"Abang pelan-pelan dong jalannya!" Ali hanya melirik sekilas gadis mungil yang terus mengikuti dirinya.
Ia dan Prilly sudah bertetangga sejak mereka lahir hingga sekarang. Mereka tepatnya Prilly selalu membuntuti dirinya bahkan sampai memaksakan diri untuk bersekolah di sekolah yang sama dengan Ali.
Usia Ali lebih tua beberapa bulan dari Prilly sehingga dari kecil Prilly selalu memanggilnya Abang.
"Selamat pagi Kak Ali."
Prilly semakin mempercepat langkahnya ketika mendengar sapaan demi sapaan yang Adik-adik kelas layangkan pada Ali.
Ali hanya menganggukkan pelan tanpa berniat membalas, Ali memang dikenal dingin dan cuek pada keadaan sekitarnya kecuali pada satu orang.
"Hai Li.."
"Hai Bel."
Langkah Prilly sontak terhenti saat melihat Ali berjalan beriringan dengan seorang wanita yang tak kalah populer di sekolah mereka.
Menghela nafasnya Prilly melambatkan langkahnya, ia tahu jika sudah bersama Bella, Ali akan bersikap berpuluh-puluh kali lebih dingin padanya.
Bella ada siswi populer di sekolah mereka selain parasnya yang cantik Bella juga memiliki kecerdasan otak diatas rata-rata meskipun tidak sampai mengalahkan Ali tapi tetap saja keberadaan Bella sangat diperhitungkan di sekolah ini.
Bella dan Ali sering terlibat dalam berbagai macam lomba seperti olimpiade atau perlombaan lainnya yang mengandalkan otak sebagai senjata utama.
Prilly memasuki kelasnya dengan wajah kuyu. Tahun ini ia dan Ali berbeda kelas karena pria itu yang memintanya. Ali merasa sangat terganggu dengan adanya Prilly disampingnya, pemuda itu beralasan ingin fokus menghadapi ujian akhirnya sebagai siswa teladan yang sudah mengharumkan nama sekolah jelas permintaan Ali langsung saja dikabulkan oleh kepala sekolah mereka.
Dan Prilly harus menerima dengan lapang dada ia dan Ali dipisahkan. Ali berada di kelas inti sedangkan ia dikelas biasa yang rata-rata diisi oleh siswa atau siswi yang otaknya pas-pasan seperti Prilly.
"Halo neng geulis aduh pagi-pagi mukanya udah kusut aja pasti lupa pakai serum hari ini ya?"
Prilly mendengus kesal pada Adrian teman sekelasnya yang hobi sekali menganggu Prilly.
"Iih Adrian! Jangan ganggu Prilly hari ini!" Prilly menghentakkan kakinya beberapa kali pertanda ia benar-benar sedang kesal saat ini.
Adrian tertawa keras saat melihat tingkah menggemaskan gadis manis didepannya ini.
"Ad lo apain sahabat gue hah?!"
Adrian dan Prilly sontak menoleh kearah suara dimana seorang siswi berseragam rapi sedang berjalan kearah mereka.
"Hai Naura."
Naura, sahabat satu-satunya yang Prilly miliki selama bersekolah di SMA unggul ini. Naura berparas manis dengan postur tubuh semampai yang kerap kali membuat Prilly iri.
Jika kulit Prilly putih bersih maka Naura lebih ke hitam eksotis. Garis wajah mereka juga nyaris sama hanya saja Prilly ditambah dengan pipi tembam yang semakin membuat wajah cantiknya terlihat menggemaskan.
"Halo Pril. Tumbenan lo langsung ke kelas nggak ngintilin si Ali dulu?" Sindir Naura yang membuat Prilly kembali mengingat bagaimana serasinya Ali ketika berjalan beriringan dengan Bella.
Tanpa menjawab pertanyaan Naura, Prilly memilih berbalik dan berjalan menuju kursinya.
Ah, nasib-nasib. Beginilah derita Prilly yang melabuhkan hatinya pada seseorang yang sama sekali tidak pernah memperhitungkan keberadaan dirinya.
