Lampu Jalanan

9 2 0
                                    

" Menjadi satu-satunya manusia yang bahagia nyatanya lebih menyakitkan daripada menjadi manusia paling menderita di dunia. Disaat dunia bersedekah bisakah kalian tersenyum dengan riang ? Kurasa tidak "



.



.



.


Esok harinya Minju berangkat ke sekolah seperti biasa dengan menaiki sepeda. Dia nampak senang seperti hari pertamanya di dunia cermin. Bedanya dia yang menyapa semua murid kali ini.

" Hai semua pagi yang indah, semoga harimu menyenangkan ! Hai......kau harus tetap bahagia,ok ! Tersenyum lah...! Hai selamat pagi...!" sapa gadis itu kepada setiap orang yang ia temui. Tak ketinggalan juga senyuman selalu mengiringi.

Di tengah koridor, Minju bertemu dengan Somi si pembully. Diapun segera tersenyum manis yang dibalas dengan tatapan datar khas karakter asli di dunia ini. Tak ketinggalan Minju juga memberikan Somi gelang sebagai kenang-kenangan. Ia bahkan memakaikannya secara langsung.

" Saat kau sedang membully maka lihat gelang ini, kau pasti akan ingat aku dan berhenti. Kau akan lakukan itu bukan ? Janji ??" tanya Minju.

Somi menganggukkan kepalanya dengan sungguh-sungguh pertanda ia menyanggupi permintaan Minju barusan. Meskipun Minju tak yakin apakah Somi akan menuruti ucapannya atau tidak.

" Tidak akan membully,ok ?! Kau tidak boleh lakukan itu. Tak ada tolerir lagi. Meski tujuanmu datang untuk itu tapi itu perbuatan yang salah Somi. Kau harus bisa mengurangi itu. Kau pasti bisa !" ucap Minju dengan semangat 45.

Somi membalas senyum Minju. Dia menyetujuinya tanpa penolakan sedikitpun.

" Kau sudah hilang akal, ya ?!" sela Beomgyu tiba-tiba ikut bicara. " Kenapa membuatnya berjanji jika kau sendiri tak yakin apakah dia akan menepati janjinya atau tidak. Jangan melakukan hal yang akhirnya sudah kau ketahui Minju. Aku bahkan sering memarahinya tapi dia tak mengingatnya. Sebaliknya kau berhenti, ini saran terbaik dari ku !" usul Beomgyu.

Minju langsung memasang wajah tak suka akan kehadiran Beomgyu yang tak ia inginkan. Ia mengingatkan pemuda tersebut kalau dirinya meminta 1 satu hari kebebasan untuk melakukan apapun tanpa dilarang.

" Mau Somi aku beri gelang, makan enak sepuasnya, atau guling-guling di lumpur itu hak-ku. Perjanjian kita adalah nanti malam. Lebih baik kau tak usai ikut campur urusan ku. Kau pergi saja kalau tak suka !" balas Minju judes.

" Ngusir nih ?!!" tanya Beomgyu tak percaya.

Minju menganggukkan kepalanya tanpa ragu yang sontak membuat Beomgyu membuka mulutnya tak percaya. Seorang idola di sekolah ini telah diusir oleh gadis biasa seperti Minju. Sungguh tidak bisa diterima dengan akal sehat.

Mau sebesar apapun rasa amarah yang Beomgyu alami, pemuda itu nyatanya segera menuruti permintaan tersebut dan melenggang pergi dari sana. Meski hati masih sakit sih.

" Beomgyu...!" panggil gadis tersebut sukses membuat langkah Beomgyu terhenti. Pemuda itu kemudian membalikkan badannya kembali.

Beomgyu melihat Minju yang tersenyum senang kearahnya sambil memperlihatkan gelang ditangannya yang sama-sama berwarna nila seperti Beomgyu sekarang. Gadis itu tersenyum begitu manisnya hingga membuat seorang Beomgyu membeku beberapa detik sebelum akhirnya membalas senyum tersenyum tak kalah manisnya.

Pada akhirnya, Minjulah yang pergi meninggalkan Beomgyu yang masih terpaku ditempatnya. Dia masih terlalu syok setelah melihat senyum manis yang Minju perlihatkan.

' oh apa-apaan ini ? Sadar Beomgyu !'


• • • •



Saat waktu istirahat berlangsung, Minju buru-buru datang ke ruang musik untuk berpamitan dengan bu Suzy. Dia sudah berpamitan dengan semua orang, tinggal bu Suzy saja.

MIRROR WORLD •• 01 Line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang