Cahaya matahari yang masuk membuat Heka mengerjapkan matanya perlahan. Laki-laki itu sekarang berbaring di atas sofa, di seberang ranjang Ayana. Ketika dia membuka matanya, bisa dia lihat sang Mama yang sedang membuka jendela kamar.
"Bangun Bang, udah pagi. Mandi sana, abis itu beli sarapan," ucap Mama, melirik sekilas Heka yang masih berbaring sambil merenggangkan badannya dengan mulut yang menguap lebar.
Sedangkan Ayana yang memang sudah bangun dari tadi pun menatap laki-laki itu dengan senyuman geli di wajahnya. Untuk pertama kalinya dia melihat Heka yang baru bangun tidur. Lucu, tapi tetap ganteng juga. Seandainya dekat, mungkin Ayana sudah dari tadi menguyel-uyel pipi laki-laki itu.
"Kenapa liatin aku kaya gitu?" ucap Heka dengan suara rendah khas bangun tidur, baru menyadari bahwa Ayana sedang menatapnya,
"Lucu," jawab Ayana sambil berusaha menahan senyumnya.
Heka yang mendengar itu mau tidak mau ikut tersenyum, malu dipuji seperti itu sekaligus malu karena ini kali pertama Ayana melihat dirinya yang baru bangun tidur seperti ini. Ayana sendiri sudah segar sedari tadi, sudah dibantu mandi oleh Mama jauh sebelum Heka bangun, membuat Heka semakin tersipu karena kecantikan gadis itu.
"Iya lucu, soalnya semalam ngigau nangis-nangis," kali ini Mama Heka yang bersuara, duduk di sebelah Heka. Mama sedang membuat teh hangat. Tadi malam memang Mama menyuruh Heka untuk keluar dulu membeli keperluan yang sekiranya cukup untuk beberapa hari di sini.
Heka yang mendengar ucapan sang Mama terkejut, membulatkan matanya ke arah Mama, lalu bergantian menoleh ke arah Ayana.
"Emang iya, Ma?" tanya Heka,
"Serius aku kaya gitu, Ay?" tanyanya lagi kepada Ayana,
"Aku ngga denger, Mama yang cerita kaya gitu tadi," jawab Ayana sambil menahan tawa,
"Mama baru tau ternyata Abang se-bucin ini," ucap sang Mama, menoleh menatap Heka.
Heka yang ditatap seperti itu oleh Ayana dan Mama jelas tersipu sekarang. Wajah dan telinganya memerah, menahan rasa malu. Tanpa berkata apa-apa lagi Heka langsung berdiri dan berlari masuk ke dalam kamar mandi, membuat sang Mama dan Ayana tertawa lebar karena melihat tingkahnya itu.
Setelah puas menertawakan Heka, Mama yang sudah selesai membuat teh hangat berdiri dan melangkah ke ranjang Ayana. Mama membantu menaikkan bagian atas ranjang sehingga membuat Ayana dalam posisi duduk sekarang.
"Bentar lagi sarapan Ana dateng nih,"
"Ada yang sakit ngga, Na?" ucap Mama Heka,
"Mama panggil Ayana apa barusan, Ma?" bukannya menjawab pertanyaan Mama, Ayana justru balik bertanya karena sedikit terkejut dengan panggilan yang Mama Heka katakan barusan,
"Ana. Mama panggil kamu Ana, ngga papa kan?" jawab Mama Heka dengan senyum lebar di wajahnya, persis seperti senyum yang dimiliki Heka.
Ayana menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Mama tadi. Matanya berkaca-kaca. Panggilan itu, rasanya sudah sangat lama sekali dia tidak mendengarnya. Panggilan yang terakhir kali dia dengar keluar dari mulut kedua orangtuanya bertahun-tahun silam, di masa-masa kelam, masa-masa yang merenggut seluruh harta berharga yang ada pada dirinya, merampas semua yang dia punya.
"Ngga papa, Ma. Bunda sama Ayah juga dulu manggil Ayana kaya gitu," ucap Ayana, setitik air mata jatuh di pipinya ketika dia mengedipkan mata.
Mama Heka yang melihat itu langsung memeluk Ayana, yang juga dibalas tak kalah erat oleh Ayana. Sang Mama tersenyum getir, akhirnya ia menyaksikan sendiri bagaimana rapuhnya gadis ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
If I Got You
Genç Kurgu"Aku Ayana, lengkapnya Ayana Azkayra. Bunda bilang, arti namaku bunga yang indah, bunga yang dihormati semua orang. Tapi kenyataannya dalam hidup, aku ngga pernah merasakan yang namanya dihormati sama sekali. Aku benci dengan kenyataan dimana kehidu...