30 September 2017,Siswa sekolah menengah atas yang keseluruhan siswanya adalah laki-laki itu bersorak senang. Pasalnya ujian akhir baru saja selesai, pusing berkutat dengan banyaknya soal juga sudah dilakukan dengan baik. Hasil akan mereka ketahui satu minggu lagi, tapi bagi beberapa siswa selesainya ujian akhir adalah sesuatu yang patut dirayakan. Pun begitu dengan sepasang sahabat yang tak pernah terpisahkan.
Gelas panjang berisi es teh dingin berada di depan masing-masing. Mangkuk kosong bekas mie pedas juga sudah tersingkir. Mengisi perut setelah mata pelajaran terakhir dari ujian adalah hal yang cukup berguna. Setidaknya energi tetap perlu diisi, apalagi jam makan siang memang sudah tiba.
Zee dan Saint, duduk berdampingan di kantin sekolah. Perut yang sudah terisi membuat senyum keduanya mengembang di wajah.
"Malam ini rayakan kelulusan seperti biasa?" Zee berujar tanya, bibirnya seruput lagi es teh yang mendinginkan tenggorokan lewat sedotan plastik.
"Main game sampai pagi?"
"Ya, atau kamu ada rencana lain?"
"Tidak. Kak Yoongi sibuk dengan tugas kuliah. Ayah sama bunda juga sedang keluar kota." Bibirnya mengerucut, sebal karena anggota keluarga justru sibuk di hari terakhir ujian sekolahnya.
"Lalu, mau menginap di apartemen baru ku?"
"Apartemen? Sejak kapan?" Tangan yang akan menyuap keripik bayam menggantung di udara, hampir saja benda gurih itu masuk mulut jika saja perkataan sang sahabat mengalihkan tidak atensinya secara penuh.
"Ayah memberikannya sebagai hadiah kelulusan. Aku kan sudah dewasa jadi bisa tinggal sendiri." Sombong ujarnya disertai tangan menepuk dada dengan bangga.
"Aku juga sudah dewasa tapi kenapa tidak di ijinkan tinggal sendiri yaa?"
"Kamu kan beda."
"Bedanya?" Kerutan samar diantara alis yang menukik, dia juga sudah beranjak dewasa jadi apa yang membuatnya beda dengan Zee? Saint tidak mengerti.
"Kamu terlalu manis. Nanti kalau di culik om-om kan repot." Zee berujar santai, tidak tahu saja jika ujar kalimatnya membuat yang berwajah manis geram seketika. Pekikan pasti akan terdengar setelahnya.
"Aku tampan tahu!!" Bibirnya maju lagi, pipi menggembung tanda rasa kesal dilanda hati. Saint itu tampan, itu yang dia katakan pada dirinya sendiri. Meski setiap pagi berkaca di kamar mandi tetap tidak menyadarkan diri akan wajah manis yang jadi anugerah tersendiri.
"Iya.. iya. Kamu tampan. Jadi mau menginap malam ini? Sekalian bantu aku menata ulang."
"Tsk. Ada maunya!!.... Emm tapi baiklah. Kirimkan alamatnya, nanti aku akan ke sana jam 7." Kesepakatan tetap terjadi, rasa kesal hanya bertahan layaknya oksigen yang masuk di paru-paru dan di hembus pada detik berikutnya. Lenyap dalam hitungan second.
"Di antar kak Yoongi?"
"Pakai taksi saja. Kak Yoongi di rumah temannya mengerjakan tugas." Tangannya raih lagi bungkus keripik yang sempat terabaikan, memakan lagi bayam kering yang jadi favorit.
"Tidak apa? Berani gitu?" Senyumnya mengejek, Saint tahu sekali. Zee memang seperti itu. Tidak merasa puas jika belum melihat Saint kesal hingga ke ubun-ubun.
"Ishhh aku kan sudah besar!!"
"Iya anak besar."
"Tau ahh... Sebal!!"
"Dih ngambek.."
Bibir ranumnya mencibir sebal, di ejek sebagai anak kecil manis yang akan diculik om-om adalah hal menyebalkan yang selalu saja Zee katakan. Meski tidak ia pungkiri hatinya berbunga dikatakan manis oleh pujaan. Obrolan berlanjut hingga pukul dua. Masing-masing dari mereka membereskan barang dan bersiap pulang. Saint telah memesan taksi sebelumnya, sang kakak tidak dapat menjemput karena larut dalam kesibukan. Sementara Zee berkata akan langsung menuju apartemen barunya. Mereka berpisah di gerbang sekolah siang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZaintSee Universe ✓
FanfictionZaintSee itu sebuah universe. Semesta dimana Zee dan Saint menjadi pusatnya. Kisahnya beragam, suka dan duka mewarnai. Entah kapan dan bagaimana dimulainya, tapi keduanya selalu menjadi tokoh utama pemegang tahta tertinggi dalam semesta ZaintSee, de...