VOTE DAN KOMEN SELAGI MEMBACA~
KALAU UDAH BANYAK, AKU UPDATE LAGI😚
Terhitung sudah 4 hari sejak Julia mengurung dirinya di dalam kamar. Ia tidak berniat keluar kecuali untuk sekedar mengambil nampan makanannya yang Jaemin letakkan di depan pintu.
Tok tok
"Julia, sudah bangun? Habiskan sarapanmu sebelum dingin, aku akan kembali ke bawah," Begitulah yang Jaemin katakan karena tahu kalau Julia belum mau bertemu.
Jaemin tersenyum tipis saat gadis itu tidak kunjung menyahut. Memang sekarang apalagi yang bisa dia harap?
Setelah diam lama, akhirnya Jaemin melangkah pergi. Ia tidak ingin Julia merasa tidak nyaman akibat ulahnya.
"Bagaimana?" Tanya Jisung tat kala melihat Jaemin menuruni anak tangga terakhir.
Jaemin menggeleng lemah, "Masih tidak mau bertemu."
"Begitukah? Biar aku yang bicara dengannya."
Jaemin langsung menahan lengan Jisung yang hendak pergi, "Jangan. Biarkan saja dulu."
Jisung mengacak rambut frustasi, "TAPI SAMPAI KAPAN?! DIA MENYUSAHKAN KITA SEMUA."
"JAGA BICARAMU, BAJINGAN!"
Suasana tiba-tiba berubah tegang. Keduanya saling meninggikan volume suara, hingga tanpa sadar terdengar jelas sampai ke kamar Julia.
Julia yang baru saja membuka daun pintu pun termenung, ia beralih melirik nampan makanan yang ada tepat di hadapannya lalu mengambil nampan tersebut, kemudian ia kembali mengunci pintu.
Brak!
Suara keras dari lantai atas menyita atensi Jaemin dan Jisung sesaat.
Jaemin mengeraskan rahang, menekankan setiap kata yang dia ucap. "Kau tidak pernah tahu kesulitan apa yang Julia hadapi saat ini. Tidak akan pernah. Jadi jangan lagi kudengar omong kosong keluar dari mulut sampahmu itu," Usai puas, Jaemin segera melepaskan tangannya dari Jisung dan memasuki kamar pribadinya.
Jisung mengepalkan tangan, "Maafkan aku, Julia..."
***
Tok tok
"Julia, makan siangmu sudah siap. Kuletakkan lagi di depan pintu, ya. Jangan khawatir, aku akan segera ke bawah-"
Ceklek
Jaemin terpaku.
Dia benar-benar bingung harus bagaimana saat Julia tiba-tiba membuka pintu kamarnya bahkan sebelum dia beranjak dari sana.
"A-aku belum pergi padahal, kalau begitu aku-"
Julia menghela nafas pendek, "Jae-"
"Ya?"
Julia diam.
Jaemin juga diam.
"Masuklah, aku ingin mengobrol. Sudah lama sekali."
Jaemin terdiam membatu, berusaha mencerna apa yang tengah terjadi. Sampai akhirnya, ia mengangguk, lalu masuk ke kamar Julia sebelum gadis itu menutup pintu rapat-rapat.
"Bagaimana kabarmu?" Tanya Jaemin saat keduanya sudah duduk berdekatan di sofa.
"Aku? Tidak tahu. Pikiranku penuh sampai kurasa mau pecah."
"Berarti kau tidak baik."
"Benar."
Kemudian hening.