Chapter 18 : Persiapan

2.6K 387 22
                                    

Hai, gak nyangka ya bisa sejauh dan selama ini untuk tamatin cerita ini, maaf belum bisa memenuhi keinginan kalian untuk sering-sering up seperti sebelumnya, Ruby sudah jadi budak korporat, pergi pagi pulang malam, kadang pagi ketemu pagi lagi T T weekend juga kadang masih kudu kerja, mengejar deadline tugas. Maaf lama sekali tidak muncul, Ruby berharap kalian masih bisa menikmati karya-kayra dari Ruby.

Mohon supportnya ya, kritik dan saran di persilahkan dan kalau ada kesalahan tata bahasa atau typo jangan sungkan beri tahu Ruby.

Btw, ini agak terlambat tapi Ruby mau bilang selamat puasa bagi yang menjalankannya.

**

Aku tak menyangka akan sesibuk ini, persiapan pernikahan ternyata tak segampang yang kupikirkan sebelumnya. Banyak sekali yang harus di persiapkan, alat makan, dekorasi, membuat jadwal dengan katedral untuk pemberkatan, gaun, undangan, perhiasan, mas kawin, dan masih banyak lagi.

Aku mengambil cuti lebih awal dari pada Sean, aku mempercayakan pekerjaan padanya dan dia mempercayakan urusan pernikahan ini padaku, dan hari ini kami berdua sudah membuat janji pada Madam Moselle. Beliau seorang desainer yang sedang naik daun sekarang, karyanya cukup diminati oleh kalangan bangsawan dan orang kaya lainnya.

"Apa semelelahkan itu?" Sean membawaku dalam dekapannya dan aku hanya mengangguk dengan mata yang terpejam, ini sungguh melelahkan.

"Aku pikir semua perempuan akan sangat bersemangat menyiapkan acara pernikahan mereka, kalau ini melelahkan serahkan saja pada orang lain dan kamu bisa duduk manis sambil memerintah mereka."

"Tidak bisa begitu Sayang." Aku mengatur kembali posisiku dalam pelukan Sean, mencari posisi yang nyaman di dalam kereta kuda yang sedang berjalan.

"Ini memang melelahkan tapi sungguh aku menikmatinya, memang mudah untuk menyuruh-nyuruh orang mengerjakan hal yang kita inginkan tapi akan lebih tenang jika aku sendiri yang memastikan semua persiapan sudah sesuai dengan keinginanku."

"Hmm.. kalau kamu berkata seperti itu, aku tidak bisa melarangmu tapi, tolong jaga kesehatanmu. Aku tak ingin berdiri di altar sendirian."

Dengan mata yang masih terpejam, aku tertawa kecil, memang pernikahan bisa sah jika hanya satu mempelai saja?

**

Amelia duduk termenung di kursi yang di letakan di samping jendela besar di kamarnya, pandangannya kosong seolah-olah itu tubuh tanpa jiwa. Gosip tentang pembatalan pernikahan dirinya dan Putra Mahkota sudah menyebar bahkan menjadi topik yang seminggu ini selalu di bahas di rumahnya.

Amelia tak mempersalahkan hal itu karna memang sejak awal dia hanya berpura-pura, memainkan peran yang diinginkan ayahnya. Sebenarnya hatinya telah berlabuh pada laki-laki lain jauh sebelum pertemuan dirinya dengan Putra Mahkota dan tak seperti kisah percintaanya dengan Putra Mahkota, laki-laki itu juga memiliki perasaan yang serupa padanya.

"Apa kau tetap bertingkah kekanak-kanakan seperti ini?" Suara Duke terdengar begitu tajam bagi Amelia.

kekanak-kanakan katanya

"Jadi kau memang berniat menyusul bajingan itu?"

Menyusul? Kemana?

"Ya, mungkin kamu membutuhkan 3 sampai 4 hari lagi sampai mati kelaparan karna mogok makan mu ini, susul saja pria yang kau cintai itu ke alam baka."

Kepala yang sedari tadi hanya memandang keluar jendela kini menoleh, menatap sosok laki-laki yang ia panggil 'ayah' yang tengah berdiri tak jauh darinya.

"Ya, aku akan mengambil keuntungan dari kematianmu itu, untuk memulai perang. Aku tidak akan menghentikan keinginanmu itu untuk mati, susul saja bajingan itu dan ibu sialanmu ke alam baka, kalian bertiga memang sama-sama menyebalkan."

Ending Of The VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang