07

286 60 29
                                    

VOTE KOMEN SELAGI MEMBACA~


Tok tok!

Jaemin membuka pintu kamar Julia setelah mengetuk pintu. Ia menggelengkan kepalanya karena menyadari Julia masih terlelap padahal hari sudah hampir siang.

"Hei, bangunlah! Hari sudah beranjak siang." Jaemin menyingkap selimut tebal yang membungkus tubuh gadis di hadapannya.

Julia menguap sedikit, "Aku masih mengantuk."

"Kau pemalas!"

"Cerewet!" Desis Julia, kembali memeluk gulingnya dengan tenang.

"Kau harus sarapan terlebih dahulu, setelah itu terserahmu mau melanjutkan tidur atau--"

Sregh

Dengan sekali tarikan, tubuh Na Jaemin sudah terjatuh ke kasur Julia. Ia kini berbaring disamping gadis cantik itu.

"Diam dan rasakan betapa empuknya kasurku ini, Na. Aku merasa nyaman."

Dahi Jaemin mengerut dalam, "Nyaman?"

"Hm."

"Begitukah?"

"Hm."

"Maka lanjutkan saja tidurmu. Aku akan kebawah membawakan sarapan." Ucap Jaemin sebelum turun ke lantai bawah.

Julia tidak menghiraukan ucapan Jaemin, matanya sangat berat untuk terbuka. Hingga tak berapa lama kemudian, Jaemin datang lagi membawakan nampan berisi makanan dan minuman.

"Aku membuatkanmu roti isi dan susu coklat. Makan sekarang. Aku sudah memberimu waktu sepuluh menit untuk melanjutkan tidurmu yang nyaman itu."

Julia perlahan membuka kedua matanya lantaran tak tahan menghirup aroma roti isi yang begitu menggugah selera.

"Terima kasih, kau sangat baik."

"Cuci dulu wajahmu, kau terlihat mengerikan."

"Ya." Ujar Julia, melangkahkan kaki menuju kamar mandi guna mencuci wajahnya.

Usai dari kamar mandi, Julia duduk di pinggir kasur dan melahap sarapannya. Na Jaemin sudah beranjak dari kamar Julia, entah kapan dia pergi.

"Enak sekali. Darimana dia belajar?" Julia tampak berfikir sebentar sebelum tersadar sesuatu, "Ah, iya. Dia punya kekuatan."

Setelah selesai dengan sarapan, Julia bersegera membawa kembali nampan berisi piring dan gelas kosong karena isinya sudah dia habiskan.

"Selamat pagi, Chenle." Sapa Julia, melihat pemuda berbaju hitam sedang asik bermain komputer.

Chenle menoleh sesaat, "Selamat siang juga, Julia."

"Aku lebih suka dipanggil Julia daripada Nona. Aku jadi seperti Boss mu kalau kau panggil Nona." Kata Julia, meletakkan nampan tersebut keatas meja dan menghampiri Chenle.

Chenle terkekeh geli, "Aku belum pernah memanggil seorang gadis sebelumnya, jadi tidak tahu mana panggilan yang kau sukai."

"Kau sedang bermain game apa?"

"Tidak tahu namanya. Tapi aku menggemari game-game dari komputer milik Jeno."

"Sepertinya seru."

Chenle bergeser, memberi sedikit tempat agar Julia duduki, "Ingin bermain denganku?"

"Aku tidak pandai bermain game," Ujar Julia seraya mendudukkan diri disebelah Chenle.

"Aku bisa mengajarimu, Julia. Sebentar, ya. Kuselesaikan misiku terlebih dahulu."

"Hahaha baiklah, aku menunggu."

PLAYGROUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang