Bab 6

2.7K 245 8
                                    

"Terimakasih Pak Yanto."

"Sama-sama non."

Prilly segera berbalik lalu berjalan bersama murid yang lain memasuki gerbang sekolah yang masih terbuka, Prilly sengaja datang di saat waktu bel berbunyi hanya tersisa beberapa menit lagi.

Ia tidak ingin datang lebih awal dan berpapasan dengan Ali yang pergi bersama Bella. Prilly tidak sedang menjaga jarak ia hanya sedang melindungi hatinya yang terus-menerus tersakiti.

Prilly tidak akan menyerah, ia akan terus berjuang untuk mendapatkan hati Ali.

"Woi!"

Prilly menoleh ketika suara cempreng sahabatnya terdengar. "Loh Naura lo telat juga?"

"Nggak telat kali kan masih belum bunyi bel masuknya." kilah Naura yang dijawab cengiran oleh Prilly.

"Lo tumbenan datang jam segini biasanya lo paling cepat datang terus lo uber tuh Abang Ali tercinta lo sampai ke kelasnya." Ejek Naura yang membuat Prilly mengerucutkan bibirnya. Setiap pagi memang itulah kegiatan Prilly, ia akan mengekori Ali sampai ke kelasnya ya walaupun ujung-ujungnya dia akan diusir oleh pria itu.

"Halo ciwi-ciwi pengagum gue."

Naura dan Prilly sontak menoleh menatap Adrian yang ternyata juga datang di saat bel masuk akan berbunyi dalam hitungan menit lagi. Mereka seperti sepakat saja datang di waktu bersamaan seperti ini.

"Najis lo!" Maki Naura yang justru membuat tawa Adrian terdengar menggema hingga menarik perhatian beberapa siswi yang lewat. Sudah pernah Prilly katakan bukan jika Adrian ini memiliki wajah yang tampan dengan senyuman yang begitu menawan sehingga tak heran pria ini juga menjadi incaran gadis-gadis populer di sekolah mereka.

"Ayok masuk nanti kita telat." Ajak Prilly sebelum Naura dan Adrian bertengkar di depan gerbang sekolah. Adrian mengikuti kedua sahabatnya dari belakang.

Prilly dan Naura terus bercerita tentang apa saja jangan tanyakan jika giliran Prilly yang bercerita pasti bahasannya tidak jauh-jauh dari Abang Ali yang jujur saja membuat Naura muak. Naura bukan tidak menyukai Ali, ia tidak pernah terlibat masalah apapun dengan pria itu hanya saja ia jijik sekaligus benci melihat sikap arogan Ali yang selalu kasar dalam memperlakukan sahabatnya.

Naura benci setiap kali melihat tatapan terluka Prilly setelah pria itu menyakitinya. Prilly memang tersenyum lebar setelahnya tapi gadis itu tidak bisa menyembunyikan rasa sakitnya melalui tatapan matanya yang berubah sendu.

Lorong didepan kelas mereka terlihat di penuhi oleh siswa-siswi yang sedang menunggu guru yang akan mengajar dikelas mereka. Sudah menjadi tabiat murid-murid di kelas mereka menunggu guru diluar jika sudah melihat gurunya dari ujung lorong baru mereka akan kocar-kacir berlari memasuki kelasnya.

Berbeda dengan Naura dan Prilly keduanya sama-sama tidak suka berkeliaran diluar jika tidak ada kepentingan bahkan mereka kerap kali membawa makanan dari rumah masing-masing karena malas untuk jajan ke kantin.

"Lo tugasnya Ibu Eka udah lo kerjain?" Tanya Naura pada Prilly.

Prilly mengangguk pelan. "Udah dari kemarin sih." Katanya sambil membuka resleting tasnya berniat untuk mengambil buku tugasnya.

Naura yang duduk sebangku dengannya juga melakukan hal yang sama. "Kasih gue contekan dong. Nomor dua gue nggak tahu rumusnya apa." Naura melebarkan cengirannya ketika Prilly menoleh menatapnya tajam.

Prilly ini walaupun otaknya pas-pasan tapi ia paling pantang berbuat curang seperti menyontek misalnya. Prilly tidak bisa dikatakan bodoh hanya saja jika dibandingkan dengan Ali otaknya memang tidak ada apa-apanya karena tingkat kecerdasan Ali yang diatas rata-rata tapi jika dikelasnya Prilly termasuk siswi yang pintar.

