Liar, Liar, Pants on Fire

3.7K 275 7
                                    

Sebelum pintu elevator gedung kantor pusat salah satu BUMN di Jakarta menutup, aku menjegalnya menggunakan kaki. Berjejalan dengan orang-orang lainnya, lift membawaku naik. Biasanya sih aku lebih milih menunggu sampai lift agak sepi, tapi pagi ini aku sudah telat tiga menit.

Ya maklum lah, jarak dari kost ke kantor ini kan lebih jauh dari pada jarak kost ke kantorku. Belum lagi supir kantor yang ditugaskan untuk menjemputku, datang terlambat. Aku cuma bisa berdoa bahwa rapatnya belum dimulai.

Waktu aku membuka pintu ruang rapat Akasia cuma ada seorang pria yang berdiri memunggungiku. Dia Mas Rihan, manajer legal di kantor ini. Aku sudah cukup serang bekerja dengannya jadi bisa dibilang kami sudah lebih dari saling kenal. 

"Pagi Mas Rihan," aku menaruh tas dan laptopku di meja paling pinggir lalu bergerak untuk menyalaminya. 

"Pagi Mbak Lunar," pria bergaya necis itu menyapaku ramah seperti biasa, tapi ekspresinya seperti ragu-ragu. 

Apa ada yang salah dari penampilanku? Astaga, jangan bilang aku lupa pakai pensil alis! Sekilas aku melirik layar ponselku untuk mengecek penampilan dan hasilnya cukup oke. Aku menunduk dan memastikan bahwa pakaianku hari ini juga normal dan rapih. Terus kenapa dia seperti melihatku seperti habis melihat setan? "Rapatnya belum selesai kan Mas?" 

Pertanyaan retoris. Ya kali jam segini rapat udah kelar. Mulai jam berapa? Subuh?

"Belum Mbak," Mas Rihan tersenyum sopan lalu mengambil tempat di sebelahku, "Mulai aja belum. Kan diundur jadi jam sepuluh rapatnya, Mbak Lunar."

What? Pantesan ruangan ini kosong melompong! 

Aku cuma bisa tertawa kecil sambil memikirkan sebuah jawaban pintar tanpa mengungkapkan bahwa aku baru saja dikhianati seniorku yang alpa dalam memberitahuku soal penundaan jam rapat. 

Yah ilah, Mbak Echa! Kan gini bisa tidur dulu empat puluh lima menit lagi. 

"Iya Mas Rihan, kebetulan saya aja terlalu bersemangat nih pagi ini. Nah, tapi kok Mas Rihan udah siap juga? Nggak sabar mau bahas kontrak ya?"

Muka pria usia tiga puluhan itu meringis malu-malu, "Nggak kok Mbak, tapi saya udah feeling bakal ada yang nggak tahu soal pemunduran jam, jadi saya standby. Eh ternyata orangnya Mbak Lunar, jadi nggak sia-sia deh saya udah siap dari pagi." 

"Iya dong Mas, saya juga udah siap mau diskusi sama Mas Rihan dan tim, makanya saya sampai pertama," balasku, mengerling jenaka. 

Dulu kata Mbak Echa sebelum ada aku di tim, orang-orang kantorku dan Mas Rihan sebagai ketua tim legal kantornya itu kurang akrab. Bisa dibilang meskipun secara pengalaman aku kurang jauh dibandingkan senior-seniorku di kantor, tapi aku bisa berkontribusi lebih di hal lain. Selain menguasai ilmu hukum seorang lawyer juga harus bisa menjalin hubungan baik dengan klien dan lawyer counterpart. Untuk faktor satu lagi kehandalanku tidak perlu diragukan lagi.

Sepertinya bukan cuma dalam menjalankan profesiku saat ini, skill sosialku yang baik telah menjadi penyelamat hidupku sejak aku ada di muka bumi ini. Waktu SMP aku pernah nyaris tidak naik kelas karena nilai-nilaiku tidak mencukupi standar dan bisa selamat karena wali kelaskutidak, dia bukan seorang pria tua menyeramkanmenyukaiku yang dicapnya sebagai penyegar suasana kelas. Soalnya pada saat itu tabungan Mami belum cukup dalam membelikanku sebuah laptop seperti teman-temanku yang lain. Dan mengingat aku bersekolah di sekolah swasta, bisa dibilang cuma aku yang keadaan ekonominya tidak berlimpah seperti teman-temanku yang lain. Saking sayangnya bahkan Bu Ira sampai membolehkanku menggunakan ruang komputer sekolah untuk mengerjakan tugas.

Di kalangan teman-temanku meski aku satu-satunya anak dari ibu tunggal yang sedang merintis kariernya, aku bisa dibilang cukup populer. Tidak jarang aku juga ikut kecipratan fasilitas mewah salah seorang temanku karena aku selalu berusaha terlihat baik di depan orang tua mereka. Di depan semua guru-guruku dan dosen pun aku selalu bersikap sama. Meski ada satu-dua orang mencibir dan mengataiku tukang cari muka aku tidak pernah ambil pusing.

ResignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang