6. Bersama

82 9 6
                                    

Ayana membeku ditempatnya berdiri sekarang. Dia menatap Heka dengan mata berkaca-kaca dan bibir yang tersenyum sendu. Ayana bahkan ngga tau harus bersikap gimana di situasi seperti ini. Yang dia tau, hatinya menghangat. Dia ngga tau, sebenarnya kalimat yang diucapkan Heka barusan tulus dari dalam hati pria itu atau engga, tapi yang dia tau, menatap mata pria yang ada di depannya ini ngebuat dia merasa nyaman, merasa aman.

Tapi seketika itu juga dia tersadar siapa dirinya. Dia ngga boleh kaya gini. Entah bakal seperti apa pandangan Heka terhadap dirinya kalau laki-laki itu mengetahui kekurangan seorang Ayana, yang bahkan untuk dirinya sendiri aja dia merasa jijik.

Dengan perlahan Ayana melepaskan genggaman tangannya dari tangan Heka. Lagi-lagi dengan senyum sendu yang ngebuat Heka ngerasa sangat ingin menjaga gadis yang ada didepannya saat ini.

"Sorry kalo gue lancang. Harusnya tadi gue izin dulu sebelum pegang tangan lo," ucap Heka yang ngerasa bersalah.

Ayana cuma bisa tersenyum. Masih menatap mata Heka, dia pun mengangguk.

"Yaudah kalo gitu, ayo pulang. Tapi gue mau mampir tongkrongan dulu bentar boleh ngga? Ngga lama kok, 5 menit doang disananya, balikin powerbank temen gue," tanya Heka yang dijawab anggukan oleh Ayana.

"Oh iya, gue mau izin satu lagi boleh ngga?" tanya Heka, sekali lagi berbalik menatap Ayana.

"Iya, apa kak?" jawab Ayana masih dengan senyuman.

"Gue.. Boleh ngga nepuk pala lo?"

Wajah bingung Ayana langsung tercetak jelas dengan kedua alis terangkat dan mulut yang sedikit terbuka, Heka yang melihat itu pun menjadi gemas sendiri dan ingin sekali mencubit pipi gadis yang ada didepannya ini.

"Lo biasa aja dong. Ngga usah kaya gitu reaksinya," ucap Heka dengan senyum tertahan.

"Maksud gue nepuk pala lo, ya karena gue pengen lo ngerasa bahwa lo punya gue. Gue tau lo ngga suka jenis skinship kaya pegangan tangan, peluk, or something like that yang menurut lo itu intim. Maka dari itu gue cuma mau nepuk pala lo, ngga sakit kok, ngga pake tenaga gue nepuknya, tapi pake perasaan, dimana gue pengen lo tau, lo punya gue, lo ngga sendirian. Gue yang bakal bantu lo waktu lo susah, gue yang bakal jaga lo waktu lo sakit, dan gue juga yang bakal bangga di setiap apapun pencapaian lo, sekecil apapun, gue pengen gue yang ada buat lo. Walau sekedar nepuk pala lo, tapi gue mau lo bisa ngerasa kalo gue seperduli itu ke lo. Kaya yang gue bilang tadi, lo harus senyum, karena senyum lo tuh cantik. Boleh kok lo nangis, tapi cuma didepan gue, cuma sama gue. Karena gue tau kalo selama ini lo selalu pura-pura kuat, jadi gue mau, seenggaknya lo bisa berbagi sedih, tangis, atau sedikit aja beban lo ke gue," ucap Heka panjang lebar, yang ngebuat Ayana sekarang natap dia dengan mata berkaca-kaca.

"Jadi? Boleh ngga?" tanya Heka yang juga masih tetap setia memandang Ayana.

Persis ketika Ayana mengangguk, saat itu juga airmatanya luruh. Ayana menangis, sambil memaksakan senyumnya. Gadis itu menuruti ucapan Heka, bahwa kini dia hanya akan menangis, jika hanya bersama dengan Heka -yang bersedia menjadi tempatnya berbagi sedikit beban yang ada dihatinya.

Jujur, sebenarnya Ayana bingung sama semua ini. Ayana bingung kenapa Heka seperduli ini ke dia. Mereka baru kenal kemarin, tapi kalimat panjang Heka barusan seakan-akan Heka sudah mengenal sisi Ayana itu dari lama. Ayana akhirnya memberanikan diri untuk bertanya,

"Kakak, kenapa gini?"

Ada jeda sejenak yang diikuti dengan raut wajah bingung yang sekarang tercetak jelas diwajah Heka,

"Gini gimana maksudnya???" jawab Heka yang balik bertanya.

"Kenapa kakak ngomong sepanjang itu ke saya? M-maksudnya, kenapa kakak seperduli itu ke saya?? Kita bahkan baru kenal kemarin," jawab Ayana sambil mengusap airmata yang jatuh di pipinya.

Sebelah tangan Heka terangkat, pria itu mengusap dan menepuk-nepuk pelan rambut Ayana sambil berucap,

"Ya karena itu lo. Jujur gue juga ngga tau kenapa gue bisa bersikap kaya gini, sama orang yang notabene-nya baru gue kenal. Jadi kalo lo tanya kenapa gue seperduli ini ke lo, jawabannya ya karena orang itu lo. Cuma lo satu-satunya cewe selain adik gue yang ngebuat gue ngerasa kaya gini, ngerasa pengen banget ngejaga lo sebisa gue," lagi-lagi Heka tersenyum manis, membuat Ayana yang menatapnya merasa semakin ingin menangis.