Sakit sekaligus miris.
***
Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat bel istirahat sudah berbunyi menandakan bahwa waktunya para siswa dan siswi menyerbu kantin sudah tiba.
"Lo mau makan apa Pril biar gue pesenin."
Prilly yang baru saja mendaratkan bokongnya di kursi tampak berpikir. "Kayaknya aku mau makan yang pedas-pedas deh hari ini." Ujarnya yang diangguki oleh Naura.
"Bakso ayam cocok nih!"
"Oke. Bakso ayam aja deh Naura, makasih ya Naura cantik udah mau pesenin makan bakso buat aku." Ujar Prilly dengan gaya yang begitu menggemaskan. Naura terkekeh geli sebelum beranjak menuju rak bakso Naura menyempatkan diri mencubit pipi tembam Prilly hingga gadis itu memekik kesakitan.
"Ih Naura! Iseng banget deh!"
Prilly mengusap pipinya yang baru saja dijawil oleh Naura sedangkan sahabatnya itu sudah beranjak dari kursi dengan tawa yang terdengar begitu puas.
Prilly manyun sebentar sebelum matanya kembali berbinar saat melihat Ali yang sedang berjalan kearah kantin. Pria itu sendirian tanpa Bella.
"Abang!!" Pekik Prilly dengan suara cemprengnya yang begitu khas. Nyaris seluruh penghuni kantin menoleh menatap Prilly yang sama sekali tidak menyadarinya, gadis itu hanya terfokus pada sosok pemuda yang menampilkan ekspresi dinginnya.
Prilly mendesah pelan saat melihat Ali justru berjalan ke meja lain alih-alih mendatangi dirinya. Ali selalu mengabaikan dirinya.
"Enggak apa-apa Pril, lo kuat lagian lo juga udah biasa diabaikan oleh Abang Ali kan? Jadi udah biasa udah kebal ya kan? Duh dada aku kok sakit banget ya." Ujar Prilly sambil mengusap-usap lembut dadanya.
"Woi! Tega banget lo ninggalin gue dikelas sendirian ya."
Prilly mendongak menatap Adrian yang sudah menarik kursi disampingnya. "Ih Adrian! Kan tadi kamu lagi ngerjain tugas makanya aku sama Naura ke kantin duluan." Prilly kembali mengerucutkan bibirnya.
Adrian tertawa kecil melihat sikap menggemaskan gadis disampingnya ini. Adrian sendiri juga termasuk dalam jajaran siswa-siswi populer di sekolah ini selain rupanya yang tampan Adrian juga memiliki sifat yang hangat dan mau berkawan dengan siapa saja.
Adrian juga tidak sombong meskipun ia berasal dari keluarga konglomerat. Pemuda ini juga pandai tapi entah kenapa Adrian tiba-tiba ikut pindah ketika Prilly dipindahkan dari kelas inti bahkan Adrian sengaja meminta kelas yang sama dengan Prilly, Naura juga melakukan hal demikian.
Adrian dan Prilly sontak menoleh ketika Naura meletakkan nampan berisi pesanan dirinya dan Prilly.
"Wah lo pada tau aja gue lagi laper. Memang best friend gue banget kalian ini." Adrian langsung mengambil salah satu mangkuk bakso yang dibawa oleh Naura hingga membuat Prilly refleks berteriak.
"Adrian itu punya aku!!" Suara cempreng Prilly yang beradu dengan tawa Adrian membuat seluruh penghuni kantin menoleh dan memusatkan perhatian pada Prilly yang sedang memukul bahu Adrian.
Termasuk Ali yang menatap kedekatan Prilly dan Adrian dengan tatapan datar namun tidak ada yang menyadari jika pegangan pemuda itu pada sendok ditangannya semakin mengerat.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
My husband❤️
RomantikBagaimana rasanya mengejar cinta seorang pria yang sedari kecil kamu jadikan pangeran impianmu yang merupakan tetangga sebelah rumah yang jaraknya hanya hitungan langkah? Sakit? Tentu saja. Kecewa? Sudah biasa. Terluka? Sering. Terlebih ketika p...