16

239 38 26
                                    

VOTE DAN KOMEN SELAGI MEMBACA~

Aku mau update kalau vote komennya banyak yaa

"Julia?" Jeno mengetuk pintu kamar Julia berulang kali.

"Ya?" Sahut si empu dari dalam kamar.

"Apa kau masih lama? Semua orang sudah siap."

Tak berselang lama kemudian, pintu kamar terbuka menampilkan sosok Choi Julia dengan pakaian cantiknya.

Jeno ternganga lebar, "Kau fikir kita akan mengunjungi pesta akhir Tahun?"

Julia mengerutkan dahi, lalu meneliti penampilannya sendiri. "Apa yang salah? Astaga, kau tampaknya belum pernah melihat gadis-gadis lain."

Tentu dia heran, Jeno memandanginya dengan tatapan aneh. Padahal tidak ada yang salah hari ini. Ia hanya menggunakan dress bewarna orange dengan hiasan bunga-bunga disekitar pinggang. Bagaimana lagi? Hanya dress ini yang paling waras diantara pakaian lain yang Jaemin berikan waktu lalu.

"Jaemin yang memberiku ini," Kata Julia memberitahu.

Jeno merubah ekspresi wajah, ia tersenyum tipis, "Kalau begitu ayo pergi. Yang lain sudah menunggumu dibawah."

Julia mengangguk setuju seraya tersenyum tipis, namun seketika ia terkejut karena Jeno menarik pergelangan tangannya tanpa aba-aba, membawa gadis itu menuju lantai dasar.

"Hei, kemarilah..." Jaemin langsung menyeret gadis itu hingga Julia sekarang berada di belakangnya.

Jeno mendengus melihat adegan tersebut, "Posesif sekali kau ini."

"Carilah gadismu sendiri, Jen. Julia hanya milikku dan aku tidak mau membaginya!" Jaemin berkata sinis.

Milikku?

Astaga, mengapa rasanya ada kupu-kupu yang beterbangan di perut Julia ketika mendengar perkataan yang keluar dari mulut pemuda gagah didepannya ini?

Renjun menggelengkan kepala tak habis pikir, "Kurasa kau harus lebih memperhatikan sikap apalagi nanti didepan pemimpin Lee. Sikapmu memalukan sekali, Jae."

"Biarlah. Jaemin sedang jatuh cinta. Tidak pernah dia begini. Aku malah menikmati drama mereka," Haechan tertawa.

"Sudahi omong-kosong kalian, itu sangat membuang-buang waktuku yang berharga. Lebih baik kita berangkat sekarang!" Ketua Lee memberi intruksi agar bergerak secepatnya, ia takut jika anggota dari team lain telah sampai lebih dulu dan menunggu mereka.

Kemudian, semua dari mereka mulai beranjak.

Renjun mengangkat sedikit tubuhnya, lalu muncul-lah sayap besar bewarna putih dari punggungnya yang membantu dia terbang tinggi.

Jeno membuat ancang-ancang dan berlari secepat kilat, hanya membutuhkan waktu 1 detik saja dia sudah menghilang dari pandangan Julia. Huh, bukankah kekuatan Jeno tampak melelahkan?

Mark dan Haechan masing-masing pergi dengan kuda tembus pandang yang tiba-tiba muncul setelah keduanya memencet gelang hitam di pergelangan tangan. Sedangkan Jisung ikut menaiki kuda yang Haechan tunggangi.

Dulu, Julia kira itu hanya gelang kembar biasa seperti yang makhluk Bumi kenakan. Namun ternyata bukan sembarang gelang. Pantas saja gelangnya tidak pernah terlepas dari sana.

Chenle mengunyah permen karetnya, lalu dia hembuskan hingga membentuk balon dengan ukuran yang besar. Sangat besar sampai-sampai dia sendiri masuk kedalam balon itu dan terbawa terbang di udara. Keajaiban tersebut tentu saja membuat Julia ternganga. Apalagi saat Chenle masuk, balon itu tidak meledak.

Padahal biasanya Chenle menumpangi kuda Mark, tapi dia ingin sekali menunjukkan kemampuannya didepan si gadis Bumi.

Ketika Julia hendak menyentuh balonnya, Chenle segera berteriak kencang, "Tolong jangan kau sentuh. Permen karetku mengandung racun!"

Jaemin gesit menarik kedua tangan Julia, kemudian dia mengunci pergerakan gadis itu. "Jangan sembarangan dengan apa yang mereka punya. Terkadang kemampuan mereka ada yang membahayakanmu. Semakin kau mengerti tentang kami, maka kau juga akan semakin dalam bahaya. Maka dari itu, jangan jauh-jauh dariku."

Julia mengangguk patuh, "Baiklah, maafkan aku. Aku tidak akan bertingkah macam-macam lagi."

Terakhir, hanya ada mereka berdua saja yang belum pergi.

"Kau sengaja pergi paling terakhir untuk mencuri kesempatan denganku, ya?" Tuduh Julia polos. Ia memajukan wajahnya dan matanya memicing tajam.

Jaemin tersenyum, ikut memajukan wajah sampai dahi mereka bersentuhan lalu mendorongnya pelan sehingga Julia mundur ke belakang. "Tidak. Aku sengaja agar kau bisa menyaksikan kepergian mereka semua. Bukankah kau bilang kalau kau penasaran?"

Kini, kulit wajah Julia berhasil memerah seperti kepiting rebus. Tubuh mungilnya bahkan mendadak lemas kala Jaemin merengkuhnya sebelum dibawa terbang untuk menyusul yang lain.

"Aku beruntung bertemu dengan sosok sepertimu." Kata Julia dalam hati dan Jaemin bisa merasakannya.

Jaemin menyunggingkan bibir, "Aku juga."

NEXT?

PLAYGROUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang