Diskors-nya dua orang yang digadang-gadang sebagai pentolan sekolah nyatanya membuat suasana sekolah sangat damai, tidak ada perkelahian ataupun keributan sekarang ini.Ayuna pun merasa begitu, kehidupan sekolahnya lumayan damai tanpa adanya Zidan dan Satya yang terus-terusan menjahilinya, lebih jelasnya sih modus.
Meski sempat adu mulut dengan kakak kelasnya, namun Ayuna tetap merasa tenang, walaupun terkadang perkataan si kakak kelas masih membuatnya kepikiran.
"Udah ganjen, gatel, sasimo lagi, lo se-gak punya attitude itu, gak pernah diajarin sama orang tua." Omong kosong ini selalu saja melintas dibenaknya dikala Ayuna tengah sendirian atau fikirannya sedang kosong.
Ayuna menarik nafas pelan sebelum membereskan buku-bukunya yang tergeletak di meja perpustakaan, akhir-akhir ini Ayuna menjadi lebih sering ke perpustkaan untuk mencari referensi materi debatnya.
Setelah merapikan buku-bukunya, gadis 17 tahun tersebut keluar dari perpustakaan, sesekali tersenyum membalas sapaan adik kelas atau kenalannya yang tak sengaja berpas-pasan dengannya.
Ayuna ini sangat aktif didunia ekskul, maka dari itu kenalannya sangat banyak dan ia cukup terkenal, ia juga disebut-sebur sebagai 'lovely kakel' karena sangking ramahnya kepada Adik Kelas, walaupun wajahnya jutek nyatanya ia sangat ramah.
Di pertengahan jalan ia melihat kerumunan yang cukup ramai, saat didekati ternyata ada anak kelas 10 yang tengah bertengkar. Ayuna membuang nafas kesal, Zidan dan Satya tidak ada kini ada penggantinya.
Semakin dekat Ayuna bisa melihat siapa identitas adik kelas tersebut, ternyata itu Haris, adiknya sendiri.
Jelas Ayuna langsung menggeleng pelan dan sedikit bertanya-tanya, mengapa ia harus hidup ditengah-tengah manusia yang haus akan baku hantam.
Untungnya perkelahian dapat dihentikan karena kedatangan Bu Gendis, kedua remaja tersebut dibawa keruang BK. Namun, saat Haris melewati Ayuna pemuda itu tersenyum konyol sembari berucap tanpa suara, "jangan bilang Bunda."
Ayuna memutar bolamatanya malas dan hanya mengangguk sedikit, ia langsung melanjutkan perjalanannya kekelas. Lagi-lagi saat sampai ditangga menuju kelasnya, langkahnya terhenti saat melihat sosok tak asing.
"Kak Zidan?"
Pemuda dengan tudung hoodienya yang tengah berjalan mengendap-endap untuk turun langsung mendongak, ia tersenyum kecil pada Ayuna lalu menghampiri gadis yang masih terdiam ditangga keenam.
"Lo ngapain disini kak? Bukannya di skors?" Tanya Ayuna bingung.
"Ada urusan dikelas," Jawab Zidan sembari menarik lengan Ayuna dan membawanya berlari menuruni tangga.
"Mau kemana?! Jangan bawa-bawa gue!" Protes Ayuna ketika Zidan menariknya, namun Si Pemuda hanya diam dan terus berlari ditengah padatnya Siswa. "kak gue mau kekelas!" Yang lebih tua tetap acuh dan terus menarik Ayuna.
Mereka berhenti didalam ruang UKS yang untungnya sedang tidak ada orang, menurut Zidan ini adalah tempat yang aman untuk hanya sekedar berbicara dengan Ayuna.
"Maaf," Ucap Pemuda itu saat melihat wajah siap meledaknya Ayuna.
"Lo ngapain bawa gue sih kak?! Gue mau kekelas!"
Yang lebih tua terkekeh pelan sembari menatap lurus yang lebih muda, selanjutnya dengan tanpa beban ia berucap, "Kangen."
Ayuna terdiam sebentar lalu membuang wajahnya kesamping yang lagi-lagi dihadiahi kekehan pelan dari Zidan.
"Cie, salting." Nada bicaranya datar, namun tetap saja terdengar menyebalkan.
"Apaansih! Enggak!" Ayuna mengelak, namun rona merah dipipinya jelas tak bisa menyembunyikan fakta yang sesungguhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UKS | Jisung Yuna
Fanfiction"UKS itu Unit Kesehatan Sekolah atau Unit Kebucinan Sekolah, sih?" • JisungYuna Lokal ©your_nadyla