Chapter 1 : Hanya satu

10.3K 1.1K 59
                                    

Mohon koreksinya kalau ada typo atau tataan bahasa yang salah.

Thanks for support and love, enjoy the story.

Cerita ini telah di revisi total
.
.
Ruangan berukuran 10x15 meter persegi yang di dominasi oleh warna putih gading itu sangat senyap, hanya suara coretan pena pada kertas yang terdengar, dua orang di dalamnya tak saling bicara. Hanya fokus pada apa yang sedang mereka kerjakan.

Dua orang di dalam sana bekerja tak henti-hentinya, memeriksa tak hanya selembae atau dua lembar laporan tapi puluhan hingga ratusan lembar laporan yang cukup tebal.

Memastikan bahwa bisnis berjalan dengan semestinya, andai disini telah muncul terobosan teknologi seperti di dunia Irenica yang dulu, sangat canggih dan modern. Mungkin itu akan meringankan bebannya.

Kaca mata itu bertengger dengan kokoh pada hidung lancip milik Iren, matanya cekatan memeriksa laporan perkembangan bisnisnya.

Sesuatu yang cair mengalir keluar dari hidungnya, menodai lembar laporan yang tengah Iren baca.

"Astaga!" Iren berseru pelan, tangannya cekatan untuk menahan darah yang keluar dari hidungnya.

Sean, yang berada tak jauh darinya segera bangkit dan mengeluarkan sapu tangan di kantongnya.

"Tahan dengan ini," ucap Sean memberi sapu tangan miliknya. "Sekarang, ayo aku antar ke kamarmu."

"Tapi pekerjaanku.."
"Lupakan dulu tentang itu, kau bisa mati jika terus memaksakan diri seperti ini," ujar Sean.

Iren kemudian menurut pada perkataan Sean. Di luar sudah ada Elena, betapa terkejutnya Elena saat melihat kondisi Iren.

"Lady! Ada apa dengan anda"
"Elena, tolong segera panggil dokter untuk datang secepatnya."
Elena mengangguk pada perintah Sean dan segera pergi untuk memanggil dokter.

Sean mengantar Iren menuju kamarnya.

Sesampainya di dalam kamar, Sean menyuruh Iren untuk duduk di kasur. Sean menarik kursi kecil untuk duduk dekat dengan kasur Iren. "Coba ku lihat, apa mimisan mu masih belum berhenti?"

Mimisan itu belum juga berhenti, Sena mencari handuk di kamar mandi untuk mengganti sapu tangan yang sudah kotor dengan darah.

"Maafkan aku, aku tak begitu tahu bagaimana menghentikan mimisan seperti ini." Terlihat sekali jika raut wajah Sean tampak begitu kecewa pada dirinya.

"Tak apa Sean, ini pasti akan berhenti dengan sendirinya."

"Iren, aku akan segera mencari pegawai untuk membantu kita secepatnya, agar kamu bisa meluangkan waktu untuk bersosialisasi dengan para Lady dari keluarga lain. Menikmati tea time, berbelanja atau berlibur seperti Lady dari keluarga lainnya."

"Sean, aku seorang kepala keluarga. Bagaimana bisa aku bersantai seperti yang kamu katakan itu," ujar Iren.

"Iren, kamu sudah berlari terlalu jauh."

Satu kalimat yang cukup menyadarkan Iren, jika dipikir-pikir sudah 2 tahun sejak ia menyandang gelar kepala keluarga De Vony. Bermula dari bisnis tambang emas sampai kini ia memiliki bisnis peminjaman uang dengan keuntungan yang besar, membuat nama keluarga De Vony terkenal dan cukup di segani hingga menduduki peringkat ke 4 sebagai keluarga yang cukup berpengaruh pada kekaisaran ini.

"Aku tak ingin hal ini terjadi lagi," tangan Sean menggenggam erat sebelah tangan Iren. "Tolong ingat, kesehatanmu itu sangat penting Iren."

Iren menatap mata yang menyiratkan kekhawatiran itu, kepala mengangguk tanda bahwa Iren akan mengingat perkataan Sean.

Ending Of The VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang