Reagan baru saja tiba di parkiran khusus kendaraan roda dua ketika seorang wanita tiba-tiba datang dan memeluk lengannya.Reagan sontak menghentakkan lengannya yang dipeluk oleh wanita yang begitu berani melakukan hal ini padanya.
"Najis lo!" Makinya sambil mengusap-usap lengannya seolah-olah ada kotoran yang menempel setelah dipeluk oleh si wanita.
"Gue nebeng sama lo ya?" Dan wanita itu adalah Bella. Tidak ada Ali yang mengantar dirinya ia bisa diantar oleh Reagan.
Reagan dan Ali sama-sama tampan dan pastinya sama-sama kaya tentu saja.
"Apaan sih lo! Gue nggak mungkin izinin cewek jelek kayak lo naik motor gue." Reagan benar-benar tidak menyukai wanita agresif seperti Bella ini.
Alih-alih tergoda ia justru merasa jijik.
Bella sontak mendengus kesal, Ali menolak mengantar dirinya hari ini dan memilih pulang bersama si cupu sialan itu lalu sekarang Reagan juga menolak dirinya. Sialan! Ada apa dengan pria-pria tampan ini?
"Gue cuma minta tolong Re! Anterin gue dong!"
"Minta antar sama cowok lo sono!" Reagan meraih helm-nya lalu mulai mengenakannya namun dengan cepat Bella menahan lengan Reagan.
"Gue tetap akan maksa lo buat anterin gue!" Kekeuh Bella yang membuat Reagan berdecak kesal.
"Lo apa-apaan sih hah? Lo siapa memangnya sampai-sampai gue harus nganterin lo?!"
"Gue calon pacar lo!"
"Ogah najis!"
Wajah Bella sontak memerah antara marah dan malu kini bercampur menjadi satu. Ia belum pernah ditolak seperti ini oleh pria manapun justru diluar sana banyak pria yang memohon padanya untuk dijadikan kekasih tapi lihat pria bule ini, Reagan secara terang-terangan menolak dirinya.
Sialan!
Reagan tidak lagi memperdulikan wanita gila disampingnya ini, ia sudah cukup muak dengan drama yang Ali ciptakan tadi dan sekarang kekasih laki-laki itu ingin memulai drama dengan dirinya, najis!
Reagan sudah bersiap untuk menghidupkan mesin motornya ketika suara Bella kembali memasuki gendang telinganya.
"Gue tahu lo suka sama Prilly kan? Kasihan cinta lo bakalan bertepuk sebelah tangan karena sampai kapanpun gadis bodoh itu hanya ditakdirkan untuk mengejar-ngejar cinta Ali sedangkan Ali justru memilih mengejar cinta gue." Kata Bella dengan gayanya yang begitu sombong dan penuh percaya diri.
Reagan melepas helm yang sempat ia pasang lalu ia tatap gadis yang ia akui berwajah cukup cantik tapi tetap saja dimata Reagan tidak ada wanita lain yang melebihi kecantikan Ibunya dan juga Prilly wanita pujaannya hanya dua wanita itu yang terlihat cantik dimata Reagan.
"Lo yakin Ali ngejar cinta lo?" Bella menoleh menatap Reagan lalu mengangguk dengan penuh percaya diri. "Yakinlah lo nggak liat gimana Ali lebih bela gue dari pada si cupu?" Sahut Bella dengan bangga.
Reagan terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar perkataan Bella. "Ya ya memang terlihat jelas Ali lebih ngebela lo dari pada Prilly tapi sayangnya Ali justru lebih mentingin Prilly daripada lo, kalau memang lo segalanya buat Ali lalu kenapa lo ngemis-ngemis pengen gue anterin? Ups, gue lupa kan Ali lebih mentingin nganterin Prilly pulang dari pada lo. Ckck! Kasihan!" Ejek Reagan yang sontak membuat senyuman bahagia di wajah Bella memudar dan berganti dengan wajah merah karena malu.
