Bab 39

3.6K 281 4
                                    


Acara yang ditunggu-tunggu oleh murid-murid sekolah Ali dan Prilly akhirnya tiba. Nanti malam mereka akan berkemah di salah satu tempat perkemahan dikawasan Puncak.

Mereka akan berangkat pukul 3 sore bersama rombongan termasuk kepala sekolah yang memang sudah beragenda akan pergi bersama murid-muridnya.

Bram terlihat lebih tidak bersahabat dari biasanya meskipun aura menyeramkan pria itu hanya disadari oleh Ali dan Prilly juga Reagan serta Salsa yang sudah mengetahui permasalahan antara Pak Bram dan Bella.

Rani yang berdiri di samping Salsa terlihat tak perduli sedangkan Bella yang sudah menjadi bulan-bulanan murid-murid yang lain tampak berdiri kaku tak jauh dari Salsa dan Rani.

Bella benar-benar sendirian jika bukan karena niatnya ingin membalas perbuatan Prilly sumpah mati ia tidak akan mungkin berada disini.

Bella mengalihkan pandangannya ketika mata Bram menoleh kearahnya. Ia sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan pria tua sialan itu.

Perihal kandungannya yang semakin hari semakin terlihat nanti akan Bella pikirkan jalan keluarnya. Intinya untuk beberapa waktu kedepan Bella masih bisa menyembunyikan kehamilannya dengan mengenakan pakaian-pakaian yang ukurannya big size.

Sehingga jendutan diperutnya tidak terlalu terlihat.

Kembali ke lapangan sekolah dimana murid-murid sudah berbaris dan siap memasuki bus sebelum mereka memasuki bus mereka akan diabsen terlebih dahulu.

Ali dan Prilly berdiri berdampingan terlihat tangan besar Ali tidak lepas melingkupi tangan mungil Prilly. Keduanya bergenggaman tangan tanpa memperdulikan lirikan-lirikan sinis dari murid-murid lain terutama kaum hawa.

Reagan yang berdiri di samping Adrian dan Naura hanya bisa pasrah melihat bagaimana mesranya Ali dan Prilly. Sepertinya jalan untuk dirinya mendapatkan Prilly benar-benar sudah tertutup rapat.

Reagan menoleh ketika Adrian menepuk pundaknya pelan. "Sabar ya mungkin Prilly bukan jodoh lo." Bisik Adrian yang hanya dibalas dengan senyuman tipis oleh Reagan.

Naura yang berdiri di samping Adrian berniat untuk pindah kesisi Reagan ia ingin menghibur temannya itu namun langkahnya urung ketika Adrian dengan cepat menahan kerah bajunya.

"Mau kemana lo? Diam disini!" Perintah Adrian tegas yang membuat Naura refleks mencebikkan bibirnya.

"Posesif lo! Padahal gue bukan siapa-siapanya elo!" Marah Naura sebelum mengalihkan pandangannya menolak menatap Adrian yang belakangan ini sangat menyebalkan menurut Naura.

Adrian hanya melirik sekilas wanita mungil yang berdiri disampingnya itu.

"Dasar bodoh! Nggak peka amat lo jadi cewek! Dasar kuyang!" Naura menoleh menatap Adrian dengan tatapan nyalang baru saja mulutnya akan membalas hinaan Adrian namun namanya sudah terlebih dahulu dipanggil.

Naura menaiki bus disusul Adrian juga Reagan serta Prilly dan Ali.

Ali menyuruh Prilly masuk terlebih dahulu lalu disusul olehnya dan semua perhatian itu tak luput dari pandangan Reagan.

"Lo mau duduk disini nggak?" Reagan menoleh ketika mendengar suara cempreng seorang gadis yang selama ini kerap ia lihat bersama Bella dan satu temannya yang lain.

"Gue Rani dan gue duduk sendirian soalnya Salsa mau bareng sama gebetannya." Rani mencurahkan isi hatinya. Entah karena iba atau memang sedang melupakan rasa panas di hatinya akhirnya Reagan menempati kursi di sebelah Rani.

