"Sudah siap nona."
Aku membuka mataku setelah Elena memberi tahuku kalau dia sudah selesai meriasku, hari ini aku akan datang ke salah satu undangan pesta teh yang kuterima. Viscountess Kiel, perempuan yang sebaya dengaku yang dua bulan lalu baru saja menikah dengan Viscount Kiel.
"Apa aku perlu mengantarmu?"
Aku menolehkan kepalaku ke asal suara, Sean berdiri dengan kedua tangan menyilang didepan dadanya dan tubuhnya setengah menyender pada pintu. Sejak kapan dia disana?
"Tak perlu, ada Jonathan yang mengawalku."
Aku berdiri, mataku memandang pada pantulan cermin dihadapanku. 'sempurna' itulah kata yang dapat mengungkapkan penampilanku sekarang. Suara sepatuku memecah sunyi dalam kamarku, aku berjalan mendekati Sean, memberikannya kecupan kecil pada pipinya. Tanpa bicara, ku yakin Sean mengerti tatapanku padanya yang ingin berpamitan untuk pergi bermain sebentar.
Sean memberikan balasan kecupan pada kedua pipiku, "hati-hati dijalan."
Aku tersenyum dan mengangguk secara bersamaan, kemudian berjalan melewatinya.
**
Empat kursi yang mengitari meja bundar yang berada di taman bunga ini, di isi oleh pemilik acara dan tiga nona bangsawan muda termasuk dirku. Namun, terdapat satu bangku kosong yang entah siapa pemiliknya, mungkin dia terlambat atau mungkin nona itu tidak datang.
"Bukankah seharusnya kita memanggil Lady Lucia, Marchioness De Vony? Anda kepala keluarga De Vony sekarang, benar bukan?" nona muda dari keluarga Earl (Count) membuka topik yang sebenarnya tak begitu kusukai
"Benar, seharusnya kita memanggil anda Marchioness. Anda seharusnya tidak membiarkan orang-orang terus-terusan memanggil anda Lady, maafkan saya Marchioness, saya mengundang anda tanpa menyebut gelar yang anda miliki, betapa malunya saya."
"Saya juga sedari tadi memanggil anda dengan sebutan Lady, saya minta maaf Marchioness."
Sebuah senyuman mengawali ucapanku, "Lady dan Viscountess Kiel, anda semua tak perlu merasa seperti itu. saya tak masalah dengan panggilan, meski itu merupakan etiket tapi tak perlu merasa terbebani, itu bukan masalah besar bagi saya."
"Syukurlah jika begitu, kami akan lebih berhati-hati lagi dalam bicara," ucap Viscountess Keil.
"Marchioness, bolehkah saya menanyakan sesuatu pada anda?"
"Tentang?"
"Anda dan tunangan anda."
Aku diam sejenak, apa yang ingin nona muda ini tanyakan? "Silahkan Lady, saya akan menjawab sebisa saya."
"Anda sudah bertunangan dengan tuan Sean, seperti yang kita semua tahu tuan Sean berasal dari keluarga Count tapi yang saya dengar tuan Sean pergi meninggalkan keluarganya di selatan karna itu dia tidak begitu suka jika orang-orang memanggilnya dengan marga keluarganya. Apa ketika anda menikah dengan tuan Sean status anda akan menjadi Countess atau anda akan menyerahkan posisi kepala keluarga pada tuan Sean, demi mempertahankan status anda sekarang?"
Senyap, suasana hening ketika nona muda itu selesai bicara. Akupun ikut terdiam, memikirkan jawaban seperti apa yang harus aku berikan pada nona muda ini. Menyadari jika suasanya menjadi tak begitu enak, aku tertawa pelan untuk memecah ketegangan ini.
"Nona, hal apa yang begitu penting? Kekayaan atau sebuah status yang tertulis di selembar kertas dengan segel Kaisar?"
"Eh! Maksud anda.."
"Ya, mana yang begitu penting untuk anda? Kekayaan atau status bangsawan yang keluarga anda miliki sekarang?"
Lihatlah nona ini, dia terdiam tak bisa menjawab. Itu karna keduanya sama pentingnya baginya. "Kalau anda yang bertanya seperti itu pada saya, dengan mantap saya akan menjawab Kekayaan . Anda bisa membeli apa saja dengan kekayaan yang anda punya Lady, termasuk sebuah gelar, bukan begitu? Ada gelar yang bisa kita miliki hanya dengan mengeluarkan beberapa Callum yang telah di tentukan, anda juga bisa memiliki kekuasaan jika anda memiliki penyokong dana yang kuat untuk mengendalikan seseorang.
Menjadikan orang itu sebagai boneka anda, kekayaan akan mendatangkan kekuasaan tapi status bangsawan? Anda hanya akan terjebak dalam banyak tanggung jawab yang memuakkan. Saya bicara seperti ini bukan berati saya tak menyukai posisi saya sekarang, saya menikmatinya tapi saya juga tak keberatan jika tidak memiliki gelar bangsawan."
Ketiga perempuan di hadapanku sekarang terdiam, entah apa yang ada di pikiran mereka sekarang.
"Saya mengerti sekarang," ucap Lady yang tadi bertanya.
"Ya?"
"Saya mengerti mengapa Putra Mahkota menyukai anda Marchioness, bahkan sempat ada rumor jika Putra Mahkota siap melepas tahtanya untuk anda."
Itu bukan rumor murahan, itu memang kenyataan.
"Anda berbeda dengan Lady Raymond, daya tarik yang anda miliki bukan hanya menarik kaum laki-laki tapi daya tarik anda begitu kuat sampai-sampai saya selalu berpikir bagaimana anda seorang perempuan seperti anda, saya ingin menjadi seperti anda tapi saya sadar itu tidak mudah, anda sangat luar biasa Marchioness."
"Pujian yang anda berikan, bukankah itu berlebihan?"
"Tidak Marchioness, saya setuju dengan ucapannya," ucap Lady lain.
"Saya berharap pasangan Putra Mahkota adalah anda, itu akan sangat serasi sekali."
"Jika tunangan saya mendengarnya, itu akan membuatnya sedih begitupun saya. Tapi bagaimanapun saya berharap pasangan Putra Mahkota selanjutnya adalah seseorang yang bisa diajak kerja sama dengan baik dengan Putra Mahkota dan juga yang bisa menyayangi Putra Mahkota dengan tulus."
"Benar, saya juga besyukur Yang Mulia Kaisar membatalkan pernikahan mereka berdua."
"Iya, saya tidak bisa membayangkan bagaimana jadianya kekaisaran ini di pimpin oleh Lady Raymond, sungguh menyeramkan."
Aku membiarkan ketiga nona itu melanjutkan pembicaraan mereka, pengumuman resmi dari Kaisar tentang pembatalan pernikahan Geez dan Amelia sudah menyebar, ada yang tidak terima dengan keputusan Kaisar namun, lebih banyak yang mendukung keputusan kaisar.
Apapun itu selama tidak menyeret keluarguku, aku tidak mau ambil pusing ataupun ikut campur.
Geez dengan penuh harap, semoga dewa mengirimkan sosok yang dapat mendapingimu dengan tulus.
TBC
Mau main tebak-tebakan gak ?? Endingnya Iren sama siapa?? Sean kah ?? Geez kah ?? Logan ??
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Of The Villainess
FantasyIrenica Lucia De Vony tokoh utama Villain, setelah melalui berbagai penderitaan, semesta masih belum mengizinkan Irenica untuk bahagia. Cinta, kebahagiaan, dan hidupnya, terus diuji. Melawan untuk menang atau diam untuk mati. Bagaimana ending dari I...