Mohon koreksinya kalau ada typo atau tataan bahasa yang salah.
Thanks for support and love, enjoy the story.
.
.
.Tidak ada yang berubah, semua orang mengerjakan tugasnya merka masing-masing dan tidak terlihat terganggu oleh apapun. Sampai Leon datang membawa nampan berisikan sebuah surat dengan segel kekaisaran.
"Lady, surat dari Kaisar baru saja tiba." Iren menghentikan sejenak aktifitasnya, mengambil dan membuka surat dari kaisar. Dibacanya dengan teliti isi surat itu.
"Bakar surat ini Leon," titah Iren.
Isi surat itu tidak lain adalah pemberitahuan tentang audiensi terbuka yang di gelar di aula kekaisaran dan juga dalang dari masalah yang Iren tengah hadapi. "Lady dari kediaman Duke Raymond datang berkujung, tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Apa anda mau menemuinya?"
"Aku akan menemuinya, berikan teh dan cemilan padanya." Leon setengah menunduk yang artinya dia akan mengikuti perintah Iren.
Bertepatan dengan Leon yang keluar, Elena masuk dengan nampan di tangannya berisikan teh yang akan di berikan pada Iren. "Tak perlu menyiapkan teh untukku El, aku akan minum di ruang tamu dan tanyakan pada Jonathan, apa dia memulangkan 'tiga pria' itu kepada tuannya? Kalau bisa pulangkan mereka hari ini juga." tiga pria yang di maksud oleh Iren itu adalah orang-orang yang datang untuk memata-matai dirinya, pagi, siang, hingga malam, mereka terus memantau setiap pergerakan Iren tapi apa yang akan mereka laporkan pada tuan mereka?
Skenario yang sudah Iren siapkan pasti membuat lawan menerka-nerka, senjata apa yang akan dia bawa untuk membela diri. Bahkan, orang terdekat Iren seperti ibunya sendiri tak tahu menahu tentang apa yang ada di pikiran Iren, seperti apa dia menangani masalah ini. Iren menutup rapat rencananya, dia menyimpannya untuk dirinya sendiri. Dia seorang kepala keluarga, bagaimana pun cara, apapun kosenkuesinya, dia bertugas melindungi kehormatan keluarganya.
Elena menerima perintah dari Iren, mereka berdua keluar bersama tapi berpisah di pertigaan lorong. Iren akan menemui seseorang yang menyebalkan seperti Willona hanya saja lawannya kali ini lebih pintar dari pada Willona. Dari kejauhan terlihat Leon tengah berdiri di depan pintu, ia setengah membungkuk saat Iren berdiri tepat di depan pintu. Leon membantu membukakan pintu. Disana sudah terlihat seorang wanita yang memiliki status sosial yang cukup tinggi, mengenakan pakaian merah berwarna magenta, kulit putih, rambut panjangnya di urai bergitu saja tanpa aksesoris rambut, dan wajah yang cantik. Siapapun yang melihatnya sudah pasti akan mengatakan jika wanita itu sangat cantik, seperti titisan dewi.
Iren menunduk memberikan salam khas bangsawan, itu sudah etiket bangsawan saat bertemu dengan bangsawan yang derajat sosialnya lebih tinggi darinya. "Apa kedatangan Lady kemari untuk mengajukan pinjaman uang? Saya tidak mendengar desa-desu jika Duke Raymond mulai mengalami kritis keuangan, jadi pasti bukan untuk hal itu bukan?"
"Terimakasih atas sambutan anda Lady Lucia, perihal kedatangan ku kemari, aku hanya ingin menikmati saat-saat terakhir keluarga De Vony. Desa-desunya seluruh aset keluargamu akan disita jika terbukti melakukan kerja sama dengan Kaisar, kalau kamu butuh pekerjaan datanglah ke kediamanku, masih ada lowongan sebagai pelayan di rumahku."
Iren dengan tenang meraih cangkir tehnya, menyesapnya perlahan, kemudian menatap sinar matahari yang masuk dari jendela. Dia salah, ternyata Willona dengan wanita di depannya ini sama, mereka cantik tapi bodoh. Mengapa dia terus berhadapan dengan wanita-wanita bodoh seperti mereka. Sejenak Iren memikirkan suatu hal, haruskan dia membuat ending Amelia seperti Willona?
"Lady Lucia, kau mendengarkanku?"
Iren menoleh ke arah Amelia, menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya mulai berbicara. "Apa yang anda harapkan dari saya Lady? Kehancuran dari keluarga saya atau sesuatu yang tidak anda miliki tapi saya memilikinya?" pertanyaan itu nyaris di jawab oleh Amelia tapi, Iren memotongnya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Of The Villainess
FantasiIrenica Lucia De Vony tokoh utama Villain, setelah melalui berbagai penderitaan, semesta masih belum mengizinkan Irenica untuk bahagia. Cinta, kebahagiaan, dan hidupnya, terus diuji. Melawan untuk menang atau diam untuk mati. Bagaimana ending dari I...