"Aneh ya? Padahal kita baru banget kenalnya," lanjut Heka,

"Tapi gue milih buat ikutin apa yang hati gue mau. Kata Papa, ikutin terus apa kata hati, karena hati ngga akan pernah salah. Tapi kalo hasilnya ga sesuai yang diharapkan, bukan berarti hati yang salah, tapi keadaan yang memang mengharuskan. Karena ada beberapa hal di dunia yang ngga selamanya berjalan dengan baik, makanya kita harus jaga ekspektasi, dan disitulah hati berperan. Dengan gue ngikutin apa yang hati gue mau, gimana pun akhirnya, bisa bareng lo aja gue udah seneng. Bisa bikin lo senyum aja gue udah ngerasa cukup. Ya karena sekali lagi, cuma lo, yang ngebuat gue pertama kalinya ngerasa kaya gini," jelas Heka masih dengan menatap mata Ayana sambil tersenyum manis.

Tangis Ayana pecah. Gadis itu terisak pelan sambil menundukkan kepalanya. Dalam hati, gadis itu bersyukur karena Tuhan sudah mempertemukan dia dengan Heka. Disaat dia mencapai titik terberatnya dalam hidup, Tuhan menghadirkan Heka. Tapi logikanya lagi-lagi seakan berucap, mengingatkan lagi tentang bagaimana jika akhirnya Heka mengetahui tentang kelemahannya, tentang kekurangan dari seorang Ayana. Dia sudah ngga mau lagi ditinggalkan, sudah cukup selama ini dirinya sendirian. Egonya berkata bahwa dia ngga boleh kaya gini, dia harus menjaga jarak dari pria ini, pria baik ini.

Tapi seketika itu juga ingatannya mengingat beberapa kata yang diucapkan Heka barusan. Sambil mengangkat kepala dan menatap mata Heka yang juga masih setia menatap dirinya, Ayana berucap dalam hati,

'Ya. Hati ngga akan pernah salah. Papanya Kak Heka bener, hati ngga pernah salah. Apapun yang terjadi nanti, biar semesta yang mengaturnya. Untuk saat ini, boleh kan kalau aku milih buat ikutin apa yang hatiku mau? Boleh kan kalau aku ngerasa sedikit berbahagia? Walaupun sedikit aja,' monolog Ayana dalam hati, kemudian tersenyum kepada Heka.

"Makasih kak," ucap Ayana tulus.

Demi apapun Heka sangat ingin memeluk gadis ini sekarang, demi melihat senyum itu, senyum yang dia berjanji kepada dirinya sendiri akan dia jaga untuk tetap ada bagaimana pun caranya. Tapi dia ngga bisa, dia ngga akan berani lagi untuk menyentuh gadis ini kalau tanpa persetujuannya. Dan sekali lagi yang dia bisa lakukan, yaitu menepuk dan mengusap rambut Ayana sambil menjawab ucapannya tadi dengan anggukan dan senyum yang sama tulusnya.

"Udah nangisnya? Atau masih mau nangis? Sini gue peluk biar nangisnya ga keliatan sama orang-orang," ucap Heka sambil menaik-turunkan kedua alisnya dan menunjukkan senyum tengil andalan pria itu yang kini sudah muncul diwajahnya.

Ayana yang melihat itu, tertawa. Untuk pertama kalinya dia tertawa selama 5 tahun terakhir, dengan selepas ini. Heka yang melihat tawa gadis itu tersenyum, dengan jantung yang berdetak kencang. Dalam hati dia berucap,

'Ini ya yang namanya jatuh cinta? Ni cewe gemes banget si ah elah, jantung gue ngga sehat ini liatnya'.

Setelah tawa Ayana terhenti, Heka berucap,

"Yaudah yok ah, dah jam setengah 5 ni, ntar lo kemaleman pulangnya. Mau mampir ke tongkrongan dulu soalnya kita,"

Kemudian Heka berbalik dan mulai menaiki motornya. Setelah memasang helm, Heka membantu Ayana yang masih terluka kakinya untuk naik ke boncengan motor dengan memegang sebelah tangan gadis itu -yang tentu saja atas persetujuan dari gadis itu sendiri. Setelah merasa Ayana duduk dengan nyaman dibelakangnya, baru kemudian Heka menyalakan motornya lalu melaju meninggalkan area kampus.

Selama perjalanan, tak hentinya Heka tersenyum dari balik helmnya. Hatinya ngga pernah merasa seberbunga ini. Begitupun dengan Ayana, untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir, dia merasa 'hidup'.





Haloo, i'm back again😍
Ada yang nungguin ga si cerita ini untuk update🥺
Semoga ada yaa :) Dan semoga kalian suka ;)
Udah deh gitu ajaaa, makasih banyak yaa buat kalian yang udah baca❤️
Sehat-sehat kaliann💛🌻

If I Got YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang