16. Terjadi Sesuatu

20 2 0
                                    

Akhirnya hari Musyawarah Besar itu tiba. Heka sudah datang ke kampus pagi-pagi sekali demi meng-handle semua hal yang diperlukan hari ini. Dia bahkan tidak menjemput Ayana seperti biasanya, melainkan berpesan pada Rajen untuk menggantikan dia menjemput Ayana. Ayana pun mengiyakan itu ketika malam tadi Heka meneleponnya.

Ruang rapat sudah penuh oleh mahasiswa-mahasiswi perwakilan dari kampus lain. Heka mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk berfokus pada acara hari ini, karena tidak mau diakhir nanti ada hal yang harus disayangkan.

Tepat pukul 08.00, acara Musyawarah Besar itu dimulai.

Di ruangan lain, Ayana baru saja masuk ke dalam kelas, menaruh tas dan membuka buku catatannya ketika kemudian dosen yang mengajar hari itu masuk. Sama seperti Heka, Ayana memfokuskan dirinya pada pelajaran hari ini karena ini adalah hari kuliah terakhir sebelum ujian minggu depan.

Semua berjalan seperti biasa. Tanpa mereka ketahui, sesuatu akan terjadi. Sesuatu hal yang membuat Ayana membuka cerita hidupnya sepenuhnya kepada Heka, sesuatu hal yang membuat Heka hampir kehilangan setengah warasnya.

Kejadian yang membuat Heka sadar, bahwa Ayana lebih rapuh dari yang selama ini dia kira, lebih hancur dari yang sebelumnya Heka lihat.

_______________________

"Kak Heka, ini daftar hadir peserta Mubes tadi, saya taruh di sekre atau gimana kak?"

Acara selesai. Hampir 8 jam mereka berada di ruangan itu, beristirahat ketika jam makan siang saja. Waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 ketika mereka membubarkan diri masing-masing karena telah selesainya acara Musyawarah Besar hari ini.

Heka yang saat itu hendak keluar dari ruangan menghentikan langkahnya ketika mendengar namanya dipanggil,

"Oh itu kasih ke Maya aja, sama minta tolong panggilin temen-temen panitia yang lain ya, kita evaluasi acara sore ini aja sekalian," jawab Heka sambil menatap jam ditangannya.

Selepas kepergian anak itu, Heka menatap keluar, menatap langit mendung yang daritadi terdengar suara petir menyambar. Entah kenapa perasaannya tidak enak, pikirannya tertuju kepada Ayana yang sampai saat ini masih belum membalas pesannya.

Sudah dari setengah jam yang lalu Heka mengirimkan pesan, bertanya dimana Ayana sekarang, apakah kelasnya sudah selesai atau belum, namun nihil, tidak ada jawaban satu pun. Heka sudah mencoba menelepon, tapi nomor telepon Ayana tidak aktif.

Mencoba untuk berpikir positif, Heka memilih untuk menelepon Rajen,

"Halo?"

"Nape?" ucap Rajen,

"Lo dimana?"

"Kantin,"

"Sama siapa?"

"Ya siapa lagi? Naren Janu lah," jawab Rajen, mulai gerah menjawab pertanyaan-pertanyaan Heka,

"Ngapa emang?"

"Ada liat Ayana ngga?"

"Lah ngga ada. Lo ngga ada nyuruh nganter dia balik ya gue pikir dia balik ama lo,"

"Ya emang gitu harusnya, tapi ampe sekarang dia ngga bales chat gue. Di telepon juga ngga aktif,"

"Lo bertiga tolong cariin dia dulu please, gue masih mau eval sama anak-anak. Oke? Thanks brodi, love you buat kalian bertiga, muach," tutup Heka kemudian mematikan sambungan telepon secara sepihak. Sementara Rajen bergidik ngeri mendengar kalimat terakhir Heka.

"Nape?" tanya Janu ketika melihat ekspresi Rajen,

"Temen lo tuh, gue ngeri dia beneran belok," jawab Rajen,

If I Got YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang