangannya, pukul empat sore. Jam dimana biasanya Saint gunakan untuk tidur siang setiap hari. Pantas saja tidak ada sahutan pikir Davi. Senyum cantik Davi mengembang di bibir, tangannya meraih gagang pintu dan mendorongnya. Pemikiran tentang bagaimana sang putra akan tersenyum bahagia karena terkejut akan kehadirannya membuat Davi merona bahagia. Langkah kakinya pelan memasuki kamar, namun tidak menemukan sang anak di atas ranjang sesuai pemikiran awal. Pintu di sisi kiri ranjang yang sedikit terbuka mengundang perhatian Davi. Pun suara gemericik air mengusik naluri nya entah karena apa.
"S-Saint..."
Mata cantiknya membola sempurna, di sisi lain ruang, di dalam kamar mandi, tepat di bawah kucuran air shower yang mengalir ringan. Tubuh sang anak tergeletak tidak berdaya, pecahan kaca dengan noda merah berserakan di sekitar. Cermin kamar mandi pecah, beserta pergelangan tangan -tepat pada area nadi tergores dalam dan mengeluarkan cairan pekat yang terguyur air shower. Bibir pucat dan kulit yang terdapat kerutan halus menandakan berapa lama waktu dari tubuh lemah itu berada di bawah kucuran air.
"SAINT PANICH."
Davikah memaksakan tubuhnya yang sudah lemas untuk menghampiri tubuh anak semata wayangnya yang tergeletak tidak sadarkan diri. Menangis histeris dan memanggil siapapun yang ada di kediaman besar keluarga Kim untuk membantu.
"SAINT, BANGUN SAYANG, NAK KUMOHON."
🥀
🥀
🥀
🥀
🥀
Lee Panich duduk di kursi putar di dalam ruang kerja di perusahaannya, sibuk pada berbagai berkas dari kontrak kerjasama dengan beberapa perusahaan besar yang belum dia setujui.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZaintSee Universe ✓
Fiksi PenggemarZaintSee itu sebuah universe. Semesta dimana Zee dan Saint menjadi pusatnya. Kisahnya beragam, suka dan duka mewarnai. Entah kapan dan bagaimana dimulainya, tapi keduanya selalu menjadi tokoh utama pemegang tahta tertinggi dalam semesta ZaintSee, de...