Bab 22

3.5K 266 12
                                    


Ali masih setia menunggu Bella membuka matanya. Ia segera membawa Bella ke sebuah klinik yang tak jauh dari kediaman wanita itu setelah Bella benar-benar kehilangan kesadarannya.

Tapi karena kondisi yang sudah menjelang tengah malam Ali terpaksa harus menunggui Bella sampai Dokter yang menanganinya datang esok hari. Perawat sudah memeriksa Bella dan mengatakan kondisi Bella baik-baik saja tapi untuk memastikan semuanya Bella perlu menjalani rangkaian pemeriksaan besok.

Ali mengangguk pelan ia tidak bisa berbuat apa-apa terlebih ia sama sekali tidak tahu menahu bagaimana kehidupan Bella. Ali tidak tahu siapa orang tua Bella, hubungannya dengan Bella belum memasuki tahap sampai ke sana jadi wajar saja jika Ali hanya mengenal Bella saja.

Ali tiba-tiba teringat jika ponselnya terus berdering sepanjang perjalanan dirinya membawa Bella ke klinik tadi. Ali baru akan merogoh kantong celananya untuk melihat siapa yang menghubungi dirinya.

Pasti yang menghubungi dirinya ingin memberitahu hal penting jika tidak bagaimana mungkin si penelepon terus-terusan menghubungi nomornya.

"Ali.."

Ali segera mengurungkan niatnya untuk melihat ponsel miliknya ketika Bella tiba-tiba memanggil dirinya. "Kenapa Bell? Kamu perlu sesuatu?" Tanya Ali yang dijawab gelengan kepala oleh Bella.

"Aku sakit apa?" Tanya Bella pada Ali. Wajah cantiknya terlihat pucat bahkan bibirnya yang biasa merona kali ini terlihat begitu pias dan sedikit pecah-pecah. Secara keseluruhan penampilan Bella benar-benar buruk saat ini.

Tapi siapa yang perduli Ali sendiri juga tidak berkomentar apa-apa selain menggenggam tangan Bella dengan hangat. "Besok Dokter akan meriksa kamu lebih lanjut tapi sekarang kamu tenang saja, perawat bilang keadaan kamu baik cuma perlu istirahat."

Bella mengangguk pelan. "Jadi siapa yang ngelakuin ini semua sama lo?" Tanya Ali ketika melihat pakaian Bella yang compang camping meskipun sudah ia tutup dengan selimut tapi Ali jelas melihatnya tadi ketika wanita ini kehilangan kesadarannya.

Bella baru sadar jika ia sedang berakting untuk menjebak Ali sebelum insiden ini terjadi. Sial! Jika saja ia tidak muntah-muntah mungkin sekarang ia dan Ali sedang bergumul di ranjang.

"Ada beberapa orang yang tiba-tiba masuk ke rumah aku dan ya semuanya terjadi begitu aja. Aku takut Li! Aku udah berusaha ngelawan mereka tapi mereka terlalu kuat untuk aku lawan sendirian." Bella kembali memulai aktingnya. Tangisannya pecah membuat Ali bangun dan memeluk wanita itu dengan begitu erat.

"Jangan takut sekarang ada aku yang akan ngejaga kamu. Mereka nggak akan datang lagi." Bisik Ali menenangkan sambil mengusap lembut kepala dan punggung lemah Bella.

Dalam dekapan Ali seringaian Bella terlihat bertambah lebar. Permainan ini akan semakin seru jika ia libatkan Prilly di dalamnya. Benar, kenapa tak ia jadikan Prilly sebagai tumbal yang akan membuat Ali semakin membenci wanita itu.

"Kamu tahu siapa mereka?" Ali bertanya setelah mengurai pelukan mereka. Dengan wajah menyedihkannya Bella menggeleng pelan. "Aku tidak tahu mereka siapa tapi aku sempat mendengar salah seorang dari mereka menyebut sebuah nama yang aku yakini ada hubungannya dengan penyerangan yang aku alami Li." Bella semakin memasang wajah takut juga sedihnya yang membuat Ali semakin iba padanya.