Rani tersenyum lebar, akhirnya ia tidak melalui perjalanan sendirian ada Reagan meskipun mereka tidak terlalu dekat tapi tetap saja kehadiran Reagan membuatnya senang.

"Gue Rani." Reagan menatap sekilas uluran tangan Rani lalu mengalihkan pandangannya menolak menyambut uluran tangan Rani.

Melihat Reagan yang begitu dingin membuat Rani mengerucutkan bibirnya lalu menghempaskan tubuhnya menyenderkan kepalanya pada kaca bus.

"Gue Reagan." Suara Reagan terdengar meskipun pelan namun Rani masih mendengarnya.

***

Sepanjang perjalanan Ali tak melepaskan genggaman tangannya pada tangan Prilly sedangkan gadis itu terlelap begitu nyaman dengan menyenderkan kepalanya di bahu Ali.

Kabar pertunangan mereka sudah beredar luas jadi tidak mengherankan lagi jika Ali begitu baik dalam memperlakukan Prilly meskipun masih ada di antara siswa-siswi yang masih heran dengan perubahan sikap Ali tapi baik Ali maupun Prilly keduanya sama-sama tidak memusingkan penilaian orang lain terhadap hubungan yang sedang mereka jalani.

Bella duduk sendirian di kursi paling belakang sejak kejadian tempo hari dimana brosur tentang dirinya disebar tidak ada lagi yang mau berteman dengannya terutama kalangan siswi mereka merasa jijik setelah tahu selama ini Bella menjajakan dirinya demi uang.

Bella memilih tidur meskipun tak berapa lama setelahnya tidurnya kembali terganggu saat seorang guru laki-laki berjalan kearahnya lalu mengambil tempat disisinya. Bella terhenyak ketika melihat Bram yang begitu berani menempati kursi disampingnya.

"Ngapain kesini?" Ketus Bella sedikit was-was pasalnya ia sedang tidak ingin berurusan dengan murid-murid yang sebagian besar sudah membenci dirinya. Ia lelah terus-terusan dibully.

"Kamu masih marah sama Mas?" Tanya Bram tidak tahu diri.

Bella berdecih sinis. "Menurut lo?"

Bram tersenyum kecil ia begitu menyukai gadis ini hanya saja ia tidak mungkin menceraikan istrinya demi Bella. Istrinya masih terlalu berharga untuk dirinya dibandingkan Bella yang hanya ia jadikan pemuas nafsunya selama ini.

"Pergi! Sebelum gue teriak dan membuat kehebohan di sini." Ancam Bella tak main-main. Bram menatap lamat-lamat wajah perempuan yang selama ini menghangatkan ranjangnya.

"Mas masih akan terus mengekori kamu sampai kamu memaafkan Mas." Ujar Bram sebelum beranjak meninggalkan Bella yang sontak mengumpati kepergian kepala sekolah yang tidak tahu diri itu.

"Bajingan!"

"Walaupun bajingan lo bersedia juga buka paha untuk beliau kan?"

Bella menoleh ternyata Salsa menguping pembicaraan dirinya dengan Bram sejak tadi. Wajah Bella sontak berubah merah padam menatap Salsa dengan tatapan membunuh sedangkan Salsa justru membalas tatapan Bella dengan santainya.

"Kasihan setelah dihamilin lo dicampain." Ujar Salsa setengah berbisik namun cukup mengusik ketenangan Bella.

Brengsek! Jadi Bella tahu perihal kehamilannya?

Salsa tertawa pelan membuat emosi Bella semakin memuncak. "Gue yang buat lo viral. Gimana baguskan brosur dari gue? Gue cetak sendiri lo brosur itu khusus untuk mantan sahabatku tercinta." Ejek Salsa sebelum kembali menyamankan posisinya di kursi penumpang.

Bella hanya bisa mengepalkan tangannya ternyata selama ini ia salah sangka. Bukan Prilly yang menghancurkan hidupnya melainkan Bella, sosok sahabat yang bahkan sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri.

Gila! Dunia memang sudah segila ini sekarang.

*****

Promo 20 pdf 200k
Chat ke wa 081321817808

My husband❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang