5. Perduli

74 9 2
                                    

Heka dan Ayana sampai didepan gerbang kampus yang persis akan tertutup. Seorang panitia yang bertugas di depan pintu gerbang itu pun segera membukakan kembali pintu gerbang, demi melihat bahwa orang yang sedang mengendarai motor itu adalah Heka.

"Thank you, bro!" ucap Heka sambil tetap melajukan motornya, namun dengan kecepatan pelan.

Setelah masuk ke area kampus, ternyata seluruh mahasiswa baru sudah berbaris rapi di lapangan. Melihat itu Ayana pun menjadi panik sendiri. Dia tidak mau dihukum lagi. Dia ingin hari ini berjalan dengan lancar karena ini adalah hari terakhir ospek ini.

Setelah motor berhenti tepat di parkiran, Ayana dengan terburu-buru turun dari motor -masih dengan susah payah. Melihat hal itu, Heka segera menahan tangan Ayana karena gadis itu hampir saja terjatuh saking terburu-burunya,

"Pelan-pelan aja Ay, ntar jatoh lagi. Lo ngga bakal dihukum kok, tenang aja," ucap Heka pada Ayana.

Setelah membantu Ayana, barulah Heka ikut turun dari motornya dan berdiri tepat di depan Ayana,

"Ntar kalo ditanya, bilang aja kalo lo telat gara-gara gue, oke?",

Ayana dengan cepat menggelengkan kepalanya. Ini bukan salah Heka, memang dirinya saja yang terlalu lambat berjalan tadi pagi, dia juga yang membuang waktu karena panic attack-nya tadi. Ini kesalahan Ayana, bukan Heka.

Melihat gelengan itu, Heka tersenyum dengan senyum andalannya,

"Yaudah kalo lo gamau. Biar gue aja yang bilang gitu," ucapnya kemudian berbalik dan melangkah menuju lapangan, yang segera disusul oleh Ayana masih dengan langkah tertatihnya.

Dari jauh, Heka dan Ayana sudah dapat melihat Johan yang memandang mereka dengan tajam. Heka masih meneruskan langkahnya dan berhenti tepat di depan Johan, di tengah-tengah lapangan. Ayana sendiri masih mengekori Heka, demi tuhan dia sudah tidak mau lagi berurusan dengan kating sialan yang mempermalukannya kemarin itu.

Setelah beradu tatap dengan Johan selama beberapa detik, Heka mendekatkan dirinya kemudian berbisik,

"Dia telat, gara-gara gue yang maksa dia buat ikut sama gue. Dia juga lagi sakit noh kakinya, gara-gara ngejalanin hukuman lo kemarin. So, don't punish her. Kasian bro, cewek, mana lagi sakit," bisik Heka tepat di telinga Johan.

Melihat Johan yang hanya diam sambil memandang Ayana, membuat Heka berbalik kemudian berucap kepada Ayana,

"Lo boleh gabung di barisan. Johan ngga bakal macam-macam kok, kan lo telatnya gara-gara gue," ucap Heka sambil mengedipkan sebelah matanya.

'Ah iya, namanya Johan. Aku inget ya nama kamu! Ngga bakal aku lupa seumur hidup!!!' batin Ayana jengkel.

"Saya permisi kak," ucap Ayana sambil sedikit menunduk untuk pamit dari hadapan Johan dan Heka.

Heka mengangguk dengan senyum lebar sedangkan Johan hanya diam dan menatap Ayana dengan datar. Ayana yang melihat itu kemudian berbalik untuk menuju ke barisan, tempat dimana posisi dia selama 2 hari kemarin.

Melihat kepergian Ayana, Heka kemudian menatap Johan sambil tersenyum dan menepuk pundaknya pelan sebelum berjalan ke arah barisan para panitia, namun langkahnya terhenti ketika mendengar kalimat Johan,

"Lo hutang penjelasan sama gue."

_______________________

"Sejak kapan lo perduli sama cewek?" tanya Johan begitu sampai di depan Heka.

Kini keduanya sedang berada di kantin fakultas, karena ini jam istirahat siang dari semua kegiatan ospek. Heka yang lebih dulu berada disini dan tengah menyantap bakso kesukaannya, menjadi terkejut bukan main dengan kehadiran Johan yang tiba-tiba.

If I Got YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang