Best [crush] Friend •7

122 20 4
                                    

Malam itu Zee ceritakan semuanya. Tentang apa yang telah dia alami namun dia sembunyikan dari sang sahabat. Zee tunjukkan rasa sakitnya, kelemahannya dan betapa pecundang dirinya di depan si pemilik hati. Zee ceritakan secara detail tanpa ada yang ia tutupi. Dari bagaimana kesepian yang dia rasakan saat sang ibu meninggal, rasa hangat yang ia dapat dari keluarga Saint, rasa cinta yang tumbuh untuk pertama kali dan tidak pernah hilang hingga kini, pun ketidakmampuannya melawan sang ayah saat perjodohan terjadi. Juga rasa sakit saat sang kakak memilih mengakhiri hidupnya saat Zee sedang berjuang untuk gadis malang itu.

Semuanya secara rinci Zee ceritakan dengan segala rasa yang berkecamuk dalam hati. Banyak macam ekspresi pada wajah rupawan nya kala ia menceritakan jalan hidupnya. Sedih, senang, duka dan lebih banyak luka dan rasa tidak berdaya.

Saint hanya diam malam itu, mendengar setiap kata yang terujar dari sahabat yang telah lama tidak ia jumpai. Bibirnya terlalu kelu untuk sekedar berkomentar atau mengujarkan keprihatinan. Saint juga sempat merutuki dirinya sendiri, karena menjadi sahabat yang tidak peka dan tidak tahu banyak hal, juga tentang rasa marah yang sempat ia rasakan pada Zee beberapa tahun silam. Saint menyesali hal ini, kenapa dia tidak tahu sedari awal tentang penderitaan sang sahabat yang pria itu tanggung seorang diri.

Saint masih tidak berkomentar sampai pada kalimat terakhir terujar dari Zee yang menjadi penutup cerita hidup menyedihkan.

"Saint, apa.. kamu masih memiliki perasaan yang sama padaku?" Pertanyaan itu terujar penuh keraguan, tangan pria itu bahkan saling meremas di atas pangkuan.

"Zee..."

"Kamu sudah melupakanku ya? Aku seharusnya tahu itu. Ini sudah sangat lama. Maafkan aku." Kepalanya tertunduk dalam, coba sembunyikan mata sendu yang pancarkan kesedihan.

"Bukan begitu. Aku.. hanya tidak yakin."

"Jadi.. apa artinya aku masih memiliki kesempatan?"

"Aku tidak tahu. Entahlah, kurasa aku perlu waktu."

"Aku akan menunggu kalau begitu."

"Tapi Zee aku tidak yakin tentang hatiku sendiri. Mungkin akan butuh waktu lama."

"Bukan masalah. Selama apapun itu, aku akan menunggu." Jawaban itu terlontar cepat dari bibir, matanya berbinar penuh harap. Menatap sang sahabat yang duduk disampingnya dengan raut bahagia yang tak mampu ia sembunyikan.






Musim semi baru saja datang, korea mulai tampak indah dengan beberapa sakura yang mulai tumbuh di sepanjang sisi jalan. Langit biru terlihat cerah dengan awan putih yang nampak halus layaknya permen kapas. Matahari bersinar terik namun tak sampai membakar kulit para manusia. Coat tebal masih digunakan beberapa orang yang masih merasakan sisa musim dingin yang baru saja berlalu.

Angin musim semi berhembus ringan namun dinginnya masih menusuk hingga tulang. Seorang pria merutuki dirinya sendiri karena tak memastikan cuaca dari negara yang baru saja beberapa jam lalu ia singgahi, dingin ia rasakan dengan pakaian modis yang melekat di badan. Dengan setelah jas warna biru kehijauan yang nampak elegan, kemeja putih lengkap dengan dasi motif bergaris, pun sepatu pantofel hitam yang melengkapi penampilan. Paras rupawan nya menarik perhatian para pejalan kaki yang berlalu lalang. Ia sandarkan tubuhnya di mobil Bugatti La Voiture Noire warna silver yang baru saja ia beli satu jam yang lalu, yang terparkir apik di depan sebuah gedung perkantoran. Gaya busananya memang tidak terlalu berlebihan, namun pesona dalam diri mampu membuat setiap pasang mata mencuri pandang. Pun kuda besi sebagai tunggangan yang hampir mencapai 200 milyar.

 Pun kuda besi sebagai tunggangan yang hampir mencapai 200 milyar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ZaintSee Universe ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang