Prilly dan Bella serta kedua temannya sontak menoleh menatap Reagan yang beberapa detik yang lalu baru saja meneriaki Bella dan teman-temannya."Lo ngomong sama gue?" Tanya Bella tangannya sudah terlepas dari kerah baju Prilly.
"Kenalin gue Bel---"
"Gue nggak kenalan sama cewek jelek." potong Reagan cepat sebelum membantu Prilly meraih buku-buku yang ia pinjam di perpustakaan tadi.
Prilly merasa sangat tertolong dengan kedatangan Reagan. Jika Reagan tidak datang mungkin cincinnya sudah berada ditangan Bella dan teman-temannya.
Bella menatap Reagan dengan tatapan murka, sejak kapan ada pria yang berani menolak dirinya secara terang-terangan bahkan mengatai dirinya jelek. Brengsek!
Salsa dan Rani tak merespon banyak, keduanya terlihat sama-sama terpesona dengan ketampanan murid baru yang ternyata benar-benar luar biasa tampan.
"Bule Ran. Gila ganteng banget ternyata murid barunya." Salsa menggoyangkan bahu temannya tanpa mengalihkan pandangannya dari Reagan yang sedang membantu Prilly.
"Biar gue yang bawa." Cegah Reagan ketika Prilly ingin mengambil alih buku-buku ditangan Reagan.
Prilly tersenyum lebar menatap Reagan dengan penuh terima kasih. "Makasih ya Re."
"Sama-sama cantik." Jawab Reagan begitu manis.
Bella yang melihat Reagan begitu mendewikan Prilly sontak mendengus kesal. Ia tidak suka bila ada yang lebih memperhatikan Prilly daripada dirinya. Ia ingin lebih unggul dari pada siapapun termasuk Prilly.
"Eh lo mau kemana?!" Prilly menghentikan langkahnya ketika Bella menahan lengannya. Reagan nyaris mendorong Bella jika Prilly tidak terlebih dahulu menahan lengannya.
"Nggak apa-apa Re." Prilly menoleh menatap Bella. "Bukan urusan lo!" Prilly menatap Bella dengan tatapan penuh keberanian. Ia tidak takut sama sekali dengan wanita ini ia hanya tidak ingin berurusan dengan Bella karena ia tahu ujung-ujungnya nanti ia yang akan disalahkan oleh Ali.
"Sialan! Berani lo--"
"Cukup! Lo pada ngapain sih sebenernya, lo pada mikir nggak sih dengan sikap lo yang seperti ini justru lo pada yang terlihat sialan bin bajingan plus jalang juga." Reagan kembali berkata membuat Bella dan kawanannya menatap Reagan dengan tajam.
"Lo cuma anak baru disini jadi jangan ikut campur!" Peringat Bella yang sama sekali tidak membuat Reagan gentar.
"Ada apa ini?"
Semua yang ada disana sontak menoleh menatap kearah laki-laki yang entah sejak kapan sudah berada disana. Dia adalah Ali.
Laki-laki tampan tunangan Prilly itu berjalan dengan langkah tegap menghampiri Prilly dan yang lainnya. Sorot mata Ali begitu tajam menyorot Reagan yang sama sekali tidak terlihat takut.
Alih-alih takut atau terintimidasi Reagan justru membalas tatapan tajam Ali dengan tatapan yang tak kalah tajam. Ia tidak akan mundur selangkahpun, pria itu harus tahu jika Prilly bersamanya maka tidak ada satu orangpun yang bisa menyakiti gadis ini.
Prilly terlihat menghela nafasnya, masalah ini pasti akan berubah rumit jika sudah ada Ali. Ia yakin pria itu pasti akan menyalahkan dirinya dan membela pujaan hatinya.
"Ayo Re! Gue harus buru-buru ke kelas Adrian sama Naura udah nunggu dari tadi." Prilly tanpa sadar memeluk lengan Reagan dan perlakuan itu tak lepas dari tatapan Ali.
Sorot mata pria itu berubah semakin tajam terlebih ketika matanya tanpa sengaja melihat cincin berlian pemberiannya dijari manis Prilly yang kini justru melingkari lengan pria lain.
"Lepasin tangan lo dari dia!" Perintah Ali yang membuat Prilly terkejut dan refleks melepaskan pelukannya pada lengan Reagan.
Tak hanya Prilly yang terkejut tapi Bella dan kawan-kawannya juga tak kalah terkejut, pasalnya mereka tahu selama ini Ali begitu membenci Prilly lalu kenapa tiba-tiba pria itu justru terlihat seperti seorang suami yang mencemburui istrinya yang memeluk pria lain.
Reagan menatap Ali lalu tersenyum tepatnya menyeringai licik, jika Prilly melepaskan pelukannya pada lengannya maka kini lengan kekar Reagan lah yang membelit pinggang ramping Prilly.
Reagan semakin melebarkan seringaiannya ketika Ali menatapnya begitu tajam, jika saja tatapan Ali adalah pedang mungkin Reagan sudah mati bersimbah darah saat ini.
Prilly tidak melakukan apapun ia terlalu terkejut dengan sentuhan Reagan selama ini hanya Ali satu-satunya laki-laki yang menyentuh bagian tubuhnya.
"Ayo Pril kita ke kelas katanya lo mau buat tugas." Dengan langkah kaku Prilly berjalan meninggalkan Ali yang menatap kepergiannya dengan pandangan murka.
Ali benar-benar marah terlebih ketika matanya kembali menatap lengan kekar Reagan yang sangat kontras memeluk pinggang ramping Prilly.
Sialan!
***
"Pril?"
"Ah iya." Prilly tersentak kaget saat Reagan datang membawa satu botol minuman dingin untuknya.
Setelah meninggalkan Ali, Bella dan gengnya mereka memilih untuk duduk di taman menikmati angin yang hari ini lumayan kencang. Adrian dan Naura masih belum kembali dari kantin sedangkan Prilly sedang tidak ingin ke kantin. Ia terlalu malas jika harus bertemu dengan Bella dan gengnya lagi.
"Gue mau tanya sesuatu sama lo boleh?" Prilly menoleh menatap Reagan lalu terkekeh pelan. "Ya boleh lah tanya aja kali." Ucap Prilly sambil meneguk minuman yang dibawakan Reagan untuknya.
"Lo benar-benar nggak ada hubungan apapun dengan Ali?" Prilly nyaris tersedak ketika mendengar pertanyaan dari Reagan. "Jangan bohongin gue Pril, lo hanya perlu jujur sama gue termasuk tentang cincin itu." Reagan menatap sendu cincin bertahta berlian kecil yang melingkar manis di jari mungil Prilly.
Reagan bukan tidak tahu apa yang sudah terjadi antara Ali dan Prilly, terlalu mudah baginya untuk mendapatkan informasi tentang gadis pujaannya ini meskipun ia sempat menyesali kemudahan itu tepat ketika ia tahu jika Ali dan Prilly resmi bertunangan.
Reagan patah hati tapi setelah satu minggu memantau perkembangan interaksi antara Ali dan Prilly ia bisa menyimpulkan jika pertunangan itu bukanlah sesuatu yang Ali inginkan meskipun sebagai seorang pria Reagan tahu jika saat ini Ali sedang terbakar api cemburu lihat saja bagaimana masam dan bengisnya wajah pria yang sedang menatap dirinya dan Prilly dari kejauhan itu.
Reagan sudah menyadari kehadiran Ali sejak ia tiba dengan membawa sebotol minuman untuk Prilly dan sekarang ia akan memberikan kejutan yang ia rasa mampu membuat laki-laki jahat itu kejang-kejang kalau bisa tewas ditempat.
"Prilly.."
"Iya?" Prilly menatap Reagan dengan tatapan polosnya. "Coba pejamkan mata lo."
"Untuk apa?"
"Lakukan saja tidak akan lama gue janji." Reagan kembali menatap kearah Ali yang ternyata masih belum bergerak dari posisinya.
Prilly dengan patuh memejamkan matanya sampai akhirnya kedua matanya sontak terbelalak setelah tahu apa yang Reagan lakukan.
"Re--diam dan nikmati saja."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
My husband❤️
RomanceBagaimana rasanya mengejar cinta seorang pria yang sedari kecil kamu jadikan pangeran impianmu yang merupakan tetangga sebelah rumah yang jaraknya hanya hitungan langkah? Sakit? Tentu saja. Kecewa? Sudah biasa. Terluka? Sering. Terlebih ketika p...