Bab 30

4.5K 300 10
                                    


Tak terasa sudah 7 hari berlalu semenjak Prilly kehilangan orang tuanya dan itu artinya Prilly sudah kembali dihadapkan pada rutinitasnya sehari-hari. Ia boleh kehilangan tapi ia tidak bisa mengabaikan tugasnya sebagai seorang pelajar.

Seperti kata Rahma kehidupan Prilly masih sangat panjang ia tidak mungkin terus mengurung diri dan menangisi kepergian orang tuanya. Tidak hanya mereka yang ada di sekitarnya saja yang akan terluka tapi kedua orang tuanya juga.

Dan Prilly tidak ingin membuat Mami dan Papinya tidak tenang disana dengan melihat kehancuran dirinya. Berkat dukungan Fajar, Rahma dan juga orang-orang terkasihnya yang lain akhirnya Prilly mampu kembali berdiri meskipun tak ayal air matanya masih sering kali menetes ketika ia mengingat kedua orang tuanya.

Dan sejak kemarin Prilly resmi berpindah tempat. Rahma dan Fajar memintanya untuk tinggal bersama mereka. Rahma dan Fajar jelas tidak akan membiarkan Prilly hidup sendirian.

Dan rumah milik orang tua Prilly akan menjadi tempat tinggal Ali dan Prilly ketika menikah nanti.

Menikah?

Prilly tersenyum miris mengingat hubungannya dengan Ali yang semakin hari semakin tak jelas itu. Lebih tepatnya dirinya yang semakin rapat menutup pintu hatinya untuk pria itu.

Ali masih terus berusaha memperjuangkan hubungan mereka terdengar lucu sekali memang, dimana dulu Ali sendirilah yang mati-matian menolak dirinya dan sekarang justru pria itu yang juga mati-matian mengejar dirinya.

Ternyata takdir begitu cepat membalikkan posisi mereka.

Prilly tidak munafik ketika ia ditanya apakah masih ada rasa cinta untuk Ali dihatinya maka dengan tegas Prilly akan menjawab ada hanya saja ia tidak ingin lagi dibodohi oleh perasaan cinta itu. Sudah cukup selama ini ia mempermalukan dirinya sendiri demi mengejar laki-laki yang dulunya sama sekali tidak pernah menganggap dirinya ada.

Bahkan Prilly masih mengingat dengan jelas ketika almarhumah Ibunya meminta dirinya untuk berhenti mengejar Ali namun kala itu dengan keras ia tolak bahkan ia masih tersenyum lebar ketika Ali sama sekali tidak memperlihatkan kebahagiaan setelah pertunangan mereka terjadi padahal jelas-jelas laki-laki itu sendiri yang menyetujui perjodohan mereka.

Ali terlalu menganggap gampang dirinya sehingga pria itu berlaku sesukanya namun tidak lagi untuk sekarang. Prilly akan benar-benar memberi pelajaran pada pria itu kalaupun nanti mereka benar-benar berjodoh setidaknya Ali tahu jika dirinya yang selalu memperjuangkan pria itu juga punya batas lelahnya.

"Prilly.."

Prilly tersenyum menatap sahabatnya. "Naura.."

Keduanya saling berpelukan seolah-olah sudah lama sekali tidak bertemu padahal selama satu minggu ini Naura selalu menemani Prilly dirumahnya.

Naura menginap dirumah Prilly supaya sahabatnya tidak benar-benar merasa kesepian.

Mereka berjalan sambil berpelukan disepanjang koridor menuju kelas mereka sampai akhirnya mereka melihat kerumunan di depan mading.

"Ada apa ya kok heboh banget." Naura yang memang dasarnya memiliki jiwa penasaran yang kuat jelas tidak tahan melihat kerumunan murid-murid di hadapannya saat ini. "Kita kesana yok! Gue mau liat ada berita panas apa pagi-pagi begini." Katanya yang hanya dibalas kekehan geli oleh Prilly.

"Apanya sih panas pagi-pagi. Palingan juga anak-anak ribut karena ditundanya perkemahan kemarin." Katanya pada Naura. Perkemahan memang ditunda bukan karena Prilly tapi karena satu lain hal yang katanya berhubungan dengan kepala sekolah tapi Prilly tidak tahu masalah apa.

