|
SELAMAT MEMBACA!!
.
• bab sebelas •
Gagal deh.
|
Di sudut ruangan yang berbau obat-obatan, terdapat dua orang manusia di dalamnya. Anna yang sedang terbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit dengan beberapa plester luka yang sudah tertempel di wajah serta dahinya dan Dary yang tampak masih bergeming tanpa ada pergerakan selain terus memandangi wajah gadis itu, menunggunya.
Hingga perlahan jari gadis itu bergerak dan matanya mulai terangkat perlahan, menyesuaikan cahaya yang mulai masuk ke dalam retina.
Dary buru-buru bangkit dari sofa yang terletak tak jauh dari ranjang, ia langsung menggapai tangan Anna dan menggenggam nya hati-hati seakan-akan takut gadis itu seperti porselen yang mudah rapuh.
"Aku dimana?" tanya Anna dengan bingung sembari melihat sekelilingnya yang berwarna serba putih.
"Di rumah sakit."
Anna menoleh menatap laki-laki itu singkat dan langsung melepaskan genggaman pada tangannya, kemudian membuang pandangannya ke arah lain.
"Aku mau pulang."
"Na.. lo itu belum sembuh total."
Tanpa menghiraukan perkataan dari Dary, ia langsung mencopot selang infusnya dengan paksa menggunakan satu tangannya yang bebas, membuat darah sedikit mengalir.
"Na lo apa-apaan sih?!" tanya Dary dengan nada yang sedikit membentak.
Anna hanya diam tanpa menjawab apalagi membalas tatapan dari Dary. Seakan sadar akan kesalahannya, laki-laki itu langsung mengubah mimik wajahnya menjadi lebih tenang dan menggapai tangan Anna yang sedikit berlumuran darah tadi.
"Sorry gue gak bermaksud ngebentak lo."
Dengan cepat Dary menekan tombol pada sisi ranjang pasien yang berguna untuk memanggil perawat atau dokter.
Tak lama datang lah seorang pria berpakaian rapi dengan jas putih yang melekat pada tubuhnya dengan salah seorang perempuan yang sepertinya perawat, membawa trolley emergency yang berisi beberapa peralatan medis.
Mereka langsung memeriksa keadaan Anna, serta memasangkan kembali alat infus dan menggantinya dengan yang baru.
"Dia gak kenapa-kenapa kan, Dok?"
"Mari kita bicarakan di ruangan saya." ajak sang Dokter dan mereka langsung meninggalkan ruangan yang ditempati oleh Anna.
Menyisakan gadis itu sendirian menatap kosong tangannya yang saat ini sudah kembali terpasang selang infus.
Sudah beberapa menit sejak dimintai ikut ke ruangan sang dokter yang merawat Anna, kini laki-laki itu baru saja kembali dan langsung mendekati Anna yang sedang duduk termenung sembari fokus memandangi jendela rumah sakit tanpa ada pergerakan sedikit pun.
"Na." panggil Dary sembari menepuk pelan punggung tangan Anna, membuat gadis itu sontak menoleh menatapnya.
"Tunggu sampe infusnya habis dulu ya Na, baru nanti lo boleh pulang. Nanti biar gue sekalian anterin aja."
Hanya anggukan kepala yang Anna perlihatkan kepada Dary, gadis itu kembali mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Membuat suasana hening tanpa ada yang pembicaraan diantara mereka.
Dary melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, lalu berjalan menuju pintu. Laki-laki itu berniat membelikan makanan untuk Anna terlebih dahulu sebelum gadis itu pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALOPSIA
Teen Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) Seperti apa kehidupan remaja usia 17 tahun pada umumnya? Pastinya di tahun itu seorang remaja telah bisa memilih keputusan serta bertanggung jawab atas pendewasaan. Bagi orang awam mengatakannya mereka mulai mencari jati d...