Chapter 16 : Salju Pertama

1.6K 222 5
                                    

Iren duduk sofa kamarnya, ia ingin sekali berbaring dan tidur tapi sebentar lagi waktu makan malam tiba. Tubuh kecilnya bersandar pada bagian sofa yang empuk itu, mengistirahatkan sejenak tubuhnya tapi, baru saja matanya ingin terpejam suara ketukan pintu dan suara Elena yang meminta izin untuk masuk itu menghentikannya.

"Masuklah," ujar Iren.

"Nona, tuan Sean datang berkunjung sekarang beliau ada di ruang tamu bersama dengan nyonya. Beliau bilang ada yang ingin ia bicarakan sebelum makan malam jika anda mengijinkannya," tutur Elena yang berdiri di samping Iren.

"Antarkan saja dia kemari."

"Baik Nona."

Sean dan Iren memang memiliki janji untuk bertemu hari ini, atau lebih tepatnya Sean yang ingin bertemu dengannya karna ingin membahas sesuatu yang berkaitan dengan mereka berdua dan Iren mengiyakannya.

Tak menunggu lama, ketukan pintu terdengar kembali. Kini Elena datang bersama Sean. Bicara tentang Sean dan Iren, hubungan mereka yang kemarin sempat renggang kini mulai membaik, Sean juga sudah mulai bekerja kembali.

Sean mengambil posisi duduk tepat di samping Iren, Elena pamit untuk pergi meninggalkan keduanya di kamar Iren.

"Kamu terlihat lelah." Sean membuka pembicaraan.

"Benarkah? apa terlalu kelihatan?" Sean hanya mengangguk pelan, "Tidurlah lebih cepat malam ini," ucap Sean.

"Ya," Iren mengangguk.

Sean menghela nafas sejenak, Iren juga sebenarnya menunggu apa yang ingin tunangannya itu bicarakan. "Ren, kita sudah lama bertunangan bukan?"

"Iya, betul."

"Kondisi keluargamu juga sudah cukup baik, selain itu kita berdua juga sudah dalam usia yang cukup untuk ditahap yang lebih serius bukan?"

Iren diam, ia sepertinya paham arah perbicaraan ini. "Apa..apa kamu mau melanjutkan hubungan ini? Maksudku ke jenjang yang lebih serius lagi, lebih mengikat antara aku dan kamu."

"Tentu saja aku ingin, apa kamu berpikir aku tidak serius dalam hubungan kita ini?"

Sean buru-buru menjawab pertanyaan Iren, ia pasti takut jika perempuan itu salah paham"Tidak! aku tak berpikir seperti itu."

"Sebenarnya tempo hari lalu, saat kau pergi bersama Logan. Aku dan Ibumu, kami sempat berbincang bersama. Ibumu mengatakan kalau dia ingin.."

"Ingin menikah lagi?" tebak Iren memotong ucapan Sean, Sean mengangguk untuk mengiyakan ucapan Iren.

"Kau tahu?" tanya Sean.

"Tentu saja, saat kita perang dingin Ibu sempat mengatakan padaku, ia bilang karna kita berdua sedang tidak baik-baik saja saat itu, kamu pasti belum mengatakannya padaku kalau Ibu ingin menikah lagi, aku sudah tahu dan aku tidak melarangnya."

Sean bersyukur jika Iren sudah mengetahuinya, kini tinggal pembahasan kapan mereka akan menikah? setelah atau sebelum ibunya menikah dengan Viscount? Entah kenapa lidahnya keluh sekali untuk mengangkat topik ini.

"Aku ingin menikah saat awal musim dingin, pemberkatan saat salju pertama turun. Bukankah itu romantis sekali Sean?"

Sean tersenyum manis menatap Iren, "Kalau kamu menginginkan itu, mari kita wujudkan itu. Itu akan menjadi kenangan yang manis dan hal yang teromantis yang bica kita bicarakan pada anak-anak kita kelak. Kita akan berkata 'Ayah dan Ibumu menikah saat salju pertama turun' seperti itu dan setiap kali salju pertama turun kita akan selalu mengingat satu sama lain."

"Itu terdengar romantis, tapi apa kamu bisa memperkirakan kapan salju pertama akan turun?"

Sean tertawa kecil, "Kamu meremehkan calon suami mu ini? Hah? Aku bahkan bisa memperkirakan kapan kita akan memiliki anak," ucap Sean.

"Kapan?" pertanyaan yang keluar dari mulut Iren seakan-akan menantang Sean.

"Sekarang mungkin."  Usai mengatakan itu, Sean menyerang Iren, membuat perempuan itu setengah histeris setengah tertawa.

**

"Mereka merencakannya saat salju pertama turun tuan."

Sosok bertubuh tinggi dan ramping itu yang sedang berlutut itu di hadapan dua orang laki-laki dengan jubah abu-abu tua, ia sedang melaporkan informasi yang ia dapatkan setelah memata-matai seseorang.

Tak lama kemudian, salah satu laki-laki berjubah abu-abu itu meremparkan sekantong Callum kehadapan laki-laki yang menjadi mata-mata itu. Setelah menerima bayaran, laki-laki itu pergi meninggakan kedua laki-laki berjubah abu-abu tanpa disuruh.

"Kapan musim dingin datang?" Tanya laki-laki yang berdiri di depan.

"Dua bulan lagi," jawab sosok yang tadi memberikan uang pada mata-mata.

"Persiapkan semuanya dengan baik dalam dua bulan, jika rencana kita sukses, hal ini akan tertulis dalam sejarah kekaisaran ini."

"Baik tuan, saya akan mempersiapkan dengan sebaik mungkin."

TBC

Ending Of The VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang