Petunjuk Jalan 2

10 2 0
                                    

.

.

.

Bu Suzy sedang membaca sebuah buku cerita anak-anak di ruang musik. Dia terlihat begitu serius sampai-sampai terbawa alur cerita yang tersaji. Dia akan tertawa saat kejadian lucu, sedih saat keadaan berubah sedih, dan marah saat keadaan memanas.

Saking terbawanya dia dalam cerita, Bu Suzy sampai tak sadar kalau Beomgyu sedari tadi memperhatikannya secara lama. Pemuda itu menatap Bu Suzy dengan serius seperti gurunya itu melihat buku cerita miliknya.

" Jadi kau suka cerita putri tidur,ya ?" saut Beomgyu tanpa bisa mengalihkan fokus gurunya tersebut. " Kau suka ya saat putri Aurora harus tertusuk jarum seorang wanita tua dan tertidur selamanya. Bagian mana lagi yang kau suka ?"

Bu Suzy melirik pemuda itu sekilas kemudian kembali fokus pada buku cerita miliknya. " Memangnya kenapa jika aku suka bagian itu ? Kau ada masalah ? Bukankah wajar jika setiap putri akan bernasib sial sebelum bahagia. Kau pikir mereka akan bahagia terus ??" jawab Bu Suzy tanpa mengalihkan pandangannya.

Beomgyu diam saja. Ia rasa jawaban dari Bu Suzy terdengar kejam. Meski itu ada benarnya sih. Tapi lupakan saja itu. Beomgyu tak mau ambil pusing. Dia memutuskan untuk pergi saja dari tempat ini. Berada di dalam secara lama membuat ia bosan.

Namun tetap didepan pintu masuk, pemuda itu malah berpapasan dengan Minju beserta Winter. Pada akhirnya Beomgyu kembali masuk ke ruang musik sebab disuruh Minju.

" Winter ingin mendengar permainan piano mu, jadi bisakah kau mainkan beberapa tuts piano untuknya ??!" pinta gadis tersebut.

Dia sengaja menunjukkan wajah manisnya dihadapan Beomgyu agar dikabulkan. Namun sayangnya pemuda itu diam saja. Ia malah menunjukan tangannya yang masih terluka sehingga tak bisa mengabulkan permintaan Minju.

" Benarkah ??" tanya Minju. Gadis itu tak mau percaya begitu saja. Dia mengecek sendiri telapak tangan Beomgyu yang lecet. Dan itu terlihat begitu parah.

" Duduklah, akan ku obati !" printah Minju sambil berlalu pergi mengambil kotak p3k. Tapi tangannya segera dicekal Beomgyu.

" Tak usah obati luka ku, kau urus saja tanganmu yang terluka " seru Beomgyu terdengar datar. Ia lalu melirik bu Suzy yang masih disibukkan pada sebuah buku cerita. " Jika cerita mengharuskan Aurora untuk tidur selamanya, akan ku ubah itu. Akan ku buat putri Aurora hidup bahagia terus menerus. Aku bukan pangeran disini, tapi aku adalah pembuat ceritanya " sambung pemuda tersebut lalu pergi.

• • • •

Dunia nyata

Sungchan ada dirumah sakit sekarang, menunggu seseorang dengan perasaan cemas. Badannya tak bisa diam sedari tadi. Mulutnya berkomat-kamit mengucapkan mantra yang orang lain tak tau.

Khawatir, itulah yang dia rasakan. Memangnya siapa sih yang nggak khawatir kalau ada orang terdekat tengah terbaring didalam sana. Tentu sangat khawatir. Perasaan was-was pasti menghantui selalu, setiap detik setiap menit.

Menunggu seseorang selalu menjadi sebuah pekerjaan yang berat.

Beberapa waktu kemudian, pintu ruangan terbuka menampakkan seorang dokter pria keluar dari sana. Memberi tahu Sungchan sebuah kabar baik yang sukses menerbitkan senyum kecil di bibir pemuda tersebut.

Masa kritisnya sudah lewat dan keadaannya sudah stabil. Dia harus dirawat untuk beberapa hari ke depan. Begitulah perkataan dokter yang mampu Sungchan ingat.

" Terima kasih, dok..!" ucap Sungchan senang.

" Tapi sebaiknya jangan ke dalam dulu,  keadaan bisa berubah kapanpun. Jangan jenguk dia hari ini kau bisa kembali besok hari. Saya permisi dulu " titah sang dokter kemudian pergi.

MIRROR WORLD •• 01 Line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang