Persimpangan Jalan

41 4 0
                                    

Dimalam yang tampak terang dan dihiasi cahaya bintang, Minju kecil tengah duduk di dalam mobilnya sambil bernyanyi dengan riang. Gadis kecil itu terlihat antusias sekali bisa bernyanyi bebas ditemani kedua orang tuanya yang saat ini duduk didepan. Kedua orangtuanya juga tampak senang melihat sang putri bisa bersenang-senang.

"Bintang kecil di langit yang biru"
"Amat banyak menghias angkasa"
"Aku ingin terbang dan menari"
"Jauh tinggi ke tempat kau berada"

Saat Minju kecil sibuk bernyanyi, ibunya berceloteh kalau ternyata Minju mau pergi ke bintang untuk menari dan bakal meninggalkan kedua orangtuanya. Dia sedih karna Minju lebih memilih hidup bersama bintang daripada mereka.

"Ah... ibu sedih kau lebih sayang bintang itu. Apa kau begitu ingin menari dengannya ?". Dan dengan polosnya Minju menganggukkan kepalanya. Bagi gadis kecil itu menari bersama bintang-bintang itu sangat menyenangkan.

"Ibu apa menurutmu aku bisa seperti bintang itu ? Bintang yang paling terang itu, menurutmu bagaimana ?" tanya gadis itu sambil mendorong tubuhnya mendekati sang ibu.

Sang ibu lalu tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan pelan. Minju ikut tersenyum melihatnya.

• • • •

Waktu berlalu dengan cepat. Kini Minju kecil tengah duduk dibawah pohon sendirian. Gadis kecil itu tengah menangis memanggil ayah ibunya. Ia tampak begitu ketakutan dimalam yang begitu mencekam. Sudah beberapa kali ia coba panggil ayah dan ibunya supaya datang, namun tetap tak ada yang datang.

"Ayah.. ibu.. aku takut.. " rintihnya dalam hati.





































































Beberapa tahun kemudian

KRING.. KRING..

Suara alarm berbunyi begitu nyaringnya membuat mata Minju langsung terbuka lebar. Gadis itu segera mematikan alarm yang berbunyi lumayan keras hingga bisa membangunkan semua orang dalam radius 100 meter.

Begitu berhasil memadamkan bunyi alarmnya, gadis itu melanjutkan ritual paginya sebelum mandi. Dia bakal menyapa tanaman tulip kesukaannya itu dengan hangat.

"Pagi semua....kalian belum mekar ya," sapanya riang. "Akan ku beri vitamin pada kalian, sebentar"

Minju segera bergerak cepat menggapai gelas berisi air putih untuk disiramkan ke tanaman tulip kesayangannya itu. Setelah dirasa cukup, ia sudahi ritual paginya untuk lanjut bersiap ke sekolah.

• • • •

Setelah badan sudah segar dan berpakaian rapi, Minju melanjutkan tugasnya buat membersihkan rumah. Menyapu, mengepel, mencuci piring, membersihkan halaman, dan tak ketinggalan memasak juga. Semua ia kerjakan dengan cepat dan rapi.

Seperti hari biasanya Minju cuma menyiapkan roti bakar sebanyak dua porsi. Jangan menduga itu semua untuk dirinya karna itu sudah pasti salah. Nyatanya kedua roti bakar itu ia siapkan untuk bibi dan saudari Minju yang kemungkinan akan datang sebentar lagi.

"Kau tak makan makanannya,kan ?" sambar bibinya cepat sebelum gadis itu melangkah keluar. Tepat dibelakangnya ada Winter yang baru selesai bersiap-siap. Saudari Minju itu tampak cuek dan langsung duduk di kursi. Dia segera menyambar roti di atas meja dan tak lupa satu kebiasaannya setiap pagi, yaitu berdandan.

"Kau tak lupa kan kalau kau itu cuma menumpang disini, kau tak punya hak untuk makan semua makanan yang ada disini meski itu sudah basi" ingatnya dengan tegas. Minju hanya bisa menjawab dengan anggukan pelan.

MIRROR WORLD •• 01 Line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang