Chapter 14 : Logan & Geez

3.3K 445 29
                                    

Mohon koreksinya kalau ada typo atau tataan bahasa yang salah.

Thanks for support and love, enjoy the story.

.

.

Swedia, salah satu kota yang berada di sisi barat kerajaan Xenorvi. Butuh waktu lebih dari dua minggu untuk Logan sampai di sana.

Setelah kabar ia yang bisa berjalan, sesuai dugaan Iren. Banyak Lady dari kalangan bangsawan maupun anak seorang pengusaha mengirimkan surat lamaran padanya. Beberapa dari mereka, adalah putri dari keluarga yang dulu pernah menolak lamaran dari keluarga Logan.

Salah satu alasan mengapa Logan dan keluarganya pindah ke Swedia karna untuk pengobatan ayahnya, di karenakan kerajaan Xenorvi bukanlah kerjaan yang ada di bawah naungan kekaisaran Arcilious, sehingga sulit sekali mengirim bahan herbal untuk membantu pengobatan ayahnya.

Logan juga mulai membangun bisnis perhiasan disini, syukur ia memiliki relasi yang luas, jadi dengan mudah Logan bisa mendapatkan pemasok berlian, permata dan lain-lainnya.

"Apa yang sedang anda pikirkan tuan?" tanya Farel, asisten pribadi Logan.

"Tidak ada," jawabnya tanpa melihat lawan bicaranya itu.

Seakan tak yakin dengan jawaban tuannya, Farel kembali berbicara, "saya pikir anda sedang memikirkan Lady Lucia."

Logan terdiam, seakan apa yang Farel katakan adalah fakta yang tengah terjadi pada Logan. "Apa cukup dengan mengirim surat saja tuan? kita masih belum pergi terlalu jauh, saya bisa meminta kusir.."

"Diamlah Farel, kamu terlalu banyak bicara hari ini." Logan sengaja memotong ucapan asistennya itu.

Logan memang pergi tanpa berpamitan secara langsung dengan Iren, mengirim surat sudahlah cukup bagi Logan, sebagai tanda perpisahan.

"Apa anda sudah mendengar kabar tentang audiensi terbuka di istana kemarin, tuan?"

"Ya, aku sudah mendengarnya." Kabar itu tercetak pada surat kabar tadi pagi, menjadi berita utama yang cukup menggemparkan, Logan yakin beberapa orang merasa bersyukur bisnis itu tidak di tutup. Karna jika pada bisnis itu di tutup mereka akan kehilangan tempat untuk meminjam uang dan  berakhir akan meminjam pada renternir yang memiliki bunga yang sangat tinggi. "Pada akhirnya Iren selalu bisa memenangkan pertempuran itu."

"Tuan, saya memiliki hal yang sangat ingin saya tanyakan tapi, jika anda tak berkenan untuk menjawab, saya memakluminya."

"Tentang?"

"Tuan Sean dan Lady Lucia."

Logan sedikit merasa tergelitik. "Memang apa yang mau kamu tanyakan tentang mereka?" tanya Logan karna penasaran tentang apa yang ingin ditanyakan oleh asistennya itu.

"Apa ada rasa menyesal pada dirinya anda sudah mengenalkan tuan Sean dengan Lady Lucia?"

Logan termenung, memikirkan kembali pertanyaan dari Farel. Apa dirinya pernah merasa menyesal sudah mengenalkan Sean pada Iren? Jawabannya, tentu saja.

Logan hanya menjawab dengan anggukan kepala, ia tak kuasa untuk mengatakan iya secara langsung.

"Tapi ada satu hal yang perlu kamu ketahui, Farel. Meski tanpa diriku, Iren tetap akan bertemu dengan Sean. Itu karna sejak awal, perempuan itu sudah mengincar Sean, untuk bisa bekerja denganya."

Logan menatap Farel yang duduk berhadapan dengannya. "Kamu tak perlu mengasihaniku dan berhentilah menatapku seperti itu Farel, aku tak pantas mendapatkan tatapan seperti itu. "

"Maafkan saya tuan."

"Sebagian orang mungkin akan memandangku sepertimu, mereka menujukan rasa kasihannya pada diriku yang cintanya bertepuk sebelah tangan. Sejujurnya aku tidak menyesal bertemu dengan Iren, bahkan sampai saat ini aku masih mengingat pertemuan pertamaku dengannya dan sekarang cukup bagiku mendoakan hal baik untuknya."

"Anda pasti akan bertemu perempuan yang lebih baik, tuan."

Logan menghiraukan ucapan Farel karna meski ia telah bertemu dengan banyak perempuan tapi tidak ada yang seperti Irenica Lucia De Vony.

"Aku mungkin akan bertemu banyak perempuan tapi hanya ada satu Irenica di dunia ini."

Carolus Logan Claire

**

"Yang Mulia, makan siang anda sudah siap."

Geez meletakan pena bulu di atas meja, setelah mengecek kembali pekerjaanya. Ia bangkit dan menuju sisi kiri ruangan, terdapat meja bundar kecil dengan dua bangku. Pelayan yang datang mulai menyajikan makan siang pada Geez.

Makan siang berjalan dengan tenang, tak ada hal mengganggu yang merusak mood nya. "Aku sudah selesai, siapkan teh untuku, Anna."

"Ya, Yang Mulia."

Geez berjalan, menuju sisi ujung ruangan. Terdapat pintu yang menghubungkan ruangan kerja Geez dan ruangan itu, kunci ruangan itu hanya Geez yang pegang, sehingga tak ada yang bisa masuk tanpa seizinnya.

Tak ada yang spesial dari ruangan itu, tak banyak prabotan juga di ruangan itu. Hanya ada meja kecil dengan satu buah sofa, di sisi kanan terdapat perapian sebagai penghangat di kala cuaca dingin. Kaca-kaca besar adalah sumber penerangan di kala siang dan tepat di depan sofa itu terdapat sebuah tirai besar yang hanya Geez saja yang tahu, apa yang ada di balik tirai tersebut.

Geez berdiri dekat jendela menunggu Anna mengetuk pintu, tak lama suara ketukan pintu terdengar. Geez membuka pintu, Anna masuk dengan peralatan menyeduh teh. Di letakannya di meja kecil yang ada di ruangan itu, lantas segera keluar.

"Saya permisi Yang Mulia, silahkan panggil saya jika anda membutuhkan sesuatu."

"Ya."

Anna keluar dari ruangan itu dan segera Geez mengunci pintu dari dalam, sehingga tak ada yang bisa menggangunya.

Geez berjalan menuju tirai raksasa, menarik tali yang ada di sisi tirai. Lantas tirai itu terbuka, menampilkan sebuah potret raksasa satu-satunya di kekaisaran  Arcilious. Tak ada perasaan bosan pada diri Geez saat memandangi potret itu.

Geez duduk, ia meminum teh yang telah di seduh oleh Anna. Ia memiliki waktu 10 menit untuk bersantai dan ini adalah kegiatan yang paling di sukai oleh Geez, berdiam diri dalam ruangan ini sambil menatap potret besar dihadapannya.

"Apa Dewa memang menakdirkan kita seperti ini? Hanya sekedar bertemu dan mengenal satu sama lain tapi tidak untuk saling memiliki."

Geez meletakan kembali cangkir teh di atas meja. Lantas ia kembali menatap potret besar dihadapannya. Sosok perempuan dengan paras yang cantik, sebuah senyuman indah terukir diwajahnya. Sosok yang ia rindukan, sosok yang selalu ingin ia jadikan miliknya seorang. Irenica Lucia De Vony.

Geez memandangi potret Iren di hadapannya, sebesar apapun usahanya untuk melupakan sosok Iren, ia tidak benar-benar bisa melupakannya. Iren mengambil bagian penting dalam hidup Geez, sisi yang tak bisa di sentuh oleh Amelia.

"Betapa bodohnya aku yang masih berharap, kamu akan kembali padaku suatu saat nanti." Kedua bola mata Geez masih setia memandangin potret Iren.

"Ren, entah sekerang apapun aku mencoba, aku tetap tidak bisa. Rasa ingin memilikimu lebih besar daripada rasa ingin melupakanmu. Merelakanmu pada Sean adalah hal yang tak mudah untuk kulakukan apalagi ku bayangkan."

"Mengira kamu menyukaiku juga adalah salah paham yang terus aku benarkan"

Geez Leonardo Maichail

TBC

Ending Of The VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang