Jangan lupa vote dan banyakin komen gaiseu biar ramee>.<
VOTE KOMEN SEBELUM MEMBACA~
Ini sudah tengah malam namun Julia tiba-tiba merasa kehausan. Mau tak mau, dia berjalan menuju dapur untuk mengambil air.
Suara bising dari arah dapur membuat Julia waspada. Ia memicingkan mata dibalik dinding kayu, menyaksikan seorang pemuda yang sedang bergelut dengan bahan-bahan makanan mentah.
"Kau tidak lelah terus memperhatikanku seperti itu?"
Tubuh Julia tersentak kaget, detik itu juga dia datang menghampiri Mark dengan canggung.
"Mengapa kau tahu ada aku?" Tanya Julia berusaha bersikap normal.
Mark melirik sesaat, "Aku merasakan getaranmu."
Julia tidak menjawab lagi, kedua bola matanya mengekori pergerakan tangan Mark yang asik mencampuri bahan.
"Sebenarnya kau sedang apa?"
"Aku kelaparan. Ingin membuat kreasi makanan."
"Kenapa tidak panggil Jaemin saja? Dia bisa menyulap semua bahanmu menjadi makanan dalam sekejap."
"Kemampuan Jaemin terbatas, kekuatannya tidak dipergunakan untuk hal-hal konyol seperti yang kau sebut," Jelas Mark.
"Benarkah? Dia memang pandai memasak?" Julia antusias.
Mark mengangguk singkat, "Ya. Kau pernah dibuatkan apa oleh Jaemin?"
"Hanya roti isi, tapi sangat lezat."
"Kau tidak bisa membuat roti isi?"
"Tidak se-lezat yang Jaemin buat."
Mark mengangguk lagi, "Kudengar di Bumi semua gadis diwajibkan untuk mengurusi urusan dapur?"
"Itu karena kami akan menjadi seorang Ibu."
"Apa para gadis tidak berkarir?"
"Wow, tahu apa kau perihal karir?" Julia terbahak, namun Mark langsung menatapnya tajam membuat ia melanjutkan bicaranya, "Beberapa diantaranya memilih untuk bekerja, tapi harus pandai pula mengurusi urusan dapur."
"Kalau begitu kau tidak punya alasan menolakku."
"Apa maksudmu?"
"Bantulah aku menggoreng telur ayam sialan ini. Aku sangat ingin memakannya."
Julia meledakkan tawa, "Badan saja yang besar, tapi menggoreng telur tidak bisa."
Mark menatapnya datar, "Apa itu lucu? Kau bisa saja ku potong menggunakan pisau ini," Dia menunjukkan pisau dapur yang sangat tajam, seperti baru di asah.
Julia bergidik ngeri, "Menjauhlah dari situ, aku akan membuatkanmu nasi goreng."
"Aku pernah memakannya di Bumi, begitu lezat."
"Sebenarnya aku masih tidak bisa membedakan kalian dengan manusia biasa."
"Mengapa begitu?" Mark berdehem.
"Karena kalian memiliki sifat alami manusia."
"Itu karena kami senjata tipuan."
Julia membalikkan badan menghadap Mark, "Apa maksudmu senjata tipuan?"
"Awalnya kami hanya sebagai seni, tapi lama kelamaan tujuan pemimpin Lee berubah. Kami selalu membantai para alien dan memusnahkan siapa saja yang ingin membelot, kami melindungi pemimpin Lee dengan mempertaruhkan nyawa --sebentar, nyawa?" Mark bingung sendiri dengan kata yang dia ucap, "Ah, tidak. Kami tidak bernyawa, hidup kami bergantung pada U.L."