Malam itu hujan deras membasahi kota. Lagi. Mimpi buruk itu lagi. Mimpi yang selalu sama, tentang memori ingatan menyakitkan yang ingin sekali dihapusnya dari ingatan. Ayana merasa jantungnya berdetak dengan sangat kencang. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya yang bergetar hebat.
Sisa-sisa mimpi itu masih membekas dikepalanya. Memori ketika itu, suara hujan yang deras, suara isakan tangisnya yang tertahan, dan perlakuan kasar yang dia dapatkan dulu, kini semua tergambar jelas diingatannya. Membuatnya sulit bernafas saat itu juga.
Ingatan itu semakin jelas. Ia yang berusaha melarikan diri, rumahnya yang dipenuhi banyak orang, bendera kuning yang tergantung tepat didepan rumahnya. Semua itu benar-benar menghantam pertahanannya. Membuatnya hilang kendali dan seketika membenturkan kepalanya ke dinding kamar.
"KAMU HARUS MATI! KAMU NGGA BERHAK HIDUP BODOH! KAMU HARUS MATI, HARUS!!!" teriaknya sambil tetap membenturkan kepalanya dan kemudian menangis kencang.
Suara hujan malam itu menjadi satu dengan suara teriakan dan tangisannya. Dia benci dengan hidup. Dia benci kenapa dia harus terlahir dengan garis takdir semenyedihkan ini. Dia benci terhadap semesta yang mengambil semua orang yang dia cintai dan membuatnya harus menghadapi hidup sendirian.
Dia benar-benar terjatuh lagi malam ini. Betapa dia membenci ingatan menyakitkan ini dan berusaha keras untuk menghapusnya sekuat yang dia bisa. Namun sekeras apapun dia mencoba, tidak akan ada yang benar-benar dia lupakan. Semua adegan yang terputar kembali di mimpinya itu benar-benar terasa sangat nyata.
Setelah merasa lelah menangis. Dia berdiri kemudian melangkah menuju depan cermin dengan susah payah karena kakinya yang masih terluka, dan menatap dirinya yang sekarang benar-benar kacau, bahkan ada darah di bagian kepala yang dia benturkan ke dinding tadi.
Rambut hitam panjang, wajah yang manis dengan mata bulat, senyum cantik yang selalu membuatnya dipuji sang Bunda, juga tubuh mungil yang membuatnya selalu digendong oleh sang Ayah bahkan hingga sudah memasuki bangku SMP. Rasa-rasanya seorang Ayana Azkayra benar-benar tidak kekurangan suatu apapun di dirinya.
Namun, semua yang ada pada dirinya kini membuatnya muak. Dia benar-benar merasa dunia begitu kejam karena membiarkan dia sendirian. Dirinya masih sangat membutuhkan Ayah, juga Bunda. Mengingat kembali tentang kedua orangtuanya, membuat dia jatuh terduduk di samping ranjang dan kembali menangis sejadi-jadinya.
"Yah, Bun, Ana kangen," lirihnya masih dengan suara isakan.
Lama dia menangis ditemani dengan suara hujan. Dia benci hujan. Hujan mengingatkan dia tentang memori menyakitkan itu. Hujan yang saat itu seakan menyamarkan rintihan permintaan tolongnya. Hujan yang mengiringi langkahnya menghantarkan sosok sang Ayah ke tempat peristirahatan terakhirnya. Sangat, dia sangat membenci hujan.
Dia benar-benar lelah sekarang. Dilihatnya jam dinding di kamar, dan masih menunjukkan pukul 12 malam. Nanti pagi dia masih harus ke kampus untuk ospek hari terakhir, tapi rasanya dia sudah tidak punya kekuatan lagi sekarang. Dia menyandarkan kepalanya diatas ranjang masih dengan airmata yang mengalir deras. Menangis dalam senyap karena dia sudah terlalu lelah bahkan hanya untuk mengeluarkan suara, hingga akhirnya kembali jatuh tertidur.
_________________________________
Kini Ayana berdiri di depan cermin, sambil memperbaiki perban di dahi kanannya -yang dia gunakan untuk menyembunyikan luka yang dia dapat karena perbuatannya semalam. Luka yang disertai dengan kebiruan. Dia hanya menatap luka itu datar, tidak merasakan sama sekali rasa sakitnya karena kini yang lebih sakit adalah hatinya, bukan lagi fisiknya.
Tadi dia terbangun jam 05.10 pagi dengan mata sembab, karena merasakan perih di kakinya yang terluka, yang ternyata mengeluarkan darah lagi. Sambil meringis menahan sakit di kepala -akibat terlalu banyak menangis semalam, dia mencoba untuk bangun dan membersihkan diri kemudian mengganti perban di kakinya. Setelah selesai mengganti perban, dia mulai melangkah pelan untuk membersihkan kamar, terutama tempat tidurnya. Ternyata dia benar-benar kacau semalam, kamarnya pun benar-benar berantakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
If I Got You
Teen Fiction"Aku Ayana, lengkapnya Ayana Azkayra. Bunda bilang, arti namaku bunga yang indah, bunga yang dihormati semua orang. Tapi kenyataannya dalam hidup, aku ngga pernah merasakan yang namanya dihormati sama sekali. Aku benci dengan kenyataan dimana kehidu...