"Brengsek lo!" Maki Bella sebelum beranjak meninggalkan Reagan yang terlihat begitu puas setelah membalas perkataan sombong wanita itu.
"Dasar perempuan gila!" Katanya sebelum memakai kembali helm-nya dan menghidupkan mesin motonya.
****
Prilly kembali kerumahnya dengan menggunakan taksi, wajahnya terlihat sembab karena sepanjang jalan menuju rumahnya ia hanya menangis di dalam mobil.
Prilly beruntung karena Papi dan Maminya sedang berada diluar kota perihal pekerjaan sehingga ia tidak perlu mencari alasan untuk membohongi Ibunya perihal wajahnya yang sembab dan matanya yang bengkak.
Prilly segera berjalan menuju tangga dan menaiki tangga dengan setengah berlari, ia ingin segera tiba di kamarnya dan melanjutkan tangisnya di sana.
Dua orang pekerja dirumahnya yang melihat Prilly kembali dengan bersimbah air mata segera menghubungi Rahma yang memang sudah diamanahkan oleh Tuan dan Nyonyanya untuk menjaga Prilly selama mereka berada diluar kota.
Rahma sendiri juga sudah mengatakan pada pekerja di rumah Prilly untuk menghubungi dirinya jika ada sesuatu yang terjadi pada Prilly.
"Halo.."
"Maaf Nyonya Rahma ini saya Bik Atik." Perempuan paruh baya yang bernama Bik Atik itu mulai menceritakan tentang Prilly yang pulang sekolah dengan wajah sembab dan bersimbah air mata.
Rahma jelas terkejut tapi ia tetap berusaha tenang dan meminta Bik Atik untuk tidak menganggu Prilly dulu karena setelah urusannya selesai ia sendiri yang akan mendatangi rumah Prilly dan membujuk menantu kesayangannya itu.
Panggilan telepon terputus tepat ketika mobil yang dikemudikan oleh Ali memasuki garasi rumahnya. Rahma berfirasat jika Ali-lah yang menjadi penyebab tangisannya Prilly.
"Kenapa Bun?" Tanya Ali ketika melihat Bundanya berdiri sambil berkacak pinggang didepan pintu rumahnya.
"Jawab dengan jujur apa yang sebenarnya kamu lakukan pada menantu kesayangan Mama?" Wajah Rahma terlihat sekali tidak bersahabat membuat Ali menelan ludahnya kasar.
"Cuma kesalahpahaman aja Bun." Kilah Ali, ia sudah cukup menyesal karena mengatai Prilly murahan. Ia tidak ingin mengingat lagi betapa lancang dan kurang ajarnya mulutnya ketika mengatai Prilly tadi.
"Jangan bohong kamu!"
Ali menghela nafasnya lalu menundukkan kepalanya. "Maaf."
"Kenapa kamu minta maaf sama Bunda? Memangnya Bunda yang kamu sakiti?" Ali menggeleng pelan. "Prilly."
"Nah harusnya kamu minta maaf sama Prilly bukan sama Bunda."
"Iya Bun nanti Ali minta maaf sama Prilly."
"Kenapa harus nunggu nanti kenapa nggak sekarang aja? Kamu tahu gara-gara perbuatan kamu Prilly nangis!" Ali refleks mendongakkan kepalanya menatap Bundanya. Perasaan bersalah semakin menyergap hatinya.
Ia benar-benar menyesali perkataannya tadi.
"Iya Bun. Ali minta maaf sekarang." Ali langsung berbalik menuju kediaman Prilly yang hanya berjarak beberapa langkah dari rumahnya.
Rahma menatap punggung putranya sambil bergumam. "Semoga kamu segera mengerti isi hati kamu Nak sebelum kamu benar-benar kehilangan Prilly."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
My husband❤️
RomanceBagaimana rasanya mengejar cinta seorang pria yang sedari kecil kamu jadikan pangeran impianmu yang merupakan tetangga sebelah rumah yang jaraknya hanya hitungan langkah? Sakit? Tentu saja. Kecewa? Sudah biasa. Terluka? Sering. Terlebih ketika p...