Chapter 8 : Date

4.2K 542 56
                                    

Mohon koreksinya kalau ada typo atau tataan bahasa yang salah.

Thanks for support and love, enjoy the story.

.

.

"Dimana Iren, Leon?"

"Lady pergi ke kediaman Count Claire tuan, Lady berpesan jika ia tak akan lama disana, sebelum waktu makan siang Lady akan kembali."

Sean diam, tak langsung menjawab. "Apa dia memberitahumu kepentingan dia pergi ke sana?"

"Tidak Tuan."

Sean menoleh saat seseorang memanggil namanya, ia sangatlah mengenal suara yang memanggilnya itu. "Selamat pagi nyonya."

"Pagi juga, Sean kamu masih saja memanggilku seperti itu, panggil saja aku Ibu, kamu akan menjadi menantuku itu berati kamu juga anakku."

"Maaf, saya belum terbiasa nyo,tidak, maksud saya Ibu"

Wanita paruh baya itu tersenyum tipis, "bisakah kita menghabiskan waktu sebentar sebelum kamu sibuk bekerja? Mungkin minum teh ditaman dekat kantormu?"

Sean dengan senang hati menerima ajakan itu,  "Leon tolong siapkan teh dan juga beberapa cemilan untuk kami."

"Baik Nyonya."
***

SEAN POV

"Apa kamu dan Iren sudah membahas tentang waktu penikahan kalian?"

"Belum, setahun terakhir kami sibuk dengan pekerjaan. Jadi kami sepakat untuk menyampingkan hal itu dan jika situasinya sudah lebih baik mungkin kami akan mulai membahas hal itu Ibu."

Ibunya Iren itu terdiam sejenak, seperti sedang memikirkan sesuatu hal yang ingin ia bicarakan, "apa kamu mengenal Viscount Devando Bastian?"pertanyaan itu  keluar dari mulut ibunya Iren setelah beberapa saat terdiam.

"Saya tidak terlalu mengenalnya tapi hanya sekedar tahu saja, beliau orang yang tertutup."

"Ya, dia memang cukup tertutup. Sebenarnya aku sedikit binggung untuk menjelaskannya padamu, ini juga demi kebaikan Iren."

Tunggu sebentar! Mengapa perasaanku menjadi tidak tenang seperti ini?

"Sepekan yang lalu Viscount Sebastian datang kemari, dia mengirimkan surat lamaran pernikahan, meskipun tertutup, tidak ada catatan atau rumor buruk tentangnya. Jadi ku pikir dia orang yang cukup baik, beberapa nyonya dari keluarga lain juga mengatakan jika dia orang yang dermawan dan baik, hanya saja dia tidak senang bersosial,"

Tidak! Tidak mungkin, sangat tidak mungkin! Pria tua itu! Berani sekali dia melamar Iren yang statusnya merupakan tunanganku. Siapa di kekaisaran ini tidak tahu jika Iren telah bertunangan dengan ku , hah!

"Maka dari itu Sean.."

Tenanglah Sean, tenanglah! Iren pasti berpihak padamu, tidak mungkin Iren mau dengan pria tua seperti Viscount itu.

"Sean? Apa kamu mendengarkanku?"

Aku menatap tegas pada calon ibu mertuaku, aku harus menyakinkannya.

"Ya Dewa! Sean ada apa dengan tatapanmu itu?"

Mungkin beliau sempat goyah karena Viscount Sebastian jauh lebih kaya dariku tapi, aku harus menyakinkan beliau, aku harus meluruskan kembali pikirannya. Hanya aku yang pantas untuk Iren. Jangan sampai pertunanganku kandas sebelum kami mengikat janji suci di hadapan Dewa.

"Ibu, dengarkan aku!"

"Ya, aku mendengar Sean, ada apa?"

"Ibu, aku memang tidak sekaya Viscount Sebastian, tapi aku mencintai Iren dengan tulus. Sangat tulus, aku akan membuat dia bahagia. Jika ini masalah kekayaan, aku bisa mendapatkan lebih dari Viscount," jika masalah uang, aku bisa meminta kembali bekerja dengan kaisar dengan meminta upah yang lebih banyak.

Ending Of The VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang