04

426 78 10
                                    

VOTE KOMEN SELAGI MEMBACA~

"Selamat pagi Nona, bagaimana tidurmu?" Sapa pemuda jangkung yang belum Julia ketahui namanya.

Julia tersenyum ramah, setelah mendengar penjelasan Jaemin semalam, rasa was-was yang ada di dalam dirinya perlahan menghilang.

"Tidurku sangat nyenyak. Dimana yang lain?" Julia baru sadar jika di dapur hanya ada satu pemuda ini.

"Mereka sedang bertugas, Nona. Pemimpin Lee dari NEO memberi perintah." Jawabnya seraya menaruh piring keatas meja.

"Hei, bukankah kau punya kekuatan?"

"Kekuatan yang seperti apa?"

"Seperti Jaemin, ilmu sihir."

Dia tertawa renyah, "Tidak semua bisa melakukannya, Nona. Hanya dia yang bisa."

Julia mengangguk-angguk, "Kalau begitu siapa namamu?"

"Park Jisung."

"Kau sangat manis."

"Setuju, Chenle juga bilang aku semanis permen karetnya."

"Aku belum pernah mencoba permen karet Chenle."

"Dia memang pelit."

"Jadi Jisung, apa kemampuanmu?" Tanya Julia yang kini sudah menduduki satu kursi di depan Jisung.

"Aku bisa menghipnotis," Jawab Jisung bangga.

"Woah, aku juga ingin mempunyai kekuatan. Tampaknya menyenangkan."

"Menyenangkan? Tidak juga, Nona. Terkadang kami sendiri sulit untuk mengontrol kekuatan kami dan berujung melukai diri," Jisung berujar sendu.

"Maaf jika aku membuatmu sedih, Jisung. Tapi tadi, melukai diri katamu?"

"Iya. Misalnya saat kami sedang marah, otomatis kekuatan kami terkumpul dan kami sulit mengontrolnya. Harus memerlukan konsentrasi yang tinggi dan harus tetap tenang. Tapi kalau untuk kekuatan ringan sepertiku sih, tidak perlu begitu."

"Sejujurnya aku merasa berada di Dunia fantasi."

"Wajar begitu, Nona. Kami memang tidak nyata."

"Tidak nyata? Apa aku berhalusinasi?"

Jisung tertawa lagi, "Kami tidak nyata, tapi kau juga tidak berhalusinasi. Semua berjalan dengan normal, Nona."

"Ah sudahlah, aku tidak ingin membahasnya karena terlanjur pusing."

Jisung mengangguk-angguk paham.

"Aku rindu orangtuaku..." Kata Julia tiba-tiba, suaranya lirih, tersimpan kesedihan serta kerinduan yang dalam.

Jisung berhenti mengunyah sejenak, namun kemudian dilanjutkan lagi, "Kau lapar? Aku akan membuatkan roti bakar untukmu. Tunggulah."

Julia tersenyum tipis sembari menatap kepergian Jisung. Ia menatap sekeliling, mendadak rasa penasaran muncul dalam benaknya.

Tanpa bisa dicegah, kedua kaki Julia berjalan mengelilingi markas. Ia membuka satu persatu pintu kayu bulat dan melirik isi ruangan. Sejauh ini dia tidak menemukan sesuatu yang janggal.

Kala Julia akan mendorong pintu terakhir, suara dari arah dapur langsung membuatnya berbalik arah, "Nona? Rotimu sudah siap!"

"Baiklah. Aku akan kesana segera!" Julia sedikit berteriak.

***

"Kudengar kau membawa gadis Bumi kemari, Jae?" Tanya Pemimpin Lee ditengah rapat hari ini.

Na Jaemin mengangguk, "Dia makhluk Bumi tapi kutemukan di Jalan perantara, aku membawanya saat dia sedang sekarat."

"Bagaimana kau bisa sampai ke Bumi? Apa kau mengincar sesuatu?"

"Tepat sekali. Aku mencurigai satu truk milik musuh dan mengintainya menggunakan jet pribadi dari atas. Lalu aku melihat truk itu menabrak mobil hingga terpental sangat jauh."

"Apa gadis Bumi itu kau dapati dari mobil yang ditabrak?"

"Benar, Pemimpi Lee."

"Jae, seharusnya kau mengajakku jika akan ke Bumi. Aku merindukan Youngho dengan sangat." Ujar orang yang duduk disamping Pemimpin Lee, Johnny Suh.

"Aku bahkan tidak berpamitan pada orang-orangku, John."

"Wohoo, lihatlah dirimu yang arogan ini." Yuta bertepuk tangan begitu mendengar jawaban Jaemin yang singkat dan jelas.

Lee Taeyong menghela nafas panjang, "Siapa nama gadis Bumi itu, Jae?"

"Namanya Choi Julia, dia gadis polos tapi berlagak kejam."

"Kejam katamu? Aku bahkan hanya menangkap kepolosan dari manik matanya." Sela Jeno.

"Dia bilang ingin membunuhku suatu saat, Jen, tapi raut wajahnya saat mengatakan itu terlalu menggemaskan. Aku gagal gentar," Jaemin tertawa.

"Kau gentar dengan seorang gadis?" Ketua Lee tak percaya pada anggotanya.

"Mark, aku hanya melebih-lebihkan."

"Bisa berhenti beromong kosong? Kita sedang rapat," Lee Taeyong berucap mutlak, menciptakan keheningan diruangan yang sedang mereka tempati.

"Jadi, kita apakan si gadis Bumi?"

"Namanya Julia," Pemuda yang tengah mengunyah permen karet disamping Winwin bersuara saat semua orang sedang serius mencari ide.

Kini semua pasang mata kompak menuju padanya, membuat Chenle berdehem agak keras lantaran gugup, "Aku hanya mengoreksi, jangan menatapku begitu."

"Mengapa kalian tidak sekalian meninggalkannya di markas dengan Jisung?" Doyoung menggelengkan kepala.

"Aku punya ide!" Seru Lucas setengah teriak, membuat semua atensi langsung teralih.

"Bukankah darah Julia bagus untuk membuat ramuan anti alien?" Lucas menaikkan kedua alis tinggi-tinggi, meminta persetujuan.

NEXT?

PLAYGROUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang