VOTE DAN KOMEN SELAGI MEMBACA~
"Jae! Kau darimana saja? Asal kau tahu, aku sudah menunggumu terlalu lama," Kedatangan Jaemin di markas bukannya mendapat sambutan malah langsung dihadiahi amukan dari Julia. Gadis itu melipat lengannya di dada, bibir mungilnya maju beberapa senti dengan alis tebal yang menajam berdekatan.
Lucu.
Satu kata itu langsung muncul di pikiran Jaemin. Julia sangat lucu dan menggemaskan. Apapun yang ia lakukan sangat menarik bagi Jaemin.
Dia diam, lucu.
Dia tertawa, pun lucu.
Dia tersenyum, juga lucu.
Dia kesal, lebih lucu.
Dia mengantuk, sangat lucu.
Dia mengomel, benar-benar lucu.
Dia menangis, ah jangan sampai.Jaemin cepat-cepat menyadarkan dirinya sendiri sebelum larut dalam pesona Julia.
Rasanya si pemuda Na itu ingin menertawai dan meledek dirinya sendiri habis-habisan. Bagaimana bisa, seorang Na Jaemin yang dulunya selalu berwibawa dan disegani sebagai mata-mata terdepan pemimpin Lee berubah 180° kalau berdekatan dengan Choi Julia?
Julia ternyata membawa pengaruh yang fatal.
"Hei! Aku berbicara denganmu. Bukan dengan angin disekitaranmu! Mengapa kau terus diam seperti orang bodoh? Apa kau tidak menganggapku ada? Astaga, padahal baru kemarin kau menyatakan perasaan dan aku malah mempercayainya. Sekarang aku jadi curiga jika kau hanya ingin bermain-main saja. Cih, dasar tidak punya hati nurani!"
"Ya, ya. Jangan cerewet begitu, dong. Aku kan baru pulang, seharusnya kau tidak boleh mengomeliku begini," Kata Jaemin seraya berjalan menuju dapur untuk mengisi perutnya yang sudah lapar.
Julia menurunkan kedua lengan, ia memandangi pemuda yang sedang mengunyah sebuah roti coklat dari arah pandangnya.
Gadis Choi menghela nafas pendek, sadar bahwa dia sudah keterlaluan. "Maaf. Aku hanya kesal sedikit tadi."
Jaemin melirik, berdecih pelan. "Kesal sedikit, katamu? Bahkan kau mengomeliku dan berani membentakku. Oh, kau juga meremehkan perasaanku padamu."
Lagi, Julia menghela nafas pelan, akhirnya ia berjalan mendekat dan duduk di hadapan Jaemin.
"Sebenarnya ada yang ingin aku katakan."
Jaemin terbatuk, entah mengapa hawa-hawa Julia terasa menegangkan. Semoga saja ia tidak berkata yang aneh-aneh.
"Oh, ya? Apa itu?" Tanya Jaemin, berusaha bersikap normal.
"Tadi sebelum pergi, Mark menghampiriku," Kata Julia menggantung, membuat pemuda jangkung di depannya menaikkan kedua alis tinggi-tinggi karena penasaran.
"Jadi begini, Jae..." Julia mulai bercerita.
"Kau sedang apa?" Sebuah suara tidak bernada dari arah belakang mampu mengejutkan Julia. Ia sedikit tersentak, kemudian langsung membalikkan badan agar dapat melihat sang lawan bicara.
"Aku sedang menunggu Jaemin pulang, kau sendiri?" Julia balik bertanya karena menyadari pakaian yang ketua Lee gunakan tidak seperti biasanya.
"Ohh, aku akan keluar sebentar."
"Bertugas?"
"Tidak."
"Tapi mengapa pakaianmu terlihat agak aneh?"
Mark menunduk sebentar untuk memperhatikan pakaiannya, "Tidak ada yang aneh. Aku hanya memakai ini untuk berjaga-jaga jika sesuatu terjadi diluar sana."
Julia mengangguk paham.
"Yasudah kalau begitu hati-hati."
Mark mengangguk sekali, "Terimakasih," baru satu langkah, ia kembali berbalik menghadap si gadis yang masih setia berdiri tegak disana. "Oh ya, Julia."
"Ya?"
"Kedepannya mungkin saja kita semua akan mengalami hari yang berat. Tapi aku minta satu hal padamu, bersikaplah dewasa, kau bukan seorang anak kecil yang harus di manja-manja lagi, bukan? Apalagi kau sudah mengerti kalau Dunia yang kau pijak ini bukanlah Dunia normal sebagaimana Bumi-mu. Disini, keselamatan dan masadepan Dunia kami adalah prioritas utama. Jadi kuharap, kau harus bersiap-siap dari sekarang."
"Bersiap-siap untuk apa?" Tanya Julia tidak mengerti kemana arah pembicaraan Mark.
"Untuk sejarah baru."
"Aku bingung apa yang dia maksud, apa kau mengerti?"
Tentu Jaemin sangat mengerti maksud Mark, tapi ia bimbang harus memberitahu Julia sekarang atau nanti saja. Tapi agaknya sekarang bukanlah waktu yang tepat membahas hal-hal berbau sensitif.
Jaemin mengangguk, "Aku mengerti, Julia. Tetapi aku belum bisa memberitahumu sekarang. Besok saja, ya? Pemimpin Lee mengundangmu untuk mengikuti rapat bersama kami di markas besar. Kita akan banyak membahas topik penting. Semua pertanyaan di kepalamu seputar Dunia ini pasti akan terjawab besok. Kau hanya harus menunggu saja. Tapi kumohon percayalah padaku," Jaemin menjeda sejenak.
"Percaya apalagi?"
"Jika kau sudah mengetahui suatu fakta, kumohon, percayalah padaku bahwa kami bukan sekelompok orang jahat yang hanya memanfaatkanmu saja. Ya?"
Walau merasa agak ragu, gadis bernama lengkap Choi Julia itu mengangguk perlahan, "Baiklah."
"Jae?" Panggil Julia singkat.
"Hm?"
"Apa aku akan diberi misi juga?"
"Oleh siapa?"
"Pemimpin Lee. Bukankah kalian pernah mengatakan padaku bahwa rapat diadakan saat pemimpin Lee akan memberi misi tertentu?"
"Iya..."
"Wah! Aku tidak sabar. Tapi nanti kalau misalnya aku mati, kuharap kau tidak melupakanku dengan mudah."
Jaemin mengernyit tak suka, "Kau tidak akan mati, Julia. Tolong jangan mengatakan hal-hal yang membuat hatiku sakit."
Julia menoleh, ia menyelami manik mata pemuda di hadapannya dalam-dalam. Entah kenapa ia merasa nyaman memandangi sepasang mata itu.
"Maaf, aku hanya bercanda."
Jaemin tersenyum manis, ia menepuk puncak kepala Julia dengan lembut. "Kau gadis baik..."
... Bagaimana bisa kami berbuat sekejam ini...
NEXT?
Kalian ada yang mau nanya-nanya ngga? Tanya apa aja, ntar aku jawab di kolom komentar♡