It's You

1.6K 175 33
                                    

Sebastian Iver Wenas di balik meja bundar berbeda sekali dengan Bang Iver yang aku kenal di luar. Wibawanya sebagai seorang partner meskipun tergolong masih junior memancar dari caranya berbicara dan memperlakukan lawan bicaranya.

Hari ini aku sedang melakukan interview tahap dua. Dimana sekarang aku berhadapan dengan Bang Iver dan Bu Indah Halim selaku salah satu founding partner dari Alatas Halim. Deg-degan sudah tidak usah ditanya lagi. Jika kemarin menemui tim rekruitmen saja sudah membuat jantungku berdegup kencang dan aku tidak bisa tidur semalaman, maka bayangkan saja sekarang. Keputusan mereka berdua akan menjadi faktor penentu apakah aku akan diterima kerja atau tidak. 

Pasalnya aku baru tahu belakangan kalau tahap ini aku tidak cuma berhadapan dengan Bang Iver seorang. Sementara, sebelumnya aku sudah cukup percaya diri jika cuma diwawancarai dia. Kecil kemungkinannya dia tiba-tiba berubah pikiran dan melepehku begitu saja, walaupun di usia sekarang aku belajar bahwa dunia ini adalah tempat penuh ketidakpastian. 

Sedangkan Bu Indah? Aduh. Aku nggak yakin. Melihat track record-nya juga aku 

Pertama, beliau sebagai partner senior sudah pasti mau yang terbaik untuk kantornya. Jadi beliau tidak akan peduli apakah aku cukup menarik secara personal atau apakah keberadaanku membuat kantor semakin hidup. Kesimpulannya, aku cuma bisa pasrah dan melakukan yang terbaik.

"So, Lunar," setelah empat puluh menit mendiskusikan soal pekerjaanku yang sebelumnya, kini saatnya Bu Indah melontarkan pertanyaan pamungkas. Pertanyaan yang jawabannya aku latih sedemikian rupa agar kedengaran sempurna namun tidak dibuat-buat. "Kenapa kamu memutuskan untuk meninggalkan firma yang sebelumnya?"

Tentu bukan pertanyaan yang tidak wajar ditanyakan. "Karena meskipun firma saya yang sebelumnya adalah salah satu boutique law firm terbaik di Indonesia, dan memiliki reputasi yang luar biasa di bidang energi, saya merasa spesifiknya bidang praktik yang dimilki membuat saya kurang dapat mengeksplorasi kemampuan saya," aku menjawab dengan percaya diri. 

"Dan menurutmu AHP lebih baik?" alis kanan Bu Indah yang tipis terangkat. "How so?"

"AHP adalah salah satu firma yang memiliki area of expertise beragam. Not only that, your firm was also the best among the top tier law firm. Meskipun bukan keputusan yang mudah untuk meninggalkan kantor sebelumnya, tentu saja, namun saya yakin saya akan dapat berkembang lebih pesat lagi dari segi karier maupun personal."

Wajah datar Bu Indah yang masih kencang di usianya yang sudah memasuki kepala enam sangat sulit aku baca. Dia melirik sekilas Bang Iver, lalu menumpu satu lutut di atas lutut satunya. "Jawabanmu saya akui cukup baik. Namun saya penasaran, bukankah law firm dengan banyak sekali bidang praktik seperti AHP justru membuat seorang lawyer muda sepertimu kesulitan memiliki spesialisasi? Yang mana kita semua ketahui, untuk menjadi partner diperlukan sebuah keunggulan di bidang tertentu. Bagaimana?"

Aku menyunggingkan senyum sebelum menjawab. "Saya setuju. Namun sebelum saya bisa memilih expertise, alangkah lebih baik bila saya memiliki dulu pengalaman di bidang hukum lain selain energi. Agar saya semakin tahu dimana potensi dan minat saya yang besar terletak, sebelum saya memutuskan."

"Apakah bidang energi tidak membuatmu cukup tertarik setelah hampir empat tahun berkutat dengan PPA dan lain-lainnya?"

"Tentu Bu," jawabku tulus. "Waktu yang saya tempuh untuk bekerja sebagai energy lawyer sama seperti yang saya tempuh untuk mendapatkan gelar sarjana hukum. Tentu tidak bisa dibilang singkat. Dari apa yang saya lakukan dalam jangka waktu tersebut, saya dapat berkata bahwa potensi industri energi di Indonesia tentu sangat besar. Secara komersial, sudah pasti menguntungkan dan tidak akan pernah mati. Secara keilmuan, saya menyukainya karena juga bersinggungan dengan sains dan ilmu lainnya. Tetapi saya merasa sangat kurang ilmu jika hanya menguasai energi melulu sedangkan banyak lawyer hebat di negeri ini yang paling tidak pernah mencicipi berbagai bidang."

ResignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang