VOTE DAN KOMEN SELAGI MEMBACA~
Ctash!
Satu anak panah yang sengaja dibidik dari bawah sana berhasil mengenai lengan Jaemin sehingga dia limbung dan berakhir jatuh karena tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Beruntung dia masih sadar ada Julia yang merengkuhnya erat, maka Jaemin sebisa mungkin melindungi gadis itu agar tidak menghantam permukaan tanah.
"Aaaa!!!"
Bruk!
"Akh!" Jaemin meringis menahan perih seraya memegangi lengannya yang tersayat anak panah.
Sialan, badan Jaemin terasa diremukkan dengan sekali hentak.
Sedangkan si gadis Bumi baru berani membuka kedua mata setelah tak merasakan sakit sedikitpun di area tubuhnya.
Sedetik kemudian matanya lantas membelalak lantaran sadar bahwa Jaemin sempat menukar posisi mereka sehingga pemuda itulah yang menghantam permukaan tanah.
"J-jae kau tidak apa-apa?" Julia memegang telapak tangan Jaemin yang masih menutupi bagian lengan.
Jaemin menggeleng pelan, berusaha bangkit dengan bantuan Julia.
"Aku tidak apa-apa. Kau sendiri bagaimana?"
Air mata Julia nyaris keluar mendengar kalimat Jaemin. Mengapa Jaemin sangat baik hati? Dia bahkan tidak memperdulikan kondisi tubuhnya sendiri dan malah memikirkan kondisi Julia.
Julia menggeleng, "Maafkan aku..."
"Hei, itu bukan kesalahanmu. Lagian aku sudah berjanji untuk melindungimu kan?" Jaemin tersenyum tulus. Baginya, terluka seperti ini sudah biasa. Bahkan dia pernah terluka lebih parah akibat tertembak alien. Untung tidak sampai mengenai jantung buatan.
Julia terdiam begitu melihat cairan kental merembes keluar dari bagian yang Jaemin tutupi. Cairannya bewarna hitam kelam. Julia sendiri tidak yakin apakah itu bisa disebut cairan biasa atau darah.
Lain dengan Julia yang terpaku pada lukanya, Jaemin malah mengedarkan pandang dengan mata menajam. Bola matanya berusaha mendeteksi letak makhluk lain tapi hasilnya buram. Ia yakin sekali jika alien ada disekitar mereka sekarang.
Mendengar sesuatu yang berisik dari arah semak-semak, Jaemin bersiaga. Dia menarik Julia untuk berada dibelakang tubuhnya supaya aman.
"Julia, kau dengar suara itu? Tarik nafasmu dalam-dalam, lalu hembuskan perlahan. Jangan berteriak, karena sebentar lagi kau akan menonton sebuah pertunjukan," Kata Jaemin setengah berbisik menggunakan suara nada rendah.
Seketika Julia bergidik ngeri mendengar suara Jaemin.
"Pertunjukan yang seperti apa?" Tanya Julia penasaran.
Jaemin melirik sebentar, menyunggingkan senyum penuh makna. "Seperti ini."
Secara tiba-tiba Jaemin membuka kedua telapak tangannya, lalu kepulan asap hitam keluar dari sana dan menyerbu kesatu arah yang dia curigai.
Wuss!
Lantas keluarlah 9 alien dari balik semak-semak, mereka semua terbatuk-batuk. Ada pula yang tumbang, berhasil keracunan. Salah dua dari mereka membawa panah, sedangkan yang lainnya membawa pisau daging.
Julia langsung merapatkan kedua kakinya, tubuhnya gemetar melihat secara langsung betapa mengerikannya alien-alien tersebut.
Padahal Julia sudah pernah melihat alien sebelumnya, namun tak se-mengerikan yang dihadapannya sekarang ini.
"Grrhh!"
Para alien menggeram kesal, sedangkan Jaemin tetap tenang di posisinya.
Menyadari salah satu alien menarik busur panah, Jaemin segera menggagalkan aksinya. Ia kembali membuka telapak tangan lebar-lebar, kali ini busur panah serta anak panah-lah yang datang menghampirinya, namun ketika telah berada di tengah-tengah, senjata itu hancur lebur menjadi debu.