"Besok-besok gue nggak bakalan kasih contekan lagi ya Ra." Ancam Prilly yang dibalas anggukan oleh Naura. Gadis itu tidak terlihat takut pasalnya Prilly sudah sering mengancam seperti ini tapi ujung-ujungnya sahabatnya itu tetap memberikan contekan untuk dirinya.

"Eh Adrian kemana?" Prilly bertanya pada Naura karena tidak melihat wujud Adrian di dalam kelas mereka.

"Mati kali." sahut Naura santai sambil membuka buku contekannya.

Prilly mendengus pelan mendengar jawaban asal sahabatnya itu. Ah, Naura ini memang selalu begitu jika berkaitan dengan Adrian.

"Jangan terlalu membenci nanti bisa-bisa lo jatuh cinta sama Adrian." Bisik Prilly yang langsung dibalas amit-amit oleh Naura hingga membuat tawa Prilly pecah.

***

"Al nanti pulang sekolah lo bisa nemenin gue nggak?" Bella bertanya pada Ali yang sejak tadi duduk melamun di sampingnya.

Bella tahu jika Ali sedang mengalami sesuatu yang buruk hanya saja pria yang sedang dekat dengannya itu tidak menceritakan apapun padanya, entah tidak mau atau memang sedang menunggu waktu yang tepat.

"Al.."

Ali tersentak kaget saat Bella menyentuh punggung tangannya. "Eh kenapa Bel? Lo mau pesan sesuatu?" Tanya Ali terlihat sekali pria itu kebingungan karena terlalu lama melamun.

"Pesan apa Al kita kan udah pesan makan siangnya." Jawab Bella berusaha sabar. Ia sudah sejauh ini berjuang hingga akhirnya ia bisa duduk satu meja dengan Ali yang notabene siswa paling diinginkan oleh murid-murid wanita sekolah mereka, jelas Bella akan menjaga sikapnya dengan baik.

Bella tidak ingin Ali merasa tidak nyaman seperti sikap pria itu pada Prilly, gadis tidak tahu malu yang terus membuntuti Ali.

"Oh ya gue lupa. Belum datang ya makanannya?" Ali mengarahkan pandangannya segala arah asal tidak melihat Bella. Ali merasa bersalah pada wanita yang sudah ia berikan tempat dihatinya itu.

Bagaimana jika Bella tahu jika dirinya sudah dijodohkan dengan gadis lain? Pasti hati Bella akan hancur dan Ali tidak menginginkan hal itu.

Bella terlihat ingin mencerca Ali hanya saja wanita itu memilih untuk menahan dirinya, ia harus memberi waktu pada Ali hingga pria itu sendiri yang akan membuka suara tanpa harus ia tanyai.

"Oh ya kamu udah dengar belum kita kedatangan murid baru loh." Bella berusaha mengalihkan kecanggungan diantara mereka.

Ali menoleh menatap Bella. "Oh ya?"

Bella mengangguk pelan, "Tadi gue nggak sengaja dengar dari Ibu Siska katanya kelas sebelah ada murid baru." Jelas Bella yang dijawab anggukan oleh Ali.

Kelas sebelah yang dimaksud oleh Bella adalah kelas Prilly.

"Katanya muridnya ganteng blasteran gitu." tutur Bella lagi. Gadis itu tidak terlalu memperhatikan perubahan ekspresi wajah laki-laki disampingnya hingga ia terus bercerita. "Semoga aja beneran ganteng terus suka sama Prilly biar teman lo itu nggak ngejar-ngejar lo lagi." Sambung Bella tanpa rasa bersalah.

"Maksud lo apa Bel?" Tanya Ali kentara sekali pria itu tidak menyukai perkataan Bella barusan.

Bella yang sejak tadi fokus pada ponselnya akhirnya mendongak menatap Ali. "Kenapa ada yang salah dengan perkataan gue?" Tanya Bella bingung, bukankah Ali begitu tidak menyukai Prilly lalu kenapa pria itu terlihat marah setelah mendengar perkataannya bukankah bagus jika ada pria lain yang berhasil menarik hati gadis tidak tahu malu itu jadi Ali bisa terbebas dari kejaran Prilly.

Coba jelaskan bagian mana yang salah dari perkataan Bella?

Ali mengusap wajahnya dengan kasar, Bella benar jika anak baru itu menyukai Prilly maka ia akan terbebas dari gadis itu, ia akan hidup tenang setelahnya. Ali juga bisa menjalin hubungan dengan Bella tanpa takut di ganggu oleh Prilly.

Tapi kenapa Ali merasa ada yang janggal dihatinya, kenapa ia merasa tidak menyukai pernyataan Bella barusan. Apa yang salah? Tolong katakan pada Ali.

*****

My husband❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang