|
SELAMAT MEMBACA!!
.
"Aku ingin merasakan suatu hal yang disebut hidup."
- Zivanna Aubrey.
• bab tiga belas •
Lagi-lagi dia yang tau.
|
Lima menit berlalu, Chella beberapa kali menatap cermin toilet dengan senyum lebar yang terus mengembang di bibirnya sejak pagi tadi.
"Ge tinggal sendirian kan ya?" gumam Chella.
Sedetik kemudian ia memekik senang, pipinya langsung merona merah sekali seperti tomat.
"Berarti nanti kita berduaan dong?!"
Sesekali ia melompat-lompat kegirangan, dengan kedua tangan yang menutupi seluruh wajahnya.
"Alay."
Cibir Maureen yang sudah tidak tahan melihat tingkah girang temannya hari ini. Siapa yang akan tahan jika seharian ini Chella selalu mengucapkan kalimat yang sama berulang-ulang kali.
Mendengar sindiran yang baru saja dilontarkan oleh Maureen, membuat Chella meliriknya sinis.
"Iri bilang boss!"
"Dih ngapain iri, lagian ya lo aja baru deket belum pacaran. Jadi ngapain iri?"
"Kalem, sekarang lagi pdkt. Masih on the way."
"Halah itu mah lo yang halu!" sindir Maureen, yang membuat Chella sedikit geram.
"Mending gue halu nya sama yang nyata, lah lo sama tokoh fiksi." balas nya tepat yang langsung menusuk ke dalam hati Maureen, nyesek sekali epribadeh.
"Kampret!"
Dan terjadilah aksi kejar-kejaran dua gadis itu yang membuat semua pasang mata langsung tertuju kepada mereka.
"Sini gak lo!"
"Gak mau." ledek Chella sembari menjulurkan lidahnya ke arah Maureen.
"Anak setan!" umpat Maureen
Pada saat Chella berlari menghindari Maureen ia tersandung tali sepatunya sendiri yang terlepas, membuatnya jatuh tersungkur.
Apes apes, gerutunya dalam hati.
"HAHAHAHAHA MAMPUS!"
Bukannya menolong Maureen malah tertawa terpingkal-pingkal sembari memukul-mukul tembok.
"Woi Maureen tolongin gue!"
"Ogah." sahut Maureen dengan gantian menjulurkan lidahnya meledek, yang malah berlarian menuju gerbang.
"Bangke." umpat Chella, ia melirik kanan kirinya untung saja tidak terlalu ramai, jika tidak ia mungkin akan mengantongi wajahnya kedalam tas nya. Malu sekali.
Dengan cepat ia berdiri dengan berlagak tenang, merapikan rok nya dan langsung menyusul Maureen.
"Reen, coba pegang tangan gue."
"Kenapa emang?"
"Pegang aja." paksa Chella yang menyodorkan tangannya ke arah Maureen.
"Kok tangan lo dingin?" tanya Maureen bingung.
"Iya kan dingin? Gue deg-degan banget." jawab Chella dengan mata yang berbinar-binar.
"Alay lo najis!" Maureen menoyor kepala gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALOPSIA
Teen Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) Seperti apa kehidupan remaja usia 17 tahun pada umumnya? Pastinya di tahun itu seorang remaja telah bisa memilih keputusan serta bertanggung jawab atas pendewasaan. Bagi orang awam mengatakannya mereka mulai mencari jati d...