Ayana masih berdiri disebelah motor Heka dan masih menunggu Heka dengan sabar. Dia sekarang sedang berfikir bakal seperti apa lagi garis takdirnya yang akan dituliskan semesta, dengan hadirnya Heka dihidupnya. Ayana bahkan ngga ingat kapan terakhir kali dia punya teman, karena sejak kecil dia selalu dirumah menemani sang Bunda. Disekolah pun Ayana ngga punya teman dekat yang bisa dia ajak bermain kerumah sepulang sekolah, atau sekedar berbagi bekal waktu jam istirahat tiba. Ayana kecil adalah seorang gadis manis, lugu, namun mandiri. Dia terbiasa mengurus segala keperluannya sendiri karena dia tidak mau merepotkan sang Bunda. Sementara Ayahnya bekerja di kantor dan jarang pulang kerumah. Ayahnya adalah seorang CEO perusahaan ternama yang sedang digadang-gadangkan pada waktu itu, jadi ngga heran kalau sang Ayah cuma bisa pulang sekitar 1 atau 2 kali seminggu, bahkan pernah hampir sebulan baru sang Ayah bisa pulang kerumah. Tapi dari semua kesibukan itu, keluarga Ayana adalah keluarga hangat yang sama sekali ngga ada pertengkaran sekecil apapun didalamnya, mereka bertiga hidup saling menyayangi, menyemangati, dan penuh dengan senyuman. Hidup Ayana sangat berkecukupan. Dia ngga pernah kekurangan kasih sayang dari orangtuanya, apalagi masalah finansial, dia bahkan bisa membeli satu toko mainan kalau dia mau. Tapi Ayana kecil adalah anak yang pintar sekaligus peka terhadap sekitarnya. Dia sadar apa yang harus dia lakukan, dia tau apa yang terjadi kepada Bundanya, dan dia paham selelah apa Ayahnya. Ayana tau. Tapi dia ngga pernah mengatakannya. Karena baginya, selama dia masih memiliki Ayah dan Bundanya, masih bisa melihat senyum dan merasakan pelukan hangat keduanya, maka itu sudah jauh lebih dari cukup. Dia ngga pernah meminta macam-macam kepada sang Ayah, dan dia juga ngga pernah merepotkan sang Bunda. Ayana kecil bener-bener memiliki segalanya dan ngga kekurangan suatu apapun dihidupnya, dia menjadi gadis yang tumbuh dewasa, dengan sendirinya.
Kenangan-kenangan itu membuat Ayana tersenyum lebar disebelah motor Heka. Demi apapun dia sangat merindukan kedua orangtuanya, sangat ingin merasakan peluk hangat kedua orangtuanya. Dia baru aja pindah ke kota ini, tapi rasanya sudah seperti bertahun-tahun dia ngga menjenguk makam kedua orangtuanya. Seandainya bisa, Ayana ingin pulang. Tapi dia ngga tau harus pulang kemana, karena disana dia sudah ngga menemukan lagi yang namanya "rumah". Terlepas dari rasa rindu kepada kedua orangtuanya, ada sedikit sudut hatinya yang merasa bahwa dia sangat membenci kota itu, sangat membenci semua orang yang dia kenal dikota itu. Apalagi setelah kepergian Ayah dan Bundanya, dia bener-bener merasa tidak ada lagi hal yang bisa membuat dia kembali lagi ke kota itu. Mengingat lagi tentang kota itu, membuat perasaan marah, kesal, benci, merasa bersalah, sedih, dan semua perasaan ngga mengenakkan itu muncul dan bercampur menjadi satu. Semesta mengambil semua kebahagiaannya dalam satu waktu yang bersamaan, yang membuat dia bertanya-tanya tentang kesalahan apa yang sudah dia lakukan, sampai semesta tega membiarkan dia seperti ini, hidup sendirian tanpa arah dan tujuan. Hingga akhirnya dia sampai dikota ini, dan bertemu laki-laki itu. Laki-laki yang bilang bahwa dia yang bakal menemani Ayana dalam keadaan apapun. Ayana takut untuk percaya, tapi Ayana berharap yang dikatakan laki-laki itu benar, bahwa dia bisa membagi sedikit rasa dihidupnya kepada laki-laki itu, entah itu perasaan sedih, sakit, jatuh, atau bahkan rasa bahagia.
"Tuhan, boleh ngga kalau kali ini aku berharap? Boleh ngga aku menjadikan sosok dia sebagai, rumah?" ucap Ayana pelan sambil melihat ke arah Heka diwarung sana yang saat ini sedang bergelut dengan Janu, yang membuat mereka berdua menjadi bahan tertawaan semua orang yang ada ditempat itu.
Perasaan ini, Ayana ngga tau gimana nyebutnya, tapi yang dia rasakan, dirinya bahagia dan jantungnya berdegup kencang cuma karena melihat senyum dan tawa Heka. Ini kali pertama Ayana merasakan perasaan seperti ini. Masih dengan Ayana yang memperhatikan Heka dari jauh, Heka secara ngga sengaja juga menatap ke arah Ayana. Tiba-tiba Heka tersadar kalau dia kesini ngga sendirian. Bisa-bisanya Heka lupa dengan kehadiran gadis itu dan malah asik bergelut dengan Janu. Saat itu juga Heka melepaskan tangan Janu dari lehernya, kemudian berusaha memperbaiki penampilannya yang saat ini bener-bener berantakan karena ulah Janu.

KAMU SEDANG MEMBACA
If I Got You
Teen Fiction"Aku Ayana, lengkapnya Ayana Azkayra. Bunda bilang, arti namaku bunga yang indah, bunga yang dihormati semua orang. Tapi kenyataannya dalam hidup, aku ngga pernah merasakan yang namanya dihormati sama sekali. Aku benci dengan kenyataan dimana kehidu...