06

354 65 21
                                    


VOTE KOMEN SELAGI MEMBACA~

"Ada sesuatu yang kulewatkan antara kau dengan Julia?" Renjun menginterogasi Jaemin di pagi hari ini.

"Tidak ada. Semua berjalan sebagaimana mestinya, Jun."

"Haruskah kupercaya?"

"Memang mengapa? Apa yang salah antara aku dengan Julia?"

"Kalian terlihat lebih akrab sejak berjalan-jalan waktu lalu."

"Itu karena dia banyak mau."

"Dia menjebakmu, Jae?"

Jaemin mengangguk singkat, "Dengan beberapa pertanyaan."

"Kalau begitu aku tidak khawatir karena tahu kau pandai menjawab."

"Aku senang mendengarnya."

"Jaemin, apa Julia bertanya tentang orangtuanya?"

"Dia menanyakannya sekali. Aku hanya menjawab seadanya saja. Dia malah bertanya tentang Bumi sebanyak lebih dari tiga kali," Jelas si pemuda Na.

"Apa itu?"

"Dia menanyakan apakah aku bisa ke Bumi lagi dan membawanya pulang tanpa menunggu perang besar atau tidak."

Bola mata Renjun membola sempurna, "Aku tak menduga ini. Darimana dia tahu perihal perang besar?"

"Aku memberitahunya, lagian cepat atau lambat dia akan tahu. Disini, dia yang menjadi tokoh utama..."

"Ya, aku paham."

"Dia tidak takut?"

"Anehnya tidak, dia bahkan berapi-api saat kuceritakan tentang perang besar."

"Wow, apa dia berlagak menjadi pahlawan?"

"Tidak, tapi dia akan."

"Lupakan saja," Ujar Renjun sesaat, "Lalu apa jawabanmu saat ditanyai seperti itu oleh Julia?"

"Aku tak mengatakan yang sebenarnya. Aku hanya bilang bahwa kita tidak lagi bisa ke Bumi sebelum perang besar."

"Jaemin, jika dia tahu kita memanfaatkannya, kira-kira bagaimana reaksi Julia?"

"Yang pasti dia marah dan mencabik-cabik wajah tampanku."

"Kurasa pemimpin Lee mencampurkan sesuatu saat membuatmu, hingga kepercayaan dirimu sangat tinggi."

"Percaya diri itu penting."

"Ya, ya. Terserahmu saja."

"Tapi serius, jika aku menjadi Julia, aku pasti akan sangat terluka. Dia bahkan bisa kembali ke Bumi sekarang juga, namun kita menahannya karena perang besar suatu saat akan terjadi dan kita membutuhkan Julia."

"Tapi tampaknya dia mulai nyaman berada disini."

"Dia banyak berbincang santai dengan Jisung, mungkin Jisung mengatakan sesuatu yang membuatnya begitu," Jelas Renjun, tadi Jisung menceritakan perbincangannya dengan Julia.

"Mereka sama-sama polos, aku yakin jika Julia sudah menganggap Jisung seperti keluarganya sendiri."

"Kita tidak boleh melukai Julia, bagaimana pun juga Julia tidak bersalah dan kita membutuhkannya."

"Itu sudah pasti, tuan Huang. Aku bahkan berjanji untuk menjaganya."

Renjun tersenyum seraya mengangguk-angguk paham, "Aku semakin yakin kalau kau tertarik pada Julia."

"Keyakinanmu salah besar, sikapku murni sebagai bentuk tanggung jawab."

"Bagus."

***

"Pemimpin!" Seru sebuah suara dari belakang punggung tegap Lee Taeyong.

Taeyong sontak membalik badan 180°, "Ada apa, Xiaojun?"

"Bisa kita bicara sebentar? Ada hal yang harus kutanya padamu."

"Tampaknya sangat penting. Mari ke ruang pribadiku."

Mereka berdua berjalan menuju ruang pribadi milik Taeyong yang hanya bisa diakses oleh pemiliknya saja. Ketika sudah sampai, manusia tiruan bernama Xiaojun itu tidak berhenti takjub. Baru kali ini dia masuk ke ruang pribadi milik Taeyong yang ternyata isinya sangat mewah dan banyak barang canggih.

Xiaojun hampir lupa jika separuh isi Dunia yang dia tempati adalah buatan Taeyong.

Lee Taeyong adalah manusia Bumi, dia seorang ilmuan. Suatu hari, Taeyong mengatakan akan membuat manusia tiruan. Hal itu membuat beberapa rekannya tertawa meremehkan. Berbagai sumber media pun mengatainya gila.

Taeyong berusaha pantang menyerah, ia membangun ruang percobaan dan mulai merancang manusia tiruan. Manusia pertama ia namai Moon Taeil, namun kala itu Taeil gagal karena jantung buatannya mengalami kerusakan.

Taeyong membuat Moon Taeil untuk yang kedua kali, namun gagal lagi. Dan akhirnya berhasil ketika semua sistem di tubuh Taeil kuat dan Taeil bertahan hidup karena U.L.

Lee Taeyong dengan bangganya menyebar informasi kalau Taeil berhasil ia ciptakan. Tetapi reaksi khalayak malah diluar ekspektasi, mereka semakin mencaci Taeyong lantaran Taeyong tampak ingin menyamai Tuhan.

Taeyong yang saat itu hampir kehilangan akal akhirnya memutuskan untuk pergi sejauh mungkin. Ia pingsan ditengah jalan. Dan begitu terbangun, dirinya sudah berada di daerah yang hanya berisi tanah luas.

Tidak ada tanda-tanda kehidupan disana.

"Selamat datang di Dunia baru, pemimpin Lee yang terhormat." Begitulah kalimat pertama yang Taeil ucap.

Senyum Taeyong merekah sempurna. Ia merasa semangatnya kembali berkobar. Sejak saat itulah, Taeyong menciptakan manusia tiruan lain. Namun naas, satu diantara banyaknya manusia tiruan yang dia buat membelot dan berusaha mengambil alih U.L.

Kim sangat serakah. Dia mempunyai nafsu tinggi untuk menguasai Dunia mereka sendiri dan mengambil alih posisi pemimpin Lee.

"Jadi apa yang ingin kau tanyakan?" Tanya Taeyong saat keduanya sudah duduk berhadapan.

"Aku khawatir perihal masadepan Dunia ini. Kekuatan Jaehyun tidak sanggup mendeteksi kehidupan kita sampai perang besar telah usai. Apa itu berarti, kita semua lenyap tanpa terkecuali?"

Pemimpin Lee menyeruput kopi hitam di gelas batu, "Kurasa ada kerusakan sistemnya, aku akan memeriksa Jaehyun nanti."

Xiaojun menghela nafas panjang, seperti sesuatu yang besar keluar dari tubuhnya, "Aku sangat lega sekarang."

Taeyong tersenyum, mengangguk sekali, "Baguslah."

"Dan perihal Julia," Kata Xiaojun menggantung, ia tampak ragu, "Kita tidak mungkin menyembunyikan semua dari Julia sedangkan disatu sisi Julia harus ikut dalam perang besar. Dia harus mengerti keadaan agar dia bisa melakukan tugasnya dengan baik."

"Kita tidak menyembunyikan semua dari Julia, tuan Xiao. Kita hanya menyembunyikan perihal fakta bahwa dia bisa pulang ke Bumi kapanpun, dan perihal darahnya yang menjadi kelemahan para alien."

"Bukankah kau juga seorang manusia? Mengapa kita tidak menggunakan darahmu saja dan memulangkan Julia ketempat asalnya?"

"Hanya darah gadis Bumi yang ampuh. Julia sudah menjadi takdir bagi Dunia kita. Kau tidak dengar apa yang Jaemin katakan? Jaemin mendapati Julia di Jalan perantara."

"Bukankah sebaiknya kita mengadakan rapat lagi dengan Julia? Bagaimanapun juga dia harus mengerti perannya."

"Aku juga berpikir seperti itu. Tapi sebelumnya, kita harus membuat Julia merasa nyaman agar dia tidak mengamuk saat mengetahui fakta."

"Dia sudah pasti akan mengamuk."

"Apa aku dulu kelebihan memberimu U.L? Kau terlihat lebih pintar dariku sekarang."

Xiaojun tertawa pelan, "Terimakasih pujiannya, pemimpin Lee. Aku tersanjung."

"Jangan besar kepala, aku yang menciptakanmu, tuan Xiao."

NEXT?

PLAYGROUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang