New Years Eve

1.5K 172 48
                                    

Aku baru sadar, datang ke acara NLO sebagai karyawan dan eks karyawan itu berbeda. Terlebih ketika Pak Hadi mengirimkan pesan perubahan tempat acara. "Jadinya di rumah Pak Santo yang di Bintaro ya Lun, nanti di WA alamatnya sama Tiara. Dateng kan lu?" 

Ya, aku sempat mempertimbangkan untuk mangkir saja. Alasannya tentu aku trauma menginjakkan kaki di Hysterica. Namun ketika kegundahan itu terjawab lewat WA Pak Hadi, tentu aku menganggapnya sebagai pertanda aku harus datang.

Terlebih karena El juga memaksaku datang. Soalnya kami nggak sempat ketemuan. Gala mengajak El liburan dadakan. Aku juga menghabiskan waktu seminggu itu menyambangi geng kuliahku satu-satu, bahkan ke tempat Elvara si super sibuk, dan mendekam di rumah Irlanie.

Kesibukan itu cukup untuk dijadikan distraksi, melupakan permasalahanku dengan keparat bernama Baskara itukami sudah nggak satu kantor, aku nggak perlu terlalu sopan dengan dia yang kurang ajarsampai ketika malam tanggal tiga puluh, waktu aku posting belanja pakaian untuk tahun baru, dia membalas Instagram Story-ku.

@baskarapramadono: wih, can't wait for new year, berarti dateng kan besok Lun?

Betapa aku ingin menghajarnya, karena telah bersikap sesantai itu seolah-olah dia dan aku tidak beradu jerita di ruangannya seminggu lalu. Tapi bukankah itu memang ciri khasnya? Melakukan hal semaunya, dan kemudian berpura-pura tidak terjadi apa-apa?

Classic Baskara Pramadono, ladies and gentleman.

Pesannya jelas aku biarkan dalam keadaan terbaca tanpa aku balas. So what? Dia mau melaporkanku? Mau menyudutkanku? Nggak bisa. 

Jadi dengan kepala terangkat, aku memakai pakaian yang aku beli kemarin malam, dress hitam selutut bergaya victorian, dan heels sandal warna senada, serta tak lupa kalung mutiara pemberian gengku. Aku rasa pemilihan pakaianku cukup mengikuti tema casual glam yang ditentukan Mbak Tiara sebagai penyelenggara acara.

Sementara Thareq barusan membalas pesanku. Katanya dia mungkin akan menyusul setelah dari rumah Mikhaila kalau tidak kemalaman. "Nggak enak juga kalau nggak setor muka ya. Kan gue Senin besok masih ketemu orang-orangnya."

Menurut undangan Mbak Tiara, acara dimulai pukul delapan. Aku baru berangkat dari Kemang pukul setengah delapan. Pas aku sampai, sepertinya 'alumni NLO'begitu eks lawyer NLO biasa dijulukiyang diundang hanya aku. Atau mungkin yang lain punya agenda sendiri-sendiri.

Mbak Maria lalu mengkonfirmasi pradugaku tadi, "Bapak-bapak nggak ngundang alumni Lun, cuma kamu."

Untung aku belum keburu ajak barengan di grup alumni. Oh ya, satu lagi. Kami para alumni NLO bahkan punya grup WA sendiri. Kantor mana lagi aku tanya yang seunik NLO? Meskipun ya, pasti setelah aku resmi pindah ke AHP, boro-boro diundang, namaku mungkin selamanya akan masuk daftar hitam partners.

Orang kedua selain Mbak Maria yang aku sapa tentunya si pemilik rumah, Pak Santo. "Apa kabar Pak?" aku menyalami tangannya yang langsung menggamit lenganku. 

"Baik dong. Ah kamu kayak nggak ketemu saya udah setahun aja."

"Oh iya belum," aku pura-pura melirik ke jam tua di sudut ruangan. "Masih kira-kira empat jam kurang lagi."

Lalu kami berdua tertawa, dan dia mendorongku ke ruang makan, menemui semuanya. "Kita rencananya mau duduk makan dulu Lun, baru mulai karokean."

Oh no! Kalau tahu acaranya karokean tahu gitu aku pura-pura sakit tenggorokan. 

Jangan salah, aku suka sekali menyanyi meskipun suaraku bisa dibilang bagus. Bagus untuk diam, maksudnya. Permasalahannya, Pak Hadi dan Pak Santo sudah pasti bakal memaksaku untuk menyanyikan sebuah lagu sebagai tanda perpisahan.

ResignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang