11. Perlahan Bisa

54 7 3
                                    

Sekarang Heka dan Ayana sudah sampai di parkiran salah satu mall yang ada dikota itu. Ayana sudah turun dari motor dan menyerahkan helm kepada Heka, disusul Heka yang membuka helmnya sendiri dan ikut turun dari motor. Heka mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya, mengetikkan nama Naren, kemudian memencet tombol call pada kontak itu,

"Gue baru nyampe, lo pada udah dimana?" tanya Heka begitu panggilannya diangkat oleh Naren.

"Ngga langsung nonton?" tanya Heka lagi.

"Oh oke. Adek gue jagain! Lecet dikit aja, abis lo semua ama gue!" ucap Heka dengan senyum tengil andalannya kemudian mematikan sambungan telepon dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku.

"Kenapa Kak?" tanya Ayana yang daritadi memperhatikan Heka yang berbicara di telepon.

"Kata Naren mereka sekarang lagi makan, film yang mau ditonton Dira mulainya jam 5 katanya," jawab Heka sambil menatap Ayana. Sementara itu Ayana hanya mengangguk sambil ber-'oh' pelan.

"Ayo," ucap Heka sambil tersenyum, kemudian melangkahkan kakinya dengan diikuti Ayana disampingnya.

Selama berjalan, Ayana beberapa kali terhenti karena padatnya orang yang berlalu lalang, bahkan dia sempat beberapa kali tertinggal dari Heka. Begitu menyadari bahwa Ayana sekarang sudah ngga ada disampingnya, Heka berhenti kemudian berbalik mencari keberadaan Ayana. Dilihatnya gadis itu sekarang terhenti dengan wajah sedikit ketakutan, bahkan berkali-kali bergeser agar tidak tersentuh oleh kerumunan orang yang lewat. Heka yang melihat itu dengan cepat melangkah menuju Ayana, Heka sadar sebegitu takutnya gadis ini dengan sentuhan orang lain, terutama pria-pria yang memang saat itu sedang ramai-ramainya.

Begitu sampai disebelah Ayana dan sedikit menerobos kerumunan, Heka kemudian berdiri disebelah Ayana dan memanggil gadis itu pelan, dengan maksud menenangkan gadis itu yang sepertinya sekarang susah untuk bernafas,

"Ay," ucap Heka tepat disebelah Ayana. Saat itu juga Ayana menoleh dan menatap mata Heka yang juga menatapnya dengan raut wajah khawatir.

"Pegang tangan gue mau?" tanya Heka dengan senyum hangat, yang mendapat anggukan kepala dari Ayana.

Saat itu juga Heka menggenggam tangan gadis itu, memposisikan dirinya yang berada didepan Ayana untuk membuka jalan untuk mereka, dan memastikan bahwa ngga ada orang lain yang bersentuhan dengan gadis itu. Ayana mengikuti langkah Heka dalam diam, sambil berkali-kali menarik nafas berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Bisa Heka rasakan sekarang tangan gadis itu gemetar dalam genggaman tangannya. Telapak tangannya pun sudah sangat basah. Heka berjalan cepat mencari tempat duduk, dan begitu Heka melihat ada salah satu bangku panjang yang sedang kosong di depan salah satu toko yang tutup, dia segera membawa Ayana kesana dan mendudukkan gadis itu kemudian menatap khawatir tepat di manik mata gadis itu.

"Lo gapapa?" tanya Heka yang duduk disebelah Ayana dan masih menggenggam salah satu tangan Ayana menggunakan kedua tangannya.

Apa sebenernya yang terjadi sama gadis ini? Itu yang selalu Heka pertanyakan, tapi ngga pernah berani buat dia tanyakan langsung kepada Ayana. Kenapa dia setrauma ini dengan orang banyak? Kenapa dia segitu ngga sukanya bersentuhan langsung sama orang lain? Semua pertanyaan-pertanyaan itu sekarang memenuhi kepala Heka. Dia masih menatap mata Ayana. Demi melihat Ayana yang seperti ini, semakin membuat Heka ingin selalu ada disamping gadis itu.

"Gapapa kak, saya gapapa kok," jawab Ayana dengan senyum kecil, merasa bersalah karena membuat Heka khawatir seperti ini. Ayana merasa seharusnya dia ngga menerima ajakan Heka karena Ayana tau ini pasti bakal terjadi. Harusnya dia tetap dirumah dan ngga merepotkan Heka bahkan membuat Heka khawatir seperti sekarang.

If I Got YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang