|
SELAMAT MEMBACA!!
.
"Yang aku takutkan ketika pulang adalah tidak diharapkan oleh mereka."
- Chella Valencia Wijaya.
• bab delapan •
Yang tidak terlihat.
|
Anna membuka pintu rumahnya, terlihat Brian tengah menonton siaran Televisi yang menampilkan sinetron 'Ku menangis..' . Ia melangkahkan kakinya mendekati Papa nya itu.
"Hai sayang, baru pulang kamu?" tanya Brian ketika mendengar suara langkah kaki Anna.
"Iya Pa, oh iya ini sate nya." Menyodorkan plastik berwarna putih kepada Papa nya.
"Alhamdulillah, akhirnya. Yaudah kamu mandi dulu gih, biar papa siapin makanannya."
"Iya aku ke kamar dulu Pa."
Dengan langkah pelan Anna menaiki tangga dan langsung memasuki kamarnya, merebahkan diri sebentar menatap langit-langit kamar.
Aku harus kuat, demi impian kamu.
Menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman tipis, memberi sedikit kekuatan bagi dirinya sendiri. Ia pun menegakkan tubuhnya menatap sebuah pigura foto yang berada di atas nakas dengan penuh ungkapan kerinduan.
Tangannya perlahan meraih benda itu, sebelum mengusapnya perlahan.
"Apa kabar kamu?"
Perlahan Anna memeluk benda itu dengan memejamkan mata, merasakan detak jantungnya yang berpacu dengan cepat. Lalu meletakkan kembali di atas nakas sebelum ia melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi.
Setelah sekitar 30 menit berendam untuk menghilangkan rasa lelahnya, ia lalu memakai sweater rajut dan celana pendek. Mengamati luka pada wajahnya lewat cermin, sepertinya belum pulih dan masih meninggalkan bekas. Anna meraih concealer yang biasa ia pakai untuk menutupi bekas luka.
Mengoleskan sedikit pada lebam pada pipinya akibat tonjokan dari Caramel, masih sakit sebenarnya karena belum sempat ia kompres.
Melihat pantulan dirinya pada cermin, tatapannya sendu tangannya perlahan meraih lebam yang sudah ia tutupi.
"Na, udah belum mandi nya?"
Buru-buru ia meletakkan kembali concealer pada peralatan make up, dan langsung merapihkan penampilannya, kemudian turun ke bawah untuk makan bersama dengan Papa nya.
"Papa tumben jam segini udah balik kantor?" tanya Anna sembari melihat menggandeng lengan Brian.
"Iya dong, urusan di kantor hari ini gak terlalu padat. Seneng gak papa pulang cepet gini?"
"Seneng banget!" jawab Anna sembari menganggukkan kepalanya cepat, ia lalu menarik salah satu kursi dan langsung mengambil nasi dan beberapa sate untuk papa nya terlebih dahulu. Setelah itu, ia ngambil nasi serta sate lagi untuk dirinya.
"Sate nya enak banget." gumam Anna pelan, mengunyah nasi dan mengigit daging sate itu.
"Oh iya, tadi kamu kenapa pulang pake masker?"
"Uhuk." Anna terbatuk-batuk ketika mendengar pertanyaan dari Papa nya, segera Brian meraih gelas berisi air putih dan memberikannya pada Anna.
Kemudian menenggaknya hingga habis, meletakkan gelas tadi dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALOPSIA
Teen Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) Seperti apa kehidupan remaja usia 17 tahun pada umumnya? Pastinya di tahun itu seorang remaja telah bisa memilih keputusan serta bertanggung jawab atas pendewasaan. Bagi orang awam mengatakannya mereka mulai mencari jati d...