"Ya sudah ayo kita cari tahu." Kata Naura sambil menyeret Prilly menuju mading sekolah mereka.

***

"Bokap lo ngehamilin jalang lagi ya Sa?"

Langkah kaki Salsa terhenti ketika mendengar pertanyaan menyakitkan dari sahabatnya Bella.

Rani yang paling idiot diantara mereka jelas bertanya-tanya menatap Salsa dan Bella dengan pandangan bingung. "Lo ngomong apa sih Bell? Bokapnya Salsa nggak mungkin gitu lah." Ujar Rani tersenyum sambil menatap Salsa yang wajahnya sudah merah padam.

Bella menatap Rani lalu mendengus pelan. "Lo idiot mana tahu!" Ejeknya yang sontak membuat Rani melenyapkan senyuman di wajah Rani.

"Lo--"

Salsa menahan lengan Rani yang ingin melabrak Bella. Entah kenapa sejak seminggu ini Bella seperti orang gila kerjaannya hanya mencari gara-gara saja dengan teman-temannya termasuk Salsa dan Rani.

"Maksud lo apa ngomong gitu Bell?" tanya Salsa berusaha tenang. Sejak awal berteman Bella memang selalu menunjukkan sisi dominannya tapi Salsa dan Rani sama sekali tidak ambil pusing toh mereka memang benar-benar menganggap Bella sebagai sahabat setidaknya dulu sebelum wanita gila ini mengusik kehidupan Salsa.

Bella menatap Salsa dengan pandangan remeh. "Gue tau semua kali. Mudah banget buat gue tahu informasi-informasi penting begitu." Jawab Bella dengan begitu bangga.

Salsa menyeringai kecil. "Jelas lo tahu kalau hal-hal remeh begitu lo nggak bisa cari tahu percuma lo kangkangin paha lo di depan Pak Bram."

Mata Bella sontak membulat sempurna. "Maksud lo apa apa Jalang?!"

Salsa tak menjawab ia memilih menarik tangan Rani dan berjalan meninggalkan Bella yang terlihat sangat marah.

Bella mengepalkan kedua tangannya, ia benar-benar harus menemui Pak Bram dan meminta pertanggungjawaban pria itu. Berani sekali tua bangka itu membocorkan rahasia perselingkuhan mereka.

Tanpa Bella tahu tak hanya Salsa yang kebetulan memergoki dirinya tapi juga Reagan yang mengirimkan orangnya untuk mencari tahun tentang Bella bukan karena ia menyukai wanita ini melainkan ia hanya ingin berjaga-jaga supaya wanita gila ini tidak sampai menyakiti pujaan hatinya.

Bella melemparkan kaleng minuman ditangannya sebelum beranjak menyusul Salsa dan Rani. Sebelum menuju ke kelas ia terlebih dahulu berbelok ingin ke toilet dan kebetulan sekali ia bertemu dengan Ali.

Wajah murung Bella sontak berbinar ketika melihat Ali.

"Ali..."

Ali menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Bella yang sedang berlari kearahnya.

Bella wanita simpanan Pak Bram.

Kata-kata Reagan tempo hari masih terus melekat di kepalanya sehingga ketika melihat Bella ia justru merasa mual. Ali tidak menyangka jika Bella serendah itu.

Ali tidak ingin mempercayai apa yang Reagan katakan tapi melihat Bella pernah begitu lancar memfitnah Prilly tempo hari entah kenapa ia mulai merasa jika Bella benar-benar wanita yang harus ia hindari jadi sebelum Bella mendekatinya Ali sudah terlebih dahulu beranjak hingga membuat Bella kebingungan melihat sikap cuek pria itu.

Kedua tangan Bella mengepal kuat. "Ini pasti gara-gara anak yatim piatu sialan itu! Awas lo Prilly!"

*****

Po+promo untuk 10 orang beruntung langsung ke wa 081321817808

Yang mau ikut PO cerita ini udah boleh list ke wa ya PO hanya sampai tanggal 10 desember dengan harga 45k.

My husband❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang