Prilly tidak tahu berapa lama ia terpejam sampai akhirnya matanya terbuka hal pertama ia lihat adalah langit-langit putih dalam sebuah ruangan yang ia sadari bukan langit-langit kamarnya, lalu aroma obat-obatan yang begitu menyengat yang sontak membuat perutnya bergejolak.Prilly merasakan mual yang begitu hebat sampai tubuhnya membungkuk ke sisi ranjang. Prilly membekap mulutnya ketika ia merasakan cairan berlendir yang mulai berkumpul di dalam mulutnya.
"Muntah ke sini saja." Prilly benar-benar merasa lega setelah mengeluarkan isi perutnya ke dalam sebuah wadah yang disodorkan ke hadapannya.
Prilly belum menyadari bahwa ada sosok laki-laki lain di dalam kamar yang ia tempati saat ini. Arga memilih menunggu Prilly sedangkan Tasya berpamitan sebentar ingin ke atm yang ada di depan rumah sakit.
Gadis itu ingin mengirim uang untuk salah seorang sanak sodaranya berhubung banking miliknya bermasalah terpaksa gadis itu menuju atm terdekat.
Arga yang tidak tega membiarkan Prilly sendirian memilih menunggui gadis itu setidaknya sampai Tasya kembali.
"Ah leganya." Ujar Prilly setelah berhasil memuntahkan cairan didalam mulutnya.
Prilly mendongakkan kepalanya dan seketika matanya membulat sempurna saat menyadari sosok manusia yang begitu setia memegang wadah ketika ia muntah tadi adalah Arga, Kakak seniornya.
"Kak Arga?"
Arga tersenyum kecil sebelum membalas sapaan Prilly, pria itu memilih berjalan menuju kamar mandi untuk meletakkan wadah berisi muntahan Prilly tadi.
Di ranjangnya Prilly hanya bisa termenung, ia benar-benar tidak sadar jika yang memegang wadah muntahannya adalah Arga.
"Kamu sudah merasa lebih baik?" Tanya Arga lembut yang dijawab anggukan kepala oleh Prilly. "Eum Kakak yang bawa aku kesini?" Tanya Prilly hati-hati.
Arga tersenyum kecil. "Bareng Tasya."
"Tasya ada disini?"
"Lagi ke depan mau ngirim uang katanya." sahut Arga setelah itu keduanya kompak terdiam.
Prilly jelas merasa canggung dengan Arga pasalnya ia sendiri sudah tahu perihal perasaan laki-laki itu terhadap dirinya. Meskipun Arga tidak pernah secara langsung mengutarakannya tapi dari gerak gerik pria ini Prilly tahu.
Hanya saja Prilly merasa lebih aman karena sosok Arga bukanlah sosok laki-laki nekat, Arga tidak pernah mengganggu rumah tangganya dengan Ali.
"Prilly? Lo udah bangun?"
Prilly sontak menoleh menatap Tasya yang baru saja kembali. "Iya. Lo dari mana?"
"Link depan transfer uang buat keluarga." jawab Tasya sebelum menoleh menatap Arga yang sejak tadi memilih diam dan memainkan ponselnya di sofa.
"Kak Arga masih disini?" Tanya Tasya, gadis itu murni bertanya bukan bermaksud untuk mengusir halus atau apa.
Arga mendongak menatap Tasya lalu tersenyum kecil. "Ini mau balik. Kakak balik duluan ya, Prilly cepat sembuh." Ucap Arga sebelum menghilang dibalik pintu.
Tasya dan Prilly kembali berbincang setelah kepergian Arga. "Lo udah ngabarin suami lo belum?" Tanya Tasya yang sontak membuat mata Prilly terbelalak kaget.
"Gue lupa." Prilly seketika meringis saat perutnya kembali terasa keram.
"Eh lo hati-hati dong! Sekarang lo benar-benar harus extra hati-hati jangan grasak-grusuk kasihan calon ponakan gue di perut lo!" Cerocos Tasya yang sontak membuat mata Prilly terbelalak.
![](https://img.wattpad.com/cover/292155606-288-k370191.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My husband❤️
RomanceBagaimana rasanya mengejar cinta seorang pria yang sedari kecil kamu jadikan pangeran impianmu yang merupakan tetangga sebelah rumah yang jaraknya hanya hitungan langkah? Sakit? Tentu saja. Kecewa? Sudah biasa. Terluka? Sering. Terlebih ketika p...