"Siapa?" Tanya Ali sambil mengusap lembut punggung tangan Bella.

Bella menatap wajah Ali dengan begitu dalam seiring dengan air matanya yang menetes Bella menyebutkan sebuah nama yang sontak membuat wajah Ali berubah pias.

"Prilly."

***

Setelah melewati malam dengan begadang demi menjaga Bella yang terus saja gelisah di dalam tidurnya akhirnya menjelang pagi Ali berniat untuk kembali kerumahnya.

"Kamu balik lagi kan?"

Ali tersenyum kecil lalu mengangguk pelan. "Iya setelah mandi aku langsung ke sini lagi." Ali mengusap lembut kepala Bella.

"Aku takut orang-orang suruhan Prilly akan kembali dan meleceh---"

"Sstt..hal itu tidak akan terjadi lagi aku jamin. Aku sendiri yang akan membuat perhitungan dengan Prilly jika dia kembali mengganggu kamu." Kata Ali dengan ekspresi wajah terlihat kosong. Entah kenapa sudut hatinya sangat meragukan perkataan Bella. Ali tidak yakin jika Prilly akan melakukan hal senekat itu apalagi sampai mengancam nyawa orang lain.

Prilly memang menyebalkan tapi gadis itu memiliki pribadi yang baik.

"Li.."

"Huh?"

Bella menatap wajah Ali lamat-lamat. "Kamu benar-benar membenci Prilly kan?"

Ali terhenyak kaget namun ekspresi wajahnya seketika kembali datar. "Kenapa?"

Bella menggeleng pelan. "Aku takut kamu meninggalkan aku demi wanita jal--"

"Namanya Prilly dan berhenti memanggilnya Jalang!" Bella tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika Ali tiba-tiba menghardik dirinya seperti ini.

"Ali kamu--"

"Kenapa? Aku memang menyayangi kamu Bella tapi kamu harus ingat jika kita tidak terikat hubungan apapun." Ali menjauhkan dirinya dari Bella yang sontak membuat Bella merasa kehilangan.

"Kamu cinta aku kan? Li jawab! Aku tahu kamu cinta sama aku Li." Bella ingin beranjak namun kepalanya tiba-tiba pusing hingga membuat dirinya urung bangkit dari ranjangnya.

Ali menatap Bella lama, ia berusaha menyelami perasaannya. Apakah benar selama ini ia mencintai Bella atau hanya sekedar perasaan kagum pada wanita ini karena kecerdasannya? Atau yang lebih parah Ali hanya menjadikan Bella sebagai tameng untuk menjauhkan dirinya dari Prilly.

Sialan! Kenapa Ali begitu bodoh dalan menafsirkan perasaannya sendiri.

"Aku pulang dulu! Kamu istirahat saja nanti Dokter akan datang memeriksa kamu." Ali memilih pergi meninggalkan Bella yang berteriak keras memanggil Ali namun sayangnya pria itu sudah terlebih dahulu menghilang dari kamar inapnya.

"Brengsek! Benar-benar brengsek!" Teriak Bella meremas rambutnya dengan kasar. Wanita itu terlihat menjambak rambutnya dengan begitu kencang.

Bella tak terima Ali mencampakkan dirinya terlebih karena pria itu mulai menyadari perasaannya pada Prilly wanita sialan yang sejak awal memang menjadi penghalang dirinya mendapatkan Ali.

"Awas aja lo Prilly! Setelah ini gue benar-benar akan ngebuat hidup lo kayak di neraka. Gue bersumpah!" Bella baru akan kembali mencari posisi nyaman untuk kembali berbaring disaat perutnya tiba-tiba bergejolak.

Huekk...

"Penyakit sialan! Perut sialan! Kenapa semuanya bisa sesialan ini hah?!" Teriak Bella begitu kencang sambil memukul perutnya yang terus bergejolak.

Brengsek!

*****

My